Liputan6.com, Jakarta Tidak semua pahlawan mengenakan jubah. Begitulah sosok Suzanne Hoylaerts selayaknya dikenang. Wanita biasa berusia 90 tahun itu rela mengorbankan nyawanya demi menolong pasien Covid-19 lain yang berusia lebih muda.
Seperti dilansir AS, Hoylaerts merupakan salah seorang pasien positif Covid-19 di Belgia. Wanita asal Binkom dekat Lubbeek itu dibawa putrinya ke UGD salah satu rumah sakit, Jumat 20 Maret 2020. Usia yang sudah sepuh membuatnya sulit melawan virus yang membunuh puluhan ribu orang itu.
Advertisement
Di Belgia sendiri, 13 ribu lebih pasien yang dinyatakan positif mengidap Covid-19. Dokter dan tim medis mulai kewalahan menangani pasien sebanyak itu. Keterbatasan alat membuat mereka terkadang bertemu pilihan sulit, seperti menentukan siapa yang harus diselamatkan terlebih dahulu.
Hoylaerts sepertinya menyadari situasi ini. Karena itu, dalam pertarungan hidup dan mati, dia memilih untuk menolak alat bantu pernapasan yang akan dipasang oleh tim medis kepadanya. Dengan lembut dia berbisik,"Saya tidak mau penapasan buatan itu," kata Hoylaerts kepada dokter yang merawatnya.
"Simpan itu, berikan kepada yang lebih muda. Saya sudah melalui kehidupan yang indah," katanya.
"Jangan menangis, kalian sudah melakukan semua yang kalian bisa untukku," ujarnya kepada tim medis.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Dimakamkan Tanpa Kehadiran Keluarga
Tanpa alat bantu pernapasan itu, Hoylaerts akhirnya menyerah dalam pertarungan melawan virus Corona Covid-19. Dia meninggal dunia dan dimakamkan tanpa kehadiran orang-orang terdekatnya.
Untuk keamanan, pemerintah memang melarang pihak keluarga untuk melayat dan menghadiri pemakaman pasien Covid-19. "Saya tidak bisa mengucapkan selamat tinggal dan pergi ke pemakamannya," ujar putrinya, Judith kepada salah satu media ternama di Belgia, Het Lasste Nieuws.
Sehari sebelum wafat atau Jumat dua pekan lalu (20/3/2020), Judith-lah yang mengantar ibunya ke ruang gawat darurat. Momen itu sekaligus kali terakhir bagi Judith melihat wajah ibunda tercinta. Meski merasa kehilangan, cerita yang disampaikan tim medis tentang pengorbanan ibunya membuat bangga Judith.
"Ibu kami benar-benar tidak melakukan sesuatu yang istimewa," kata sang putri. "Seperti itulah dia, itu menjadi ciri khasnya sepenuhnya," kata Judith kepada media yang mewawancarainya.
Advertisement
Tersebar ke Seluruh Dunia
Kisah heroik Hoylaerts segera tersebar ke penjuru dunia. Media-media ternama menulis beritanya. Netizen pun ramai-ramai memberi penghargaan kepada wanita pemberani tersebut.
"Kabar ini membuatku patah hati," tulis Inder Singh.
"Wanita asal Belgia, Suzanne Hoylaerts berusia 90 tahun menolak alat bantu pernapasan dan berkata kepada dokternya,' simpan itu dan berikan kepada yang lebih muda (yang paling membutuhkan), saya sudah melewati kehidupan yang indah'. Tidak semua #pahlawan mengenakan juba !" tulis Singh.