Liputan6.com, Jakarta - Semakin banyak orang yang bekerja dari rumah atau terhubung dengan keluarga dan teman di tengah pandemi virus corona, Zoom langsung menjadi populer.
Karena banyak yang memakai dan populer di kalangan warganet, platform video conference inipun menjadi sasaran empuk hacker (peretas).
Sejak masyarakat mulai mengkarantina diri untuk memerangi virus corona, Check Point melihat ada peningkatan tajam aktivitas registrasi nama domain "Zoom".
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari laporan Check Point, Selasa (31/3/2020), ada 1.700 domain Zoom (tiruan) baru yang terdaftar sejak penyebaran Covid-19 dimulai.
Dari domain tiruan baru tersebut, 25 persen dari mereka terdaftar hanya dalam kurun waktu seminggu terakhir.
Para peneliti keamanan siber juga mengonfirmasi, setidaknya ada 70 domain yang terdaftar digunakan untuk kejahatan.
Biasanya, domain palsu ini banyak digunakan untuk situs web phishing agar hacker dapat mencuri informasi pribadi pengguna yang tidak curiga.
Instal File Berbahaya ke PC Korban
Tak hanya digunakan untuk phishing, Check Point juga menemukan file ".exe" berbahaya atau malware di dalam aplikasi Zoom buatan hacker.
Mereka menjelaskan, file itu dapat menginstal software yang memberikan akses kepada hacker untuk membuka PC korban, entah itu mencuri data atau hal lainnya.
Advertisement
Platform Video Call Populer Lain Jadi Target
Selain Zoom, penelitii keamanan siber itu juga menemukan file serupa di platfom video conference lainnya, seperti Microsoft Teams.
Mereka juga menemukan domain palsu untuk layanan serupa, yakni Google Classroom, yang terdaftar di subdomain google.com di class.google.com.
Hacker akan dengan sengaja mendaftarkan nama domain yang serupa (kadang beda satu huruf) dan digunakan untuk melancarkan serangan phishing.
(Ysl/Why)