Lockdown Akibat Corona COVID-19, Moskow Pantau Warga Via Smart Monitoring

Moskow menerapkan smart monitoring untuk memantau warganya di masa lockdown akibat Virus Corona COVID-19.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 30 Mar 2020, 19:28 WIB
Presiden Rusia, Vladimir Putin dengan alat pelindung diri lengkap mengunjungi rumah sakit tempat pasien positif corona dirawat di Kommunarka, Moskow, Selasa (24/3/2020). Putin memberikan apresiasi kepada para dokter dan tenaga medis dalam menangani pasien COVID-19. (Alexey DRUZHININ/SPUTNIK/AFP)

Liputan6.com, Moskow - Otoritas Moskow akan memberlakukan karantina di seluruh kota. Menggunakan kode QR untuk penduduk ketika meninggalkan rumah mereka, situs web berita Meduza melaporkan pada hari Minggu, mengutip sumber yang dekat dengan pusat krisis Virus Corona COVID-19 di ibu kota Rusia.

Perintah isolasi diri akan berlaku untuk semua penduduk tanpa memandang usia.

"Lockdown sebagian di kota 12,7 juta mulai berlaku hari Senin, yang memungkinkan orang Moskow meninggalkan rumah mereka hanya untuk mencari perawatan medis darurat, berbelanja makanan atau obat-obatan, bekerja,membawa jalan-jalan hewan peliharaan, atau membuang sampah," kata Wali Kota Sergei Sobyanin seperti dikutip dari Moscow Times, Senin (30/3/2020).

Orang-orang yang meninggalkan rumah diperintahkan untuk menjaga jarak setidaknya 1,5 meter antara mereka dan orang lain untuk mencegah penularan Virus Corona COVID-19.

"Kantor wali kota akan menggunakan smart monitoring (sistem pemantauan pintar) untuk menegakkan aturan baru dan akan mengembangkan sistem izin khusus bagi penduduk untuk meninggalkan rumah mereka."

Pihak berwenang kabarnya akan mengeluarkan kode QR kepada orang-orang yang mendaftar dengan alamat rumah mereka di situs web wali kota, Meduza mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya. Masyarakat Moskow perlu menunjukkan kode QR ini kepada petugas polisi sesuai permintaan.

Pengumuman Sobyanin tentang peraturan isolasi diri pada masa pandemi Virus Corona COVID-19 yang ketat memungkinkan pergerakan di sekitar Moskow tanpa akses khusus sampai pemerintah kota mengeluarkan dekret terpisah tentang hal tersebut.

Sobyanin tidak merinci hukuman karena melanggar karantina tidak terbatas. Kemungkinan dalam bentuk denda administratif.

 

Saksikan juga Video Berikut Ini:


Sanksi Berupa Denda

Gambar ilustrasi diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Food and Drug Administration AS menunjukkan Virus Corona COVID-19. (US Food and Drug Administration/AFP)

Pada hari Senin, kantor berita RIA Novosti yang dikelola pemerintah melaporkan bahwa warga terancam denda hingga 40.000 rubel (Rp 8,2 juta karena melanggar karantina. Mereka dapat didenda 300.000 rubel sekitar Rp 61.543.938 jika menginfeksi orang lain dan menyebabkan kematian akibat melanggar karantina.

Dekret terbaru juga memperkenalkan langkah-langkah untuk mendukung mereka yang kehilangan pekerjaan karena karantina dengan tunjangan pengangguran sebesar 19.500 rubel sekitar Rp 4 juta per bulan. Orang dengan kasus Virus Corona COVID-19 ringan akan dirawat di rumah dan menerima pengobatan anti-virus secara gratis.

Pemerintah Moskow juga mempertimbangkan untuk mengerahkan polisi untuk berpatroli di jalan-jalan selama karantina, kata Meduza mengutip sumbernya.

AFP melaporkan, aturan isolasi baru ini akan diawasi oleh sistem besar kamera pengenal wajah di Moskow, mulai berlaku ketika Rusia menutup perbatasannya sebagai bagian dari langkah-langkah yang semakin ketat untuk menghentikan penyebaran COVID-19.

 


Kasus Virus Corona COVID-19 di Rusia

Presiden Rusia, Vladimir Putin dengan alat pelindung diri lengkap mengunjungi rumah sakit tempat pasien positif corona dirawat di Kommunarka, Moskow, Selasa (24/3/2020). Putin memberikan apresiasi kepada para dokter dan tenaga medis dalam menangani pasien COVID-19. (Alexey DRUZHININ/SPUTNIK/AFP)

Mayoritas kasus Virus Corona COVID-19 di Rusia berasal dari Moskow, dengan lebih dari 1.000 dari 1.534 kasus dan sembilan dari 11 kematian tercatat di ibu kota negara itu.

Setidaknya satu anggota parlemen dan beberapa pengacara mengatakan kepada media Rusia bahwa hanya Presiden Vladimir Putin dan senat Rusia yang memiliki wewenang konstitusional untuk membatasi kebebasan bergerak melalui keadaan darurat. Kremlin, sementara itu, mengatakan pihaknya menyetujui tindakan tegas Sobyanin untuk mencegah pandemi yang mematikan itu.

"Secara bertahap, tetapi dengan mantap, kami akan memperketat kontrol yang diperlukan dalam situasi ini," kata Sobyanin.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya