Rupiah Tembus 16.000 per USD, Ini Bedanya dengan Krisis 1998

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menyentuh Rp 16.000 per dolar AS beberapa waktu belakangan.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Mar 2020, 16:00 WIB
Teller menghitung mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menyentuh Rp 16.000 per dolar AS beberapa waktu belakangan. Sejumlah pihak menghubungkan kondisi saat ini dengan yang terjadi pada 1998 di mana posisi mata uang Garuda saat itu juga tembus ke Rp16.000.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, kondisi Rupiah saat ini dengan 1998 berbeda. Sebab, saat krisis dulu Rupiah beranjak dari Rp2.500 ke Rp16.000 per USD atau hampir sekitar 8 kali nilai tukar dalam negeri.

"Bahwa kalau dulu Rp16.000 itu dari Rp2.500 ke Rp16.000 hampir 8 kali lipat. Sementara Rp16.000 sekarang adalah dari Rp13,800. Tingkat pelemahannya sekitar 12 persen tapi jauh dari kondisi jaman dulu," ujar Perry di Jakarta, Kamis (26/3).

Perry melanjutkan, kondisi perbankan saat ini juga sangat jauh berbeda dengan jaman dahulu. Di mana perbankan sudah lebih kuat dan tahan terhadap berbagai gempuran.

"Ingat juga bahwa perbankan kita jauh lebih kuat. Perbankan di seluruh dunia juga lebih kuat. Untuk Indonesia NPL sebelum Covid-19 rendah 2,5 persen secara gross 1,3 persen secara netto," jelasnya.

Dia menambahkan, langkah pemerintah untuk menjaga ekonomi juga berbeda dengan saat masa krisis. Pemerintah, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan serta Lembaga Penjamin Simpanan terus berupaya menjaga agar ekonomi Indonesia tetap stabil.

"Langkah ekonomi kita juga cukup baik. Baik fiskal, moneter maupun SSK cukup baik tapi seluruh dunia mengalami kepanikan. Kita harus menghadapi bagaimana kepanikan pasar keuangan global," jelasnya.


Rupiah Menguat Tajam Didorong Paket Stimulus AS

Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (4/3/2020). Rupiah ditutup menguat 170 poin atau 1,19 persen menjadi Rp14.113 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.283 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Kamis pekan ini. Rupiah menguat dan menjauh dari level 17.000 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Kamis (26/3/2020), rupiah dibuka di angka 16.205 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di angka 16.500 per dolar AS. Pada pukul 11.11 WIB, rupiah terus menguat sentuh 16.347 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 16.205 per dolar AS hingga 16.347 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 17,9 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah dipatok di angka 16.328 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 16.486 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures mengatakan pasar keuangan masih menunggu berita baik persetujuan stimulus pemerintah AS yang belum disepakati di Kongres AS.

"Bila disetujui, ini akan memicu penguatan harga aset berisiko hari ini, termasuk rupiah," ujar Ariston dikutip dari Antara, Kamis (26/3/2020).

Sementara itu, pasar keuangan masih mengkhawatirkan penyebaran wabah COVID-19 yang bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi global, yang bisa menekan kembali pergerakan harga aset berisiko hari ini.

"Rupiah berpotensi bergerak menguat ke arah Rp16.300, dengan potensi resisten di Rp16.575 per dolar hari ini," kata Ariston.


Stimulus AS

Aktivitas penukaran uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing PT Ayu Masagung, Jakarta, Kamis (19/3/2020). Nilai tukar Rupiah pada Kamis (19/3) sore ini bergerak melemah menjadi 15.912 per dolar Amerika Serikat, menyentuh level terlemah sejak krisis 1998. (merdeka.com/Imam Buhori)

Senat AS diperkirakan akan menyetujui paket stimulus dua triliun dolar AS pada Rabu malam waktu setempat, untuk mengurangi dampak ekonomi dari COVID-19, setelah berhari-hari negosiasi yang keras antara Partai Republik dan Demokrat.

Para pemimpin Gedung Putih dan Senat mencapai kesepakatan pada Rabu pagi mengenai paket stimulus besar-besaran, yang bertujuan melindungi ekonomi dari dampak yang berkembang dari wabah COVID-19.

Jumlah kasus COVID-19 di Amerika Serikat mencapai 60.000 kasus pada pukul 14.30 Waktu Bagian Timur AS pada Rabu (19.30 GMT), menurut Center for Systems Science and Engineering di Universitas Johns Hopkins.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya