Cerita Akhir Pekan: Kembang Kempis Para Pengusaha Makanan di Tengah Pandemi Corona Covid-19

Benarkah usaha kuliner kini menurun drastis karena wabah corona Covid-19? Benarkah memesan makanan lewat ojol lebih jadi pilihan?

oleh Henry diperbarui 28 Mar 2020, 08:30 WIB
GBK Go-Food Festival, festival Go-Food terbesar yang diselenggarakan oleh Go-Jek (Foto: Go-Jek Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak wabah corona Covid-19 merebak di Indonesia, banyak sektor ekonomi yang ikut terdampak. Apalagi sejak pemerintah menyerukan untuk bekerja, belajar dan beribadah di rumah, kegiatan masyarakat di luar rumah pun menjadi terbatas. Hal ini sangat berimbas pada bisnis kuliner.

Banyak restoran terutama di mal yang tutup untuk sementara, begitu pula tempat makan lainnya. Hal tersebut membuat banyak pelaku usaha kuliner seperti restoran, warung atau kedai makan kehilangan pelanggannya.

Di sisi lain, kini masyarakat Indonesia lebih banyak membeli bahan makanan untuk memasak di rumah. Ada juga yang memilih memesan makanan melalui ojek online (ojol) yang memang makin ramai belakangan ini.

Benarkah usaha kuliner kini banyak yang kembang kempis? Benarkah memesan makanan lewat ojol lebih jadi pilihan? Sayangnya, salah satu operator ojol, Gojek yang mempunyai layanan pesan antar makanan yaitu GoFood, belum mau berkomentar tentang hal tersebut.

Bagi mereka, saat ini merupakan periode yang menantang untuk seluruh sektor bisnis dan industri. Menurut Nila Marita selaku Chief Corporate Affairs Gojek, kesehatan selayaknya menjadi prioritas utama bagi kita semua, di samping tentunya harus menjaga satu sama lain.

Dalam pesan elektronik pada Liputan6.com, Kamis, 26 Maret 2020, dua hal terpenting bagi Gojek saat ini adalah: Yang pertama, memprioritaskan kesehatan dan keamanan semua pengguna ekosistem kami – termasuk karyawan, mitra driver, mitra merchant, dan pelanggan.

"Untuk dapat memastikan hal tersebut, hal terpenting kedua adalah kolaborasi dengah pihak pemerintah dan otoritas kesehatan untuk berperan aktif dalam menghadapi krisis COVID-19, antara lain dengan menyediakan panduan yang akurat dan terkini bagi seluruh ekosistem kami," terang Nila Marita.

Semenatra itu, Grab yang mempunyai jasa pesan antar makanan GrabFood, secara tersirat mengakui permintaan dari konsumen tetap tinggi. Namun di sisi lain, layanan lain seperti GrabBike dan GrabCar cenderung menurun.

Sejak terjadinya penyebaran wabah virus COVID-19 pada Desember, Grab Indonesia telah memonitor situasi dan mempersiapkan seluruh pemangku kepentingan terkait respons mereka terhadap COVID-19. Grab Indonesia menempatkan kesehatan dan keselamatan pelanggan, mitra pengemudi, merchant dan seluruh pemangku kepentingan sebagai prioritas utama mereka.

Dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 27 Maret 2020, mereka berharap situasi ini akan menjadi lebih baik dan kita dapat bangkit bersama melawan virus ini.

"Di Indonesia, bisnis transportasi kami telah terkena dampak karena kebijakan physical distancing/jaga jarak sosial dan lebih banyak orang yang bekerja dari rumah. Namun, kami telah melihat peningkatan dalam bisnis pengiriman kami seperti GrabFood, GrabExpress dan GrabFresh," demikian dalam pernyataan resmi mereka.

"Mengingat berbagai layanan yang kami miliki termasuk makanan, dan fleksibilitas platform kami, kami telah mampu mengimbangi beberapa permintaan dan ketidakseimbangan pasokan di pasar-pasar tersebut dengan menggeser mitra pengemudi kami ke berbagai layanan pengiriman kami (GrabFood, GrabExpress dan GrabFresh)," lanjut mereka dalam keterangan tersebut.

Contohnya, mereka sedang menguji layanan terbarunya, GrabMart, yang nantinya akan dilayani oleh para mitra pengemudi GrabCar dan GrabBike. Ini adalah salah satu upaya mereka untuk mengalokasikan pekerjaan kepada para mitra pengemudi di sektor transportasi yang memang sedang mengalami penurunan.


Tutup Sampai Lebaran

Kuliner Malam Jumat: Ciz n' Chic. (Liputan6.com/Henry)

Lalu bagaimana dengan usaha kuliner lainnya seperti restoran dan warung makan? Berbeda dengan layanan online, restoran banyak yang mengalami penurunan dan bahkan cukup banyak yang tutup untuk sementara. Hal itu diakui oleh Suryanto Wijaya pemilik jaringan restoran Ciz n Chic yang semuanya berlokasi di Jakarta.

Pria yang akrab disapa Surya itu mempunyai lima restoran di kawasan Jakarta Barat dengan menjual makanan kekinian dengan olahan ayam, ikan dan daging sapi. Ia mengakui pengunjung dan pendapatan restorannya sangat menurun dalam beberapa pekan terakhir, terutama setelah imbauan social distancing dan anjuran bekerja, belajar dan beribadah di rumah.

"Kalau online memang masih jalan, tapi sudah jauh menurun. Karena situasi ini, kita sementara mau tutup mulai 1 April nanti, mungkin sampai Lebaran nanti. Tapi lihat situasinya juga, ini situasinya memang memprihatinkan," tuturnya saat dihubungi Liputan6.com pada Jumat, 27 Maret 2020.

"Ya antara sepi sama khawatir juga kalau karyawan saya ada yang kena virus biar sudah berusaha jaga jarak dan jaga kebersihan. Makanya lebih baik saya liburkan dulu," sambungnya.

Kondisi itu tak jauh beda dengan warung makan yang tergabung dalam grup Wahyoo. Kondisi sekarang ini tentunya memberikan dampak yang kurang menguntungkan untuk para pelaku bisnis dari yang bisnis besar sampai yang kecil, termasuk warung makan seperti warteg, warung baso dan masih banyak lagi.

Dalam pesan elektronik mereka pada Kamis, 27 Maret 2020, untuk mengatasi hal tersebut, Wahyoo terus berusaha memaksimalkan unit usahanya untuk mendukung para mitra warung makan untuk tetap menjalankan usahanya.

"Kami belum mengumpulkan data yamg pasti, apakah ada penurunan atau kenaikan yang signifikan dari jumlah belanja para mitra. Yang jelas, saat ini kami memiliki beberapa program, diantaranya #wahyoochallenge yang mengajak teman-teman secara luas untuk melalukan order makanan melalui ojek online dan memberikan kepada driver secara gratis makanan yang mereka pesan," terang mereka.

"Kami juga menggalang dana, kedepannya dana tersebut akan kami belanjakan makanan di warung-warung makan, dan makanan yang kami pesan akan kami salurkan ke berbagai pihak yang membutuhkan," sambung mereka.


Ikut Prihatin

Deretan makanan di salah satu warteg yang berada di kawasan Kali Pasir, Cikini, Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Kedua program ini mereka lakukan untuk mendukung para pemilik warung makan agar usaha warung makannya tetap berjalan meskipun kondisi kurang baik, kemudian orang-orang juga tetap bisa makan dalam situasi seperti ini.

Pendapat senada juga diungkapkan salah seorang pemilik warteg yang tergabung dalam Wahyoo. "Sekarang ini kondisi penjualan semakin sepi. Mungkin karena banyak yang dirumah aja (mungkin masak sendiri juga)," terang Suparti pemilik Warung Makan Bu Suparti di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, dalam pesan elektronik pada Jumat, 27 Maret 2020.

Meski begitu ada juga yang penghasilannya relatif stabil. Misalnya, Husin yang berdagang nasi goreng di kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat. Pria yang berjualan bersama istrinya ini tetap membuka warung nasi gorengnya mulai dari sore hari sampai menjelang tengah malam.  Pembeli yang datang pun masih cukup ramai, baik yang makan di tempat maupun yang membungkus untuk dibawa pulang.

"Ya, Alhamdulilalh masih ramai seperti biasa. Mungkin karena yang beli kebanyakan warga sekitar sini dan kebanyakan memang lebih banyak yang bungkus, jadi masih ramai," kata Husin yang sudah lebih dari 15 tahun berjualan nasi goreng pada Liputan6.com, Rabu, 25 Maret 2020.

"Tapi ya kita prihatin juga sama soal corona ini. Korbannya kan udah banyak, apalagi di Jakarta katanya yang paling banyak korbannya. Makanya, rencananya kita mau tutup dulu, kebetulan sebentar lagi kan bulan puasa dan biasanya kita selama bulan puasa selalu tutup," lanjutnya.

Meski begitu, Husin mengaku akan melihat situasi dan kondisinya, apakah wabah corona Covid-19 ini bias cepat berlalu atau sebaliknya. Husin, dan tentunya pelaku usaha kuliner lainnya, berharap wabah corona Covid-19 segera berlalu dan teratasi.


Saksikan video pilihan di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya