Kemenristek Gelontorkan Rp 20 Miliar untuk Konsorsium Corona Covid-19

Pembentukan Konsorsium Covid-19 ini bertujuan mencari alat deteksi virus Corona, obat sekaligus vaksinnya.

oleh Yopi Makdori diperbarui 26 Mar 2020, 15:13 WIB
Petugas medis dari Provinsi Jiangsu bekerja di sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Para tenaga medis dari seluruh China telah mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit tersebut. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) menggelontorkan Rp 20 miliar untuk pembiayaan Tim Konsorsium virus Corona atau Covid-19.

"Untuk tahap pertama kami sudah realokasi 20 miliar seusai dengan permintaan dari tim (Konsorsium Covid-19)," kata Menristek Bambang Brodjonegoro melalui video konferensi, Kamis (26/3/2020).

Bambang menerangkan, anggaran tersebut dari realokasi anggaran kementeriannya sebagaimana yang diamanatkan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi. 

"Sesuai dengan instruksi presiden sudah kami realokasi dari belanja rutin. Khususnya belanja perjalanan dinas untuk mendanai kegiatan litbangjirap yang dilakukan oleh Konsorsium Covid-19 ini," jelasnya. 

Konsorsium ini dikoordinir oleh Staf Ahli Bidang Insfratruktur Menristek, Ali Ghufron.

Pembentukan Konsorsium Covid-19 ini bertujuan mencari alat deteksi virus Corona, obat sekaligus vaksinnya.

"Seluruh tim peneliti Kemenristek/BRIN sedang bekerja keras untuk membantu mencegah, mendeteksi, dan merespon secara sepat penyakit Covid-19. Di antaranya dengan menemukan alat deteksi atau diagnosis, suplemen, obat, dan vaksin untuk pasien Corona," jelas Bambang.

Menristek mengungkapkan ada tiga prioritas yang akan dilakukan dari tim konsorsium ini. Pertama adalah prioritas jangka pendek yang berfokus pada penelitian dan kajian sistematik terhadap berbagai aspek dari Covid-19.

Termasuk di dalamnya penelitian terkait tanaman herbal yang berpotensi untuk mencegah Covid-19.

"Seperti jahe merah, meniran, sambiloto, echinaceae, temu lawak, lada hitam, serai, kunyit, kayu manis, seledri, cengkeh, kulit manggis, daun kelor, kulit jeruk, dan jambu biji. Penelitianterhadap jambu biji sudah memiliki hasil yang potensial untuk dilanjutkan pada uji klinis," kata Bambang.

Prioritas jangka pendek juga kan mencakup pengembangan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, hand sanitizer, sterilization chamber (tenda sterilisasi coronavirus) serta pengkajian terhadap sediaan bahan alami sebagai peningkat imun tubuh untuk mencegah Corona

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Kajian Public Health hingga Rapid Test Kit

Penelitian terhadap aspek sosial humaniora juga perlu dilakukan termasuk ketahanan (resiliensi) dan perilaku masyarakat, perbandingan kebijakan dan manajemen Covid-19 di negara lain, analisis ekonomi makro dan mikro di Indonesia terkait Covid-19.

"Beberapa kajian lagi juga mencakup berbagai isu terkait Covid-19 di media sosial, public health modelling, serta proyeksi dan prediksi grafik dan peta spasial dari penyebaran Covid-19 di Indonesia," papar Menristek. 

Sementara, prioritas kedua dari Konsorsium Covid-19 adalah berfokus pada pengembangan dan pengkajian rapid test kit untuk Covid-19, baik untuk deteksi awal (early detection)maupun deteksi akhir (late detection); pengembangan suplemen, multivitamin, dan immune modulator dari berbagai tanaman Indonesia, salah satunya jambu biji.

Kemudian pengembangan robot layanan (service robot) untuk ruangan dengan infeksi coronavirus yang tinggi, smart infusion pump untuk memasukkan obat dalam tubuh pasien Covid-19 serta pengembangan lainnya.

"Prioritas ketiga dari Konsorsium Covid-19 adalah prioritas jangka panjang yang berfokus pada pengkajian dan pengembangan obat dan vaksin, termasuk avigan, chloroquin, kina, dan sebagainya," ungkap Bambang.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya