Liputan6.com, Jakarta - Tim peneliti yang terdiri dari empat orang alumni Program Studi Matematika Universitas Indonesia (UI)--Barry Mikhael Cavin, Rahmat Al Kafi, Yoshua Yonatan Hamonangan, dan Imanuel M. Rustijono--membuat simulasi pandemi Covid-19 di Indonesia dengan tiga skenario.
Simulasi yang menggunakan model bernama SIRU--Susceptible, Infected, Reported, dan Unreported--ini antara lain merujuk pada sebuah penelitian mengenai kasus Covid-19 di Tiongkok yang berjudul "Understanding Unreported Cases in the COVID-19 Epidemic Outbreak in Wuhan, China, and the Importance of Major Public Health Interventions". Selain itu, simulasi ini menggunakan data kasus akumulatif dari 2 hingga 29 Maret yang dirilis di kawalcovid19.id.
Baca Juga
Advertisement
Susceptible berarti seseorang mungkin saja tertular dan ini bisa berlaku bagi siapa pun. Infected berarti seseorang sudah terinfeksi tetapi belum menunjukkan gejala (periode inkubasi).
Adapun Reported berarti seseorang terinfeksi, menunjukkan gejala, dan sudah terlapor. Sementara Unreported berarti seseorang terinfeksi tetapi tidak melapor karena gejalanya ringan atau alasan lainnya.
"Kami meyakini bahwa sebenarnya banyak orang yang terinfeksi namun tidak menunjukkan gejala, seperti di negara lain," kata Barry dan rekan-rekannya.
Mengacu pada grafik di atas, pandemi Covid-19 di Indonesia akan mencapai puncaknya pada 16 April dengan 546 kasus positif baru. Tren ini lalu akan mereda pada akhir Mei hingga awal Juni. Selain itu, grafik di atas juga menunjukkan adanya gap yang sangat besar antara Reported dan Infected.
"Berdasarkan data, 1 orang positic Covid-19 bisa menularkan penyakit ini kepada 2-3 orang. Dengan jumlah penduduk terinfeksi yang mencapai ribuan orang, jika implementasi physical distancing tidak dilaksanakan secara disiplin, maka akan semakin banyak orang yang tertular dan menjadi reported case," tutur para peneliti lebih lanjut.
Tiga Skenario
Para peneliti juga menyebut bentuk intervensi pemerintah seperti menutup tempat hiburan dan memberlakukan Work From Home turut berkontribusi dalam mengurangi laju interaksi antarmanusia.
Berdasarkan fungsi laju interaksi antarmanusia yang dibuat, para peneliti mencoba memetakan tiga skenario.
Skenario 1
Per 1 April 2020 tidak ada kebijakan tegas dan strategis dalam mengurangi interaksi antarmanusia. Puncak pandemi akan terjadi pada 4 Juni dengan 11.318 kasus positif baru dan akumulasi kasus positif mencapai ratusan ribu kasus. Akhir pandemi akan berlangsung antara akhir Agustus dan awal September.
Advertisement
Skenario 2
Per 1 April 2020 sudah ada kebijakan tetapi kurang tegas dan kurang strategis dalam mengurangi interaksi antarmanusia, serta masyarakat tidak disiplin menerapkan physical distancing. Puncak pandemi akan terjadi pada 2 Mei dengan 1.490 kasus positif baru dan akumulasi kasus positif mencapai 60.000 kasus. Akhir pandemi akan berlangsung antara akhir Juni dan awal Juli.
Skenario 3
Per 1 April sudah ada kebijakan tegas dan strategis dalam mengurangi interaksi antarmanusia, serta masyarakat disiplin menjalankan physical distancing. Puncak pandemi akan terjadi pada 16 April dengan 546 kasus positif baru dan akumulasi kasus positif mencapai 17.000 kasus. Akhir pandemi akan berlangsung antara akhir Mei dan awal Juni.
Terakhir, para peneliti menekankan bahwa model ini masih bersifat dinamis dan bergantung pada pemerintah dan masyarakat.
"Model ini masih sangat dinamis, sehingga bergantung juga pada kebijakan-kebijakan pemerintah ke depannya dan keseriusan masyarakat dalam menjalankan kebijakan yang diberlakukan," tutur para peneliti.
(Why/Ysl)
Advertisement