Cerita Akhir Pekan: Strategi Penyelamatan Bisnis Kuliner agar Tak Tumbang

Cerita Akhir Pekan ini mengulas tentang penyelamat dunia pariwisata, termasuk bisnis kuliner menghadapi corona COVID-19.

oleh Komarudin diperbarui 28 Mar 2020, 10:03 WIB
Ilustrasi kuliner (Dok.Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi corona COVID-19 tidak hanya terkait persoalan kesehatan dan keselamatan masyarakat, tetapi juga terhadap ekonomi. Untuk menyelamatkan dampak ekonomi itu, pemerintah mengambil berbagai kebijakan, di antaranya-19 relaksasi kredit, mempermudah pinjaman kredit, mengeluarkan Kartu Pekerja.

"Dunia pariwisata pun mengalami dampak yang sangat besar dengan adanya COVID-19 ini, seperti perhotelan, transportasi, juga restoran," ujar juru bicara untuk Satgas COVID-19 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Ari Juliano Gema saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 27 Maret 2020.

Saat ini, dunia perhotelan, transportasi, dan restoran sedang mengalami penurunan kapasitas. Untuk menggerakan roda perekonomian dan upaya mengurangi kerugian, Kemenparekraf berusaha menjalin kerja sama dengan dunia perhotelan, transportasi, dan restoran (kuliner) untuk mendukung tenaga medis yang berada di garda depan melawan COVID-19.

"Hotel bisa digunakan untuk tempat tinggal tenaga medis. Begitu juga transportasi bisa digunakan untuk kelancaran aktivitas mereka, dan restoran untuk memenuhi konsumsi mereka," ujar Ari yang juga Staf Ahli Menteri Bidang Reformasi dan Regulasi Kemenparekraf.

Ari melanjutkan, saat tanggap darurat ini Kemenparekraf difokuskan pada kerja sama dengan pihak  perhotelan, transportasi, dan retoran pada tiga provinsi terlebih dahulu. Dengan kerja sama ini, Ari optimistis akan meminimalisir kerugian.

"Berdasarkan statistik, Jakarta, Jawa Barat, dan Banten yang saat ini paling banyak warganya positif corona. Oleh karena itu, kami akan fokus pada tiga provinsi tersebut dan selanjutnya dengan provinsi lain," tutur Ari.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.


Tidak Terlalu Lama

Ilustrasi kuliner (Dok.Unsplash)

Senada dengan Ari Juliano Gema,  pendiri Malang Strudel Donny Kris Puriyono mengungkapkan bahwa pariwisata sektor pariwisata paling terdampak dari corona COVID-19 ini.  Dia berharap krisis ini tidak berlangsung lama, sehongga sektor pariwisata bisa bergerak kembali.

"Karena pengaruhnya sangat besar terhadap sektor pariwisata. Malang, misalnya, saat ini nol wisatawan," kata Donny saat dihubungi Liputan6.com, Jumat malam, 27 Maret 2020.

Oleh karena itu, Donny harus putar otak agar roda bisnisnya tetap berputar, meski sedang menghadapi masalah berat akibat COVID-19. Akibat wisatawan dari luar tidak lagi datang ke Malang, dia kemudian beralih pada warga Malang yang membutuhkan cemilan, seperti kue, roti, keripik, dan lain-lain.

"Kami bekerja sama dengan ojol, baik dari Grab maupun Gojek. Dengan kerja sama, mereka memerlukan kebutuhannya itu bisa langsung menelepon kami. Kami juga men-switch ke berbagai jenis roti untuk orang-orang di rumah," ujar lelaki yang juga Presiden Tangan di Atas (TDA), komunitas wirausahayang memiliki 50 ribu UKM di Indonesia dan di luar negeri.

Selain itu, Donny juga menjajakan produk-produknya lewat market place, seperti di Bukalapak maupun Shopee. Semua itu dilakukan agar bisnisnya tetap bergerak.

Donny berharap krisis COVID-19 hanya berlangsung dua bulan, meski begitu dampak ekonominya bisa hingga Desember 2020. Dia berharap dalam situasi sulit ini usahanya bisa survive hingga akhir tahun.

"Upaya agar bisa tetap survive yang kami lakukan adalah pembatasan jam kerja, efisiensi karyawan, perjalanan dinas, dan lain-lain," ujar Donny.


Saksikan video pilihan di bawah ini :

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya