Bagaimana Jika Ibu Hamil, Bayi, dan Anak-anak Tertular Corona COVID-19? Ini Kata Ahli

Begini penjelasan soal dampak tertular Virus Corona COVID-19 di kalangan ibu hamil, bayi, dan anak-anak.

Oleh ABC Australia diperbarui 27 Mar 2020, 11:33 WIB
Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)

Victoria - Pandemi Virus Corona COVID-19 telah melanda beragam usia di dunia. Kita telah banyak mendengar banyak tentang dampak buruk  di kalangan usia lanjut dan mereka yang sudah memiliki penyakit berat sebelumnya.

Tapi bagaimana pada anak-anak, bayi dan kehamilan?

Jawaban singkatnya, anak muda cenderung memiliki risiko yang jauh lebih rendah untuk penyakit parah atau meninggal akibat Virus Corona COVID-19.

"Anak-anak pasti akan terinfeksi, tetapi kemungkinan mereka akan mengalami kondisi yang serius tampaknya sangat rendah," kata Peter Collignon, profesor penyakit menular di sekolah kedokteran Universitas Nasional Australia seperti dikutip dari ABC Australia, Jumat (27/3/2020). 

Dan inilah yang kita ketahui tentang risiko tertular Virus Corona COVID-19 di kalangan anak-anak, bayi, dan ibu hamil.

Anak-anak dan COVID-19

Ilustrasi Foto Ibu dan Anak Perempuan (iStockphoto)

Dari semua kelompok umur, anak-anak, termasuk remaja, memiliki risiko kematian terendah akibat COVID-19. Mereka juga memiliki tingkat yang lebih rendah pada spektrum yang lebih parah.

Menurut Profesor Collignon, jumlah rata-rata yang terinfeksi juga tidak setinggi yang diduga.

Biasanya anak-anak yang terjangkit virus pernapasan cenderung menjadi lebih tidak sehat dan cenderung menularkan penyakit.

Namun ini tampaknya tidak terjadi pada kasus COVID-19.

Sebuah penelitian yang mengamati 1.391 anak-anak yang melakukan kontak langsung dengan kasus COVID-19 di China menemukan hanya 12 persen dari mereka yang terinfeksi.

"Bukan karena anak-anak tidak terinfeksi, tetapi mereka terinfeksi pada tingkat yang jauh lebih rendah daripada kelompok usia yang lebih tua," kata Profesor Collignon.

Menurutnya, penelitian menunjukkan anak-anak cenderung memiliki gejala yang relatif ringan, tetapi jarang terjadi kasus tanpa gejala sama sekali.

"Datanya meyakinkan. Sejauh ini tidak banyak kasus penyebaran asimptomatik [tanpa gejala] pada anak-anak yang kita ketahui."

Tapi ini bukan berarti COVID-19 tidak menjangkiti sejumlah kecil anak-anak.

Tiga anak dalam penelitian yang disebut Profesor Collignon memerlukan perawatan intensif, tetapi ketiganya memang memiliki kondisi kesehatan bawaan.

Penelitian lain, melibatkan 2.000 anak dengan Corona COVID-19 yang dikonfirmasi atau dicurigai di China, menemukan kasus yang parah dan kritis dari penyakit ini hanya dalam proporsi yang kecil di setiap kelompok umur.

Gejala pada kasus yang parah ini termasuk kadar oksigen yang rendah atau gagal napas.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.


Bayi dan Balita

Ilustrasi Foto Kematian Bayi (iStockphoto)

Risiko bayi dari COVID-19 juga cukup rendah, meskipun tidak serendah anak-anak yang usianya lebih tua.

Tapi menurut makalah Pediatrics, mereka yang berusia di bawah 1 tahun, memiliki risiko lebih tinggi mengalami kondisi yang parah atau kritis.

Profesor Collignon mengatakan, risiko bayi terjangkit berbagai macam infeksi cenderung lebih tinggi.

"Secara umum, semakin muda usia anak, semakin tinggi risikonya," katanya."Jika berusia di bawah 1 tahun, risiko terkena sebagian besar penyakit lebih besar, karena tubuh Anda belum mengembangkan sistem kekebalan apa pun."

Namun ia juga mengatakan belum ada data yang benar-benar meyakinkan bahwa mereka lebih berisiko.

"Ada banyak hal yang belum kita ketahui. Saya juga tidak ingin terdengar seolah-olah kita sudah memiliki jawaban atas segala hal," katanya.

"Tapi pendapat saya saat ini (berdasarkan bukti) adalah bahwa bayi tampaknya tidak berisiko tinggi."

 

 


Ibu Hamil dan Bayinya

Ilustrasi ibu hamil. (iStock)

Perubahan sistem kekebalan tubuh selama kehamilan menyebabkan risiko perempuan hamil terinfeksi COVID-19 lebih tinggi dari rata-rata orang pada umumnya.

"Tapi sekali lagi, belum ada bukti yang benar-benar jelas, tetapi sejauh analisis saya, perempuan hamil berisiko lebih tinggi daripada mereka yng berusia yang sama," kata Profesor Collignon.

Menurut Royal College of Obstetricians and Gynaecologists Royal Australian dan New Zealand:

  • Perempuan hamil tampaknya tidak berisiko mengalami kondisi yang lebih parah dari COVID-19 daripada populasi umum
  • Infeksi COVID-19 pada ibu hamil belum terbukti meningkatkan risiko keguguran
  • Tidak ada bukti virus dapat menular dari ibu hamil ke bayinya
  • Tidak ada bukti virus akan menyebabkan kelainan pada bayi yang belum lahir
  • Operasi caesar atau induksi persalinan tampaknya tidak diperlukan, jika tujuannya mengurangi risiko penularan dari Ibu ke anak
  • Beberapa bayi yang lahir dari perempuan dengan gejala COVID-19 di China lahir prematur, tetapi tidak jelas apakah ini disebabkan oleh virus atau keputusan dokter.
  • Tidak ada bukti bayi yang baru lahir dan bayi berisiko tinggi mengalami komplikasi
  • Tidak ada bukti COVID-19 menular dari ibu ke anak melalui ASI, sehingga menyusui tetap dianjurkan, meskipun perempuan dengan virus tersebut harus ekstra hati-hati dengan kebersihan dan mempertimbangkan memakai masker wajah saat menyusui

Profesor Collignon mendesak agar warga mengikuti saran kesehatan masyarakat seputar menjaga jarak saat berinteraksi secara langsung, kebersihan, dan menjauh dari orang sakit.

"Risiko untuk ibu dan bayi mereka, dan anak-anak, tampak sangat rendah jika kita melihat angka kematian," katanya.

"Tapi angkanya bukan nol, jadi kita perlu melakukan apapun yang kita bisa lakukan untuk melindungi mereka."

Dia juga menekankan, meski ada kekhawatiran soal Virus Corona COVID-19 dan dampaknya pada anak-anak, bayi dan kehamilan, risiko tertinggi sebenarnya dialami para manula.

"Mungkin alih-alih mengisolasi anak-anak, kita harus mengisolasi orang di atas usia 70," kata Profesor Collingon.

"Jangan ada manula yang mengunjungi mereka yang sakit, termasuk cucu-cucunya sendiri, bahkan jika mereka tidak sakit, hindari kontak langsung jarak dekat."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya