Liputan6.com, Jakarta - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah, menilai bahwa penerbitan recovery bond sangat membantu masyarakat, di tengah pandemi Corona.
“Memang kita membutuhkan pembiayaan. Pemerintahkan sudah merencanakan akan mengeluarkan stimulus Rp 405,1 triliun, untuk meningkatkan pelayanan kesehatan penanganan wabah virus Corona,” kata Piter kepada Liputan6.com, Rabu (1/4/2020).
Advertisement
Selain itu, fungsi recovery bond sendiri yakni untuk memberikan bantuan kepada kelompok masyarakat yang terdampak untuk meningkatkan kemampuan dunia usaha, dalam mengahadapi wabah Corona sehingga diharapkan bisa membantu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menurutnya, semua pihak seharusnya sepakat dengan keputusan untuk menerbitkan recovery bond tersebut. Alsannya, stimulus Rp 405,1 triliun tersebut butuh dana. Selain dari melakukan realokasi anggaran, dana tersebut dari penerbitan recovery bond ini.
“Tapi kan kita tidak sepakat semuanya dalam bentuk realokasi, sebagian itu harus dipenuhi dengan cara menerbitkan utang baru, baik itu utang luar negeri ini nih yang namanya disebut recovery bond,” ujarnya.
Piter menyebut istilah recovery bond hanya penamaan saja, menurutnya itu merupakan penerbitan surat utang biasa yang dalam hal ini diperuntukan untuk dalam rangka stimulus menanggulangi wabah virus Corona.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Terbitkan Recovery Bond, Sri Mulyani Bahas Strategi dengan BI
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani menyebutkan pemerintah mempertimbangkan opsi recovery bond untuk pembiayaan pelebaran defisit. Pemerintah bersama dengan Bank Indonesia (BI) masih akan membahas lebih dalam apakah akan mengambil opsi tersebut atau atau tidak.
"Untuk recovery bond, kami dengan BI membuka pintunya. Kalau enggak dipakai pintunya, alhamdulilah. Kalau dipakai ya kita kasih rambu-rambu," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers melalui sambungan video, Rabu (1/4/2020).
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan, dalam waktu dekat akan bertemu dengan Sri Mulyani untuk membahas rincian skenario penerbitan recovery bond.
"Berbagai hal yang memang perlu didiskusikan, rinciannya skenario seperti apa, dan dalam waktu dekat saya dan menkeu akan ketemu untuk membicarakan perencanaan penerbitana SUN dan SBSN seperti apa, kebutuhannya berapa, kemampuan pasar penyerapannya seperti apa," bebernya.
Perry juga menegaskan, jika situasi normal, maka BI akan kembali pada UU BI bahwa Bank Indonesia tidak bisa beli pasar perdana. Namun karena saat ini situasi sedang tidak normal, maka opsi-opsi ini harus diambil untuk mencegah lonjakan suku bunga SBN.
Advertisement