Kisah Perjuangan Pasien asal Surabaya yang Sembuh dari Corona COVID-19

Pasien yang sembuh dari Corona COVID-19 ini pun berpesan kepada anak muda agar tidak nongkrong dan membatasi jarak fisik.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 28 Mar 2020, 21:00 WIB
Ilustrasi rumah sakit/Pixabay StockSnap

Liputan6.com, Surabaya - Satu dari enam warga Surabaya yang beberapa pekan lalu positif terjangkit Covid-19 ini, akhirnya dinyatakan sembuh. Pasien berinisial C itu pulih setelah menjalani berbagai proses perawatan di rumah sakit selama lebih dari dua pekan.

Sekitar awal Maret 2020, ia mulai merasakan perubahan pada kondisi tubuhnya. Mulanya demam tinggi, lalu disusul badan terasa patah-patah dan kehilangan nafsu makan. Pada 9 Maret, ia memeriksakan kondisinya di salah satu rumah sakit di Surabaya, Jawa Timur.

"Beberapa hari saya dirawat di RS Mitra Keluarga. Waktu itu nafas saya sudah lemas. Dada kanan warnanya abu-abu sudah bisa sembuh karena terapi. Lalu yang kiri memburuk berbentuk embun dan menutup-nutup,” kata dia, Sabtu (28/3/2020).

Ia menuturkan, pada 11 Maret dibawa ke RSU Unair untuk dilakukan swab tenggorokan dan hidung. Pada saat yang bersamaan, RS Mitra Keluarga sudah mengosongkan pasien. Kemudian, esok harinya, ia dilarikan ke RSUD dr Soetomo dan langsung masuk dalam ruang isolasi khusus.

"Saya tahu saat dimasukkan ke ruang isolasi khusus. Dengan kondisi lemas bernafas pun sudah tidak sampai, oksigen tidak maksimal. Saya sendiri di ruang khusus itu bersama alat medis,” ungkapnya.

Selama perawatan super intensif di ruang isolasi khusus itu berlangsung, ibu dua anak ini tidak mengetahui kalau ia tengah mengidap penyakit yang kini mewabah di berbagai belahan dunia. Bahkan, yang dia tahu dokter hanya menyampaikan kondisi pasien harus sembuh, harus kuat dan tidak putus dalam berdoa.

"Ibu harus sembuh, ibu sehat, karena hanya ibu yang bisa membantu diri ibu sendiri, imun ibu yang membentengi ibu sendiri. Itu kata dokter pada saya. Tidak pernah sama sekali dokter dan perawat bilang pada saya tentang virus,” urainya.

Menurut dia, selama beberapa hari dirawat di ruang isolasi merupakan hari paling berat yang pernah dilewati. Setelah keluar dari ruang isolasi khusus penuh peralatan medis, ia harus menjalani tahap berikutnya, yakni masuk ke ruang isolasi tanpa peralatan.

"Itu lima hari yang luar biasa berat. Saya merasakan betapa sakitnya. Dokter terus mendukung saya, ibu tidak apa-apa jalan pelan-pelan selangkah dulu dan pakai oksigennya. Lalu setelah itu saya dimasukkan ke ruang yang tidak ada peralatan lagi masih di ruang isolasi juga,” papar dia.

Setelah hari ke delapan di rawat di RSUD dr Soetomo Surabaya, akhirnya dia dapat bertemu dengan sang suami. Pada kesempatan itu, dokter menyampaikan kondisi dia sudah resmi negatif Covid-19. "Dokter bilang itu pada suami saya kalau saya sudah kembali sehat. Saya dinyatakan negatif Covid-19,” tegasnya.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Pesan Pasien yang Sembuh dari COVID-19

Meskipun saat ini ia sudah kembali ke rumah, ia tetap harus membatasi kegiatannya sembari menjaga pola hidup agar tetap sehat. Tidak lupa Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya juga terus memantau kondisi pasien yang sudah sembuh itu melalui puskesmas terdekat. Bahkan, pemkot juga memberikan perhatian khusus kepada dirinya dengan cara memberikan vitamin, suplemen dan makanan sehat.

"Terima kasih sekali kepada Bu Risma dan jajarannya atas apa yang sudah saya terima. Bahkan selama saya sakit suami dan anak saya diperhatikan. Pemimpin memberi kejelasan terhadap bawahan. Dan bawahan menjalankan tugasnya,” ucapnya.

Ia berharap, warga Surabaya juga dapat mematuhi aturan yang sudah ditetapkan pemerintah. Terlebih, dia sebagai mantan pasien Covid-19 sudah merasakan betapa sakitnya melawan virus tersebut. 

"Peraturan pemerintah itu harus didengar. Ini bukan penyakit atau virus biasa. Saya sudah mengalami ini. Untuk anak muda, sudah tidak usah lagi keluar kalau sekadar nongkrong itu tidak perlu. Kita batasi interaksi. Memang ada dokter tapi, dia juga manusia,” pungkas dia. 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya