Studi Ungkap Orangtua dan Anak Sering Konflik Selama Pandemi Corona COVID-19

Sebuah studi mengungkap orangtua dan anak semakin sering berkonflik selama pandemi Virus Corona COVID-19. Mengapa? Ini alasannya.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Apr 2020, 09:01 WIB
Orangtua memiliki peran untuk mengajarkan nilai persahabatan pada anak. (iStockphoto)

Liputan6.com, Chicago - Menurut hasil sebuah studi yang diunggah di laman web Universitas Michigan (UM) pada Selasa 31 Maret 2020, stres dan ketidakpastian yang disebabkan pandemi Virus Corona COVID-19 telah berdampak buruk pada orangtua. Mengapa demikian?

Kondisi tersebut disebutkan terjadi seiring dengan beban fisik dan psikologis yang mulai dirasakan anak-anak mereka akibat situasi masa pandemi Virus Corona jernis baru itu.

Para peneliti meluncurkan survei daring pada 24 Maret lalu, sekitar sepekan setelah Gedung Putih mengeluarkan arahan social distancing atau jaga jarak sosial untuk memperlambat laju penyebaran virus. Survei tersebut melibatkan 562 responden dewasa, dengan 288 atau 51 persen di antaranya adalah orang tua yang memiliki setidaknya satu anak berusia 12 tahun ke bawah.

Mengutip Xinhua, Kamis (2/4/2020), para responden melaporkan kesehatan mental dan kesejahteraan mereka, serta pola asuh dan kondisi ekonomi selama pandemi. Mereka juga memberikan jawaban untuk pertanyaan terbuka tentang perubahan perilaku anak dan pola asuh sejak munculnya krisis kesehatan global ini.

Meski mayoritas orangtua mengaku menjadi lebih dekat dengan anak-anak mereka ketika harus berdiam di rumah, tak sedikit yang juga melaporkan tingkat hukuman psikologis dan fisik yang tinggi terhadap anak-anak mereka selama masa-masa ini.

Masih ada dampak positif pada masa pandemi Virus Corona COVID-19.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Juga Video Berikut Ini:


Kekhawatiran Lain, Masalah Finansial

Ilustrasi orangtua dan anak (iStockphoto)

Sekitar 50 persen orangtua khawatir mereka tidak mampu membayar tagihan dan 55 persen cemas akan kehabisan uang.

Selain itu, sekitar 52 persen orangtua mengaku bahwa masalah finansial telah menjadi penghambat dalam mengasuh anak-anak mereka selama pandemi, sementara 50 persen orangtua mengaitkannya dengan isolasi sosial.

Sekitar satu dari enam orangtua mengaku pernah memukul atau menampar anak mereka setidaknya sekali dalam dua pekan terakhir. Sedangkan 11 persen orangtua mengatakan telah melakukan hal tersebut selama beberapa kali atau sering.

Frekuensi membentak, berteriak dan menjerit kepada anak-anak cukup tinggi, dengan empat dari 10 orangtua mengatakan mereka telah melakukan hal itu beberapa kali atau sering dalam dua pekan terakhir.

Ketika ditanya apakah perilaku tersebut merupakan peningkatan dari perilaku yang biasa mereka lakukan, 19 persen menjawab mereka jadi lebih sering berteriak atau menjerit, dan 15 persen mengaku telah meningkatkan pemberian hukuman kepada anak mereka sejak munculnya pandemi.

"Mengingat bahwa data ini dihimpun pada periode yang relatif awal sejak pemberlakuan lockdown akibat pandemi coronavirus, kita dapat memprediksi angka ini akan terus meningkat dari waktu ke waktu ketika kondisi ekonomi memburuk dan tingkat stres orangtua meningkat," kata Shawna Lee, penulis utama studi tersebut yang juga menjabat sebagai Direktur UM Parenting di Context Research Lab.

Para peneliti mencatat bahwa temuan studi ini tidak sepenuhnya suram. Pasalnya, 88 persen orangtua melaporkan bahwa mereka dan anak-anak mereka lebih sering menunjukkan kasih sayang terhadap satu sama lain dalam dua pekan terakhir. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya