Liputan6.com, Yogyakarta - Pakar statistika dan alumni MIPA UGM memaparkan hasil prediksi terkait penyebaran Corona COVID-19 di Indonesia. Selain memprediksi waktu pandemi ini berakhir, mereka juga memproyeksikan jumlah pasien atau orang yang tertular Corona COVID-19.
Guru Besar Statistika UGM Dedi Rosadi bersama dengan Heribertus Joko, alumnus FMIPA UGM, dan Fidelis I Diponegoro, alumnus PPRA Lemhanas RI membuat prediksi pemodelan matematika untuk memproyeksikan kasus Corona COVID-19 di Indonesia. Model probabilistik ini berdasarkan pada data nyata atau probabilistic data driven model (PPDM).
Bukan tanpa alasan model matematika ini dipilih. Menurut Dedi, hasil prediksi ini perlu disampaikan mengingat sejumlah hasil prediksi model matematika dinamik terhadap data penderita positif COVID-19 cenderung bombastis dan terlalu berlebihan.
Baca Juga
Advertisement
Dari hasil analisis yang dikembangkannya, ia memperkirakan penambahan maksimum total penderita Corona COVID-19 berada di kisaran minggu kedua, yakni 7 sampai 11 April 2020. Penambahan berkisar 740 sampai 800 pasien per empat hari dan diperkirakan akan mengalami penurunan setelahnya.
Sementara, berdasarkan data yang ada diperkirakan pandemi akan berakhir lebih kurang 100 hari setelah 2 Maret 2020 atau sekitar 29 Mei 2020 dengan jumlah minimum pasien positif Corona COVID-19 sekitar 6.200 orang.
"Ini adalah proyeksi untuk skenario ideal, ketika indikator seperti kebijakan pemerintah untuk pengaturan berhasil dan tidak terjadi jumlah pemudik yang signifikan," ujar Dedi, Rabu (1/4/2020).
Apabila terjadi jumlah pemudik yang signifikan, maka terjadi perubahan proyeksi. Berdasarkan perhitungan, jika jumlah pemudik yang datang ke DIY signifikan, maka diperkirakan jumlah pasien positif Corona COVID-19 berkisar 12.000 sampai 18.000 orang dan pandemi berakhir pada akhir Juni 2020.
Simak video pilihan berikut ini:
Model Teori Antrian
Ia menjelaskan model dasar yang digunakan adalah model teori antrian. Prediksi yang dikemukakan tersebut berdasarkan data pasien per 26 Maret 2020 dan diasumsikan telah dilakukan intervensi ketat dari pemerintah sejak minggu ketiga Maret 2020.
Model tersebut mengasumsikan proses orang datang ke rumah sakit sebagai pasien positif Corona Covid-19 yang mengikuti proses antrean Markovian. Setelah dilakukan pencocokan model terhadap data total penderita Covid-19 positif, maka Dedi dan tim mampu menjelaskan fenomena penting berdasarkan model yang mereka gunakan.
Prediksi yang disampaikan Dedi dan tim lebih melegakan ketimbang hasil yang disampaikan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Ada peneliti yang memprediksikan kondisi ekstrem sebanyak 2,5 juta kasus jika tanpa intervensi dan 500.000 kasus untuk intervensi ketat.
"Kami menyarankan untuk tidak melakukan ritual mudik lebaran dan kegiatan tarawih di masjid selama Ramadan, serta intervensi ketat oleh pemerintah melalui karantina wilayah dan isolasi diri ketat harus dilakukan sampai pandemi Corona COVID-19 benar-benar berakhir awal Juni 2020," kata Dedi.
Advertisement