Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un terus meluncurkan rudal sehingga mengganggu negara-negara tetangganya. Aksi ini terus dilakukan Korut meski dunia sedang direpotkan Virus Corona COVID-19.
Dilaporkan CNN, Senin (30/3/2020), Korut meluncurkan rudal itu ke arah pantai Jepang pada hari Minggu kemarin. Peluncuran itu adalah yang keenam dilakukan rezim Kim Jong-un dalam sebulan terakhir.
Baca Juga
Advertisement
Protes datang dari Jepang karena rudal itu mendarat di dekat Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Jepang. Jepang menyebut kelakukan Korut merupakan masalah serius.
"Ini adalah isu serius bagi masyarakat internasional termasuk Jepang bahwa Korea Utara terus-terusan meluncurkan roket," jelas Pasukan Bela Diri Jepang.
Korea Selatan juga mengkritik Korea Utara yang dianggap peluncuran roket ini tidak pantas mengingat situasi Virus Corona saat ini.
Informasi terus dikumpulkan oleh Jepang terkait misil tersebut. Korsel dan AS juga mengetahui ada peluncuran roket, tetapi tidak tahu mengetahui tipe misilnya, kecuali jangkauannya yang jarak dekat.
Tak ada laporan resmi terkait Virus Corona di Korea Utara. Ini sangat terbalik dari kondisi Korsel yang secara transparan menunjukan pasien dan jumlah tes Virus Corona dilakukan pemerintah.
Total kasus Virus Corona di Jepang adalah 1.866, dan 54 di antaranya meninggal. Sementara, total kasus di Korsel mencapai 9.661 pasien.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Pakar Sangsi Kasus Virus Corona COVID-19 di ASEAN Rendah
Angka penyebaran Virus Corona (COVID-19) di Asia Tenggara terpantau rendah dibandingkan negara-negara Eropa. Sebagai contoh, Jerman sudah mencatat 62 ribu kasus, sementara negara-negara ASEAN yang notabene tak jauh dari lokasi awal penyebaran Virus Corona masih relatif sedikit.
Tak hanya itu, bahkan ada negara ASEAN yang tak mencatat kasus sama sekali.
Dilaporkan VOA Indonesia, pakar kesehatan memperingatkan angka yang tidak akurat mungkin memberikan kesan aman yang jauh dari kenyataan, dan membantu menyebarkan virus mematikan itu.
Laos dan Myanmar, yang sama-sama berbatasan dengan China, di mana pandemi Virus Corona merebak akhir tahun lalu, masih melaporkan nol kasus awal pekan lalu. Laos sejak itu mengonfirmasi enam kasus hingga Sabtu (28/3). Myanmar, yang berbatasan dengan China sepanjang lebih dari 2.000 kilometer, mengonfirmasi lima penderita.
Kamboja dan Vietnam, yang juga memiliki hubungan budaya dan komersial yang erat dengan China, melaporkan 104 dan 169 orang yang terinfeksi. Angka penderita Virus Corona di kedua negara itu lebih banyak dari Laos atau Myanmar, tapi masih pada tingkat rendah.
"Itu konsekuensi dari sangat terbatasnya kapasitas tes dan pengawasan yang lemah, dan itu kenyataannya," kata Mark Simmerman, seorang konsultan kesehatan di Thailand dan bekas pakar epidemiologi bagi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS yang pernah menangani respon kawasan itu terhadap wabah SARS pada 2003.
"Angka yang sangat kecil itu tidak realistis," katanya.
Sementara Indonesia, Malaysia dan Thailand, masing-masing telah melaporkan ribuan kasus, meskipun disana sebagian pakar kesehatan mengeluh. Di Indonesia, kepala Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla mengatakan kemungkinan ada infeksi Virus Corona yang jauh lebih banyak dibanding yang dilaporkan karena jumlah tes yang rendah.
Advertisement