Cerita Hidup Mendiang Ibunda Jokowi, dari Kenangan Masa Kecil sampai Nikah Muda

Ibunda Jokowi juga menceritakan awal pertemuan dengan lelaki yang kelak jadi suaminya.

oleh Asnida Riani diperbarui 26 Mar 2020, 17:01 WIB
Sujiatmi Notomiharjo. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Kehilangan nan mendalam tengah dialami Presiden Joko Widodo atau Jokowi sekeluarga. Ibundanya, Sujiatmi Notomiharjo, menghembuskan napas terakhir di Solo, Jawa Tengah pada Rabu sore, 25 Maret 2020.

Berpulang di usia 77 tahun, ada banyak memori untuk dikenang dari figur Sujiatmi. Dalam sebuah wawancara yang dimuat di laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI dilansir Kamis (26/3/2020), sepenggal di antaranya sempat dibagikan.

Ibunda Jokowi dikenal sebagai pekerja keras yang membantu suaminya berdagang kayu. "Saya hanya membantu suami. Suami mencari glondong (kayu). Kakak saya usaha kayunya jauh lebih besar. Bagi saya yang penting cukup untuk sekolah anak-anak, tidak harus kaya raya,” katanya.

Sujiatmi kecil memang lahir di keluarga pedagang kayu di Dusun Gumukrejo, Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Ia adalah perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara buah hati pasangan Wirorejo dan Sani.

Meski satu-satunya anak perempuan, orangtua Sujiatmi tak membeda-bedakan perlakuan. Saat kakak lelakinya bersekolah di SD Kismoyo, sekitar lima kilometer dari rumah, Sujiatmi juga disekolahkan.

Ibunda Jokowi ingat, saat itu, ia adalah satu-satunya murid perempuan. Teman-temannya di sekolah berasal dari tiga kampung di sekitar sekolah. Jarak yang terbilang jauh itu ditempuh Sujiatmi dengan berjalan kaki, tapi tak jarang juga bersepeda.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.


Nikah Muda

Sujiatmi Notomiharjo (kiri). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sebagaimana pernyataan dalam buku Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi (2014), karya Kristin Samah dan Fransisca Ria Susanti, Sujiatmi tak ingat apakah ia bersekolah mengenakan sepatu dan seragam.

Yang ia ingat, rambut hitamnya selalu dikepang dua oleh sang ibu dan pelajaran berhitung adalah yang paling disukai. Karenanya, ia berusaha jadi yang pertama mengacungkan jari untuk mengerjakan soal-soal hitungan di depan kelas.

Kelak, kemampuan berhitung ini jadi kelebihan Sujiatmi membantu suaminya, Widjiatno, membangun usaha. Widjiatno sendiri merupakan kawan sepermainan Mulyono, kakak Sujiatmi, yang tiga tahun lebih tua darinya.

Ketika bertemu, Widjiatno di bangku SMA, sementara Sujiatmi masih SMP. Widjiatno yang ketika dewasa mengubah nama jadi Notomiharjo diceritakan sebagai pemuda berparas halus dan bertubuh gagah. "Pak Noto itu ganteng sekali," kata Sujiatmi.

Notomiharjo muda tinggal bersama kakek-neneknya di Dusun Klelesan, masih tetangga dengan Gumukrejo. Sementara, orangtua Notomiharjo tinggal di Desa Kranggan, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, sekitar 25 km dari Boyolali.

Keluarga besarnya Lurah Desa Kranggan. Bapaknya, pakdenya, juga kakeknya pernah memimpin Desa Kranggan.

Sujiatmi dan Widjiatno menikah di usia muda, pada 23 Agustus 1959. Saat itu, Sujiatmi berusia 16 tahun, sedangkan Widjiatno 19 tahun. Keduanya belum lulus sekolah. Namun, di masa itu, perempuan 16 tahun lumrah menikah.


Saksikan Video Pilihan Berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya