WFH Mampu Tekan Polusi Udara Jakarta, Benarkah?

Sebagai langkah antisipasi penularan virus Corona Covid-19, pemerintah mengimbau masyarakat untuk bekerja, bekerja dan beribadah dari rumah atau work from home (WFH). Hal ini ternyata berdampak baik pada kualitas udara di Jakarta.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 26 Mar 2020, 16:39 WIB
Pohon terlihat saat kabut polusi menyelimuti kota Jakarta, Selasa (9/7/2019). Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta penyebab polusi di Jakarta semakin buruk akibat emisi kendaraan bermotor yang mencapai 75 persen, ditambah pencemaran dari industri dan limbah. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai langkah antisipasi penularan virus Corona Covid-19, pemerintah menghimbau masyarakat untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah atau work from home (WFH). Hal ini ternyata berdampak baik pada kualitas udara di Jakarta.

Menurunnya penggunaan kendaraan bermotor, membuat kualitas udara di Ibu Kota jadi lebih sehat dibandingkan hari biasa. Terlebih, curah hujan dan arah angin mendukung perbaikan kualitas udara di Jakarta.

Hal itu disampaikan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Andono Warih. Berdasarkan pemantauan di lima Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) yang dikelola Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, perbaikan kualitas udara, terutama menurunnya kosentrasi parameter PM 2.5 terjadi selama penerapan WFH.

Meski demikian, Andono menegaskan hal tersebut bukanlah faktor tunggal.

“Namun, penurunan ini juga konsisten dengan tingkat curah hujan. Ketika curah hujan tinggi, kosentrasi parameter PM 2.5 menunjukan penurunan dan ketika hari-hari tidak hujan, kosentrasi parameter PM 2.5 sedikit meningkat,” kata Andono seperti dilansir kanal Megapolitan, Liputan6.com.

 


Arah Angin

Arah angin pun berpengaruh terhadap polutan jenis PM 2.5 ini atau partikel debu halus berukuran 25 mikrogram/m³.

“Arah angin yang mengarah ke Ibu Kota juga mempengaruhi konsentrasi parameter PM 2.5,” ujar Andono.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya