Liputan6.com, Jakarta - Sejarah mencatat pada 27 Maret 1998, Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Amerika Serikat menyetujui penggunaan Viagra. Obat oral pertama untuk mengobati impotensi.
Sildenafil, nama kimia untuk Viagra, adalah senyawa buatan yang awalnya disintesis dan dipelajari untuk mengobati hipertensi (tekanan darah tinggi) dan angina pectoris (suatu bentuk penyakit kardiovaskular). Namun, ahli kimia di perusahaan farmasi Pfizer menemukan bahwa walaupun obat itu hanya sedikit berpengaruh pada angina, kegunaannya dapat memicu ereksi penis, biasanya dalam 30 hingga 60 menit.
Advertisement
Melihat peluang ekonomi dalam efek biokimiawi seperti itu, Pfizer memutuskan untuk memasarkan obat 'kuat' untuk impotensi itu, seperti dikutip dari History.com, Jumat (27/3/2020).
Sildenafil sejatinya dipatenkan pada tahun 1996. Hanya dalam kurun waktu dua tahun kemudian - waktu yang sangat singkat dibandingkan dengan obat lain - disetujui oleh FDA untuk digunakan dalam mengobati "disfungsi ereksi," nama klinis baru untuk impotensi.
Meskipun belum dikonfirmasi, diyakini obat itu ditemukan oleh Peter Dunn dan Albert Wood.
Setelah izin resmi penjualan Viagra dikantongi, kesuksesan besar pun terjadi.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Keuntungan Besar
Pada tahun pertama saja, pil yang dijual USD $ 8- $ 10 menghasilkan sekitar satu miliar dolar. Meraup keuntungan besar.
Dampak Viagra pada industri farmasi dan medis, serta pada kesadaran publik, juga sangat besar. Meskipun hanya tersedia dengan resep dokter, Viagra dipasarkan di televisi, diperkenalkan oleh calon mantan presiden Bob Dole, yang saat itu berusia pertengahan 70-an.
Pemasaran langsung ke konsumen semacam itu belum pernah terjadi sebelumnya untuk obat resep (sekarang, penjualan dan pemasaran menyumbang sekitar 30 persen dari biaya industri farmasi, dalam beberapa kasus lebih dari sekadar penelitian dan pengembangan).
Diperkirakan 30 juta pria di Amerika Serikat menderita disfungsi ereksi dan muncullah gelombang pesaing Viagra baru, di antaranya Cialis (tadalafil) dan Levitra (vardenafil).
Perusahaan obat itu sekarang tidak hanya menargetkan pria yang lebih tua seperti Dole, tetapi juga mulai dari usia 30-an dan 40-an.
Advertisement
Memiliki Efek Samping?
Seperti banyak obat, efek jangka panjang Viagra pada kesehatan pria masih belum jelas.
Viagra memang membawa peringatan bagi mereka yang menderita masalah jantung, tetapi popularitasnya tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Hingga saat ini, lebih dari 20 juta orang Amerika telah mencobanya. Jumlah itu pasti akan meningkat karena populasi terus bertambah.