Liputan6.com, Lombardy - Italia mencatatkan rekor angka kematian akibat infeksi Virus Corona Baru penyebab COVID-19 pada Jumat (27/3/2020) kemarin. Seperti dilansir BBC, tercatat ada 969 orang tutup usia karena virus ganas ini.
Perkembangan terbaru menyebabkan angka kumulatif kasus positif dan kematian di Italia melampaui China.
Advertisement
Menurut Badan Keamanan Sipil Italia dan Worldometers, angka kumulatif kasus positif Virus Corona di Italia mencapai 86.498, sementara angka kumulatif pasien meninggal mencapai 9.134, demikian seperti dikutip dari CNN, Sabtu (28/3/2020).
Angka itu melampaui China yang menjadi episentrum awal pandemi global tersebut, yang mencatat 81.394 kasus positif dan 3.295 kematian.
Bahkan, angka kematian di Italia adalah yang tertinggi di dunia, diikuti Spanyol dan China di peringkat dua dan tiga.
Seperti dikutip dari BBC, kurangnya Alat Pelindung Diri (APD) disinyalir menjadi penyebab utama lonjakan signifikan kasus Virus Corona di Italia.
Sementara itu, Amerika Serikat bertengger di peringkat pertama angka kumulatif pandemi Virus Corona, mencatat 104.142 kasus positif dan 1.696.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Simak video pilihan berikut:
Kata WHO
Ketua WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus sudah mensinyalir dunia saat ini mengalami kekurangan yang kronis APD. Ini jadi ancaman serius bagi pasien atau orang yang terpapar corona COVID-19.
Italia sudah menetapkan karantina wilayah sejak lama. Otoritas pun sudah mengisyaratkan karantina diperpanjang hingga 3 April 2020 atau lebih.
Kabar ini tentu cukup miris, mengingat tren jumlah pengidap virus corona di Italia justru sedang menurun.
Berdasarkan catatan terakhir, ada penambahan 4.401 kasus baru. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan pada hari Kamis.
Diduga penanganan kasus yang lambat menjadi penyebab virus corona sulit ditanggulangi.
Presiden region Naples, Vincenzo de Luca menyalahkan pemerintah Italia yang tak menyiapkan cukup ventilator dan perangkat keamanan lainnya.
"Saat ini bisa saja tragedi di Lombardy merembet ke Selatan Italia," ujarnya.
Advertisement