Jakarta - Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, melakukan penyemprotan disinfektan sebagai upaya menghadapi pandemi Virus Corona COVID-19 pada Selasa 31 Maret. Tanpa menghiraukan peringatan dari ahli kesehatan, penyemprotan disinfektan dilakukan secara massal oleh petugas yang mengenakan alat pelindung seperti karakter dalam film 'Ghostbusters'.
Bukan hanya di Indonesia, praktik seperti ini juga dilakukan di negara lain, seperti di salah satu pasar terbesar di Turki, di jembatan di Meksiko, bahkan secara langsung ke tubuh para pekerja migran di India.
Advertisement
Sejumlah perkantoran dan tempat-tempat di Indonesia pun diketahui telah melakukan penyemprotan disinfektan kepada mereka yang akan masuk ke dalam gedungnya.
Tapi menyemprot langsung disinfektan langsung ke tubuh mendapat kritikan dari sejumlah ahli penyakit, karena alasan kesehatan dan dianggap memboroskan waktu dan sumber daya.
"Ini adalah pemandangan aneh yang dilakukan di banyak negara," ungkap Dale Fisher, ahli penyakit menular di Singapura, sekaligus ketua divisi Waspada Wabah Global dan Jaringan Tanggapan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) seperti dikutip dari ABC Indonesia, Kamis (2/4/2020).
"Menurut saya tindakan tersebut tidak termasuk penanganan virus corona dan malah justru bisa meracuni orang," tegas Dale Fisher. Menurutnya virus tidak tahan lama di alam bebas dan pada umumnya orang tidak menyentuh tanah.
Juru bicara Wali Kota Surabaya, Febriadhitya Prajatara, mengatakan penyemprotan disinfektan dilakukan dengan menggunakan drone, atau pesawat kecil yang dilengkapi kamera.
Menurutnya upaya ini "penting dilakukan" di daerah yang sudah terdapat kasus Corona COVID-19 dengan alasan virus bisa berada di mana saja.
Dibandingkan dengan sabun, menurutnya cairan disinfektan yang mengandung benzalkonium klorida dapat melemahkan virus sehingga tidak masuk ke badan manusia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Membuat Iritasi Pada Tubuh
Di Jakarta, tersedia juga layanan penyemprotan disinfektan dalam bentuk seperti kotak telepon umum yang bisa ditemui di beberapa tempat.
Para pejalan kaki atau pengendara kemudian bisa menyemprot dirinya dengan anggapan dapat menghilangkan kuman yang menempel di pakaian dan kulit.
"Menurut saya ini bagus...saya merasa bersih setelah menyentuh banyak hal di bus...saya merasa terlindungi dengan baik," kata Fany Anisa, warga Jakarta yang diwawancara setelah menggunakannya.
Contoh ini merupakan inisiatif pribadi yang didukung pemerintah setempat di Indonesia.
"Ini tidak bagus untuk kulit, mulut dan mata karena dapat menyebabkan iritasi," kata Wiku Adisasmito, Dosen Kesehatan Publik di Universitas Indonesia.
Sementara menurut Leong Hoe Nam, ahli penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth di Singapura, penyemprotan disinfektan secara massal memang sangat menarik perhatian dan seolah menaikkan moral, namun bukan merupakan langkah efektif melawan Virus Corona jenis baru.
"Lebih baik menggunakan meriam air untuk membubarkan orang supaya mereka pulang ke rumah," katanya.
Namun di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta malah meminta agar warganya tidak menyemprotkan cairan disinfektan ke tubuh.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo, cairan disinfektan yang terbuat dari cairan larutan pemutih, klorin, karbollysol, dan pembersih lantai lebih ditujukan untuk membersihkan permukaan atau benda mati, bukan untuk tubuh manusia.
"Mencampurkan berbagai jenis disinfektan berpotensi menimbulkan konsentrasi yang berlebihan sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan dan menganggu kesehatan," ujar Joko, seperti dikutip dari kantor berita Antara.
Ia mengatakan solusi aman mencegah penularan Virus Corona baru adalah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mandi, mengganti pakaian setelah melakukan aktivitas di luar rumah dan menjaga jarak setidaknya satu sama lain dengan orang lain.
Advertisement
Memperhatikan Kebersihan Pribadi Lebih Penting
Tapi faktanya secara sains menyebutkan cairan yang mengandung benzalkonium klorida dapat menyebabkan iritasi kulit, bila dipakai berlebihan atau dalam konsentrasi tinggi.
Saat ini mencuci tangan dan membersihkan permukaan benda yang sering disentuh, seperti tombol lift, telah dianjurkan sebagai upaya perlindungan yang lebih efektif dibandingkan disinfektan.
Hal ini diungkapkan oleh Paul Tambyah dari Perhimpunan Mikrobiologi Klinis se-Asia Pasifik.
"Penyemprotan mungkin memang murah dan lebih bisa dilihat banyak orang. Tapi saya lebih cara yang lebih efektif adalah dengan lebih memperhatikan kebersihan pribadi dan lingkungan sekitar."
Sejumlah foto dan video yang menunjukkan praktik penyemprotan cairan disinfektan ke udara dari truk atau dari alat penyemprot ke tanah telah menggusarkan banyak pakar kesehatan.
"Menyemprot disinfektan ke jalanan pastinya tidak akan berdampak besar," kata Christopher Lee, mantan Wakil Direktur Kementerian Kesehatan Malaysia, yang juga dokter spesialis penyakit menular.
"(Tindakan ini) adalah pemborosan sumber daya dan waktu."