Liputan6.com, Jakarta - Pelaku pasar modal Indonesia menyarankan agar emiten dari kelompok Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak usahanya untuk menunda rencana pelaksanaan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada Maret dan April 2020. Hal ini untuk mencegah kian masifnya penyebaran virus corona atau Covid-19.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, RUPST emiten BUMN dan anak usaha sebaiknya digelar pada Juli atau Agustus 2020. Sesuai prediksi banyak pihak, lanjut dia, pada periode tersebut, tingkat penyebaran Covid-19 diperkirakan mulai mereda.
Advertisement
"RUPST kalo kita lihat biasanya mengumpulkan orang banyak pada satu tempat. Padahal, mengumpulkan orang dalam jumlah besar sangat rawan untuk penyebaran virus corona," ujar Hans dalam keterangan terrtulis di Jakarta, Kamis (26/3/2020).
Hal senada dikemukakan oleh Pengamat Pasar Modal Budi Frensidy. Dia mengatakan, rencana RUPS emiten BUMN dan anak usahanya sebaiknya dijadwal ulang, apalagi bila animo investor publik yang ingin hadir tetap tinggi.
“Menurut saya, sebaiknya ditunda ke akhir Mei atau awal Juni 2020," terang dia.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengantisipasi keadaan darurat pandemi Covid-19 dengan melonggarkan batas waktu RUPST. OJK membolehkan pelaksanaan RUPST yang seharusnya dilakukan paling lambat 30 Juni diubah menjadi 31 Agustus 2020.
Penyelenggaraan RUPS juga diperbolehkan dengan mekanisme electronic proxy melalui sistem e-RUPS yang disiapkan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Sistem ini memungkinkan pemegang saham tidak perlu hadir secara fisik dan cukup diwakili oleh proxy-nya.
BUMN Jangan Takut Rugi di Tengah Pandemi Corona
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan bahwa BUMN yang begerak di bidang usaha transportasi publik diminta untuk tidak memikirkan masalah kerugian saat pandemi Corona Covid-19 masih berlangsung di berbagai wilayah Indonesia.
"Masalah untung rugi nantilah. BUMN seperti, Angkasa Pura, PT KAI, dan lainya. Harus siap rugi," kata Erick melalui sambungan Video Conference pada Selasa (24/3/2020).
Menurutnya sebagai perusahaan milik negara yang bergerak di bidang usaha pelayanan transportasi publik, justru harus mengutamakan pelayanan yang prima sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.
Dalam kesempatan itu, Erick juga menyebut bahwa aturan ini juga berlaku bagi perusahan BUMN yang bergerak di bidang usaha perbankan. Dimana seluruh perusahan perbankan milik negara harus tetap beroperasi normal untuk melayani kebutuhan masyarakat dan pemerintah.
Hal ini terkait rencana pemerintah untuk menyalurkan program Bantuan Langsung Tunai (BLT) melalui perusahaan perbankan BUMN. Akan tetapi, Erick tidak merinci lebih lanjut terkait mekanisme dan sasaran penerima program BLT.
Erick kemudian meminta semua anggota perusahaan BUMN untuk menerapkan aturan social distancing sesuai dengan instruksi pemerintah, yang bertujuan menekan angka penularan virus Corona Covid-19.
Advertisement
Rupiah Tertekan, Deviden BUMN Bakal Sulit Tercapai
Sebelumya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku pandemi Covid-19 memukul sektor ekonomi secara keseluruhan. Sentimen negatif semaking meningkat dan berimbas pada volatilitas kondisi keuangan global, termasuk nilai tukar rupiah.
Erick menyatakan, dengan kondisi saat ini, bisa saja pencapaian deviden BUMN akan terganggu atau malah tidak menyentuh target.
"Saya harus jujur, kalau meraih deviden yang lebih baik, atau mempertahankannya, penuh tantangan dalam kondisi saat ini," ujar Erick dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Jumat (20/3/2020).
Erick Thohir menambahkan, butuh usaha untuk tetap mempertahankan performa BUMN layaknya tahun sebelumnya atau bahkan lebih baik. Memang gejolak nilai tukar rupiah berdampak khususunya ke sektor penerbangan, seperti Garuda.
"Memang secara kondisi industri penerbangan berat. Ini menjadi fenomena global, apalagi umrah tidak (berjalan). Dan Australia kini menutup, pasti Garuda terdampak," katanya.
Namun, Erick Thohir yakin sektor ekonomi akan segera bangkit dan kembali seperti semula, meski butuh waktu beberapa bulan. Erick optimis efek pandemi Corona bisa cepat berlalu dari Indonesia.
"(Tentunya) dengan penanganan secara kesehatan, menjaga daya beli, perkonomian serta moneter, kita pasti bisa bangkit," tutupnya.