Dua Hal soal Kandungan Bahan Bilik Sterilisasi di Surabaya Perlu Ditinjau Ulang

DPRD Kota Surabaya meminta pemerintah kota setempat meninjau ulang bahan benzalkonium chloride (BAC) yang digunakan pada bilik sterilisasi di sejumlah tempat publik.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Mar 2020, 12:40 WIB
Bilik sterilisasi di Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Komisi D DPRD Surabaya menuturkan, bahan di bilik sterilisasi harus dipertimbangkan efeknya bila disemprotkan terhadap manusia. Bahan disinfektan, yaitu bahan benzalkonium chloride (BAC), digunakan pada benda seperti kursi, gagang pintu, dinding rumah, dan kendang hewan.

Oleh karena itu, DPRD Kota Surabaya meminta pemerintah kota setempat meninjau ulang bahan benzalkonium chloride (BAC) yang digunakan pada bilik sterilisasi di sejumlah tempat publik. Hal ini karena tidak aman buat manusia.

"Alasan pertama bahan yang menggunakan BAC memang bisa digunakan pada benda-benda mati, seperti kursi, gagang pintu, dinding rumah, dan kandang hewan, tetapi disemprotkan pada manusia harus dipertimbangkan karena efeknya," kata Sekretaris Komisi D DPRD Surabaya Dr Akmarawita Kadir, seperti dikutip dari Antara, Senin (30/3/2020).

Selain itu, kata dia, bahan tersebut bisa menyebabkan iritasi mukosa seperti saluran pernapasan, mata dan luka, selain itu reaksi alergi, pada kulit bisa menyebabkan hiperplasia epitel bahkan ulkus (luka). Bahkan, lanjut Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPRD Kota Surabaya itu, sesuai penelitian dapat merangsang peradangan pada usus, dan menyebabkan kanker usus besar pada penggunaan kadar yang rendah.

"Walaupun penelitian ini masih pada tikus, tetapi patut dipertimbangkan untuk tidak mengunakan bahan ini, dan menghindari bahan lain seperti klorin yang mempunyai efek yang merugikan manusia juga," ujar dia.

Alasan kedua, kata dia, ketika seseorang sudah masuk ke dalam bilik dan keluar, maka tidak pernah mencapai steril karena kalau mau steril maka itu harus zero kuman. Jadi sifatnya mengurangi jumlah mikroorganisme patogen saja.

"Jadi sebaiknya mengganti dengan bahan lain yang sifatnya antiseptik dengan fungsi yang sama dan relatif lebih aman itu adalah langkah yang sangat bijak," kata dia.

Menurut dia, ada sistem ozon yang relatif lebih aman karena kandungannya adalah air dengan teknik ozonisasi ini juga bisa menjadi alternatif.

"Alternatif lain yang dinilai paling aman adalah membawa dua set pakaian ke kantor dan nanti sampai di kantor kita mengganti pakaian. Karena pakaian kita dari rumah kan sudah dicuci dan sudah diseterika, pasti minim mikroorganisme patogen," tutur dia.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Ada Efek Samping Bila Tak Sesuai Kadar

Bilik sterilisasi di Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sementara itu, Ketua Departemen Farmasetika Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga Surabaya (Unair), Retno Sari, mengatakan selama ini yang digunakan untuk penyemprotan di bilik sterilisasi atau bilik disinfeksi, sebenarnya itu adalah benzalkonium chloride.

"Prinsipnya dia merupakan kelompok senyawa ammonium quarterner yang bersifat surfaktan," kata Retno Sari.

Menurut dia, surfaktan artinya dia akan mempengaruhi permukaan. Biasanya kalau sabun itu termasuk surfaktan. Bahan aktif sabun itu termasuk surfaktan. Artinya kalau kita mencuci tangan dengan sabun, itu bahan-bahan yang lemak protein itu akan berikatan, kemudian akan terjadi menggumpal, kemudian akan merusak.

Dalam hal ini, ia menjelaskan , virus merupakan makhluk hidup atau 'not living organism' yang tidak ada dinding selnya tapi ada lapisan proteinnya, sehingga kalau protein itu terkena bahan yang sifatnya mempengaruhi sifat permukaannya, maka dia akan menggumpal dan rusak.

"Jadi bahan yang digunakan selama ini untuk bilik itu tentu saja dengan kadar yang aman. Kalau ada yang menyampaikan ada efek samping dan sebagainya semua bahan akan digunakan tidak sesuai dengan kadarnya itu pasti ada efek sampingnya," demikian Retno Sari.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya