Liputan6.com, Sikka Wabah virus corona (Covid-19) sepertinya menjadi kekhawatiran bagi masyarakat. Pemahaman yang tidak menyeluruh soal Covid-19 ini pun menimbulkan kesalahpahaman bagi warga yang hidup di lingkungan masyarakat.
Seperti yang terjadi di Kelurahan Waioti Kecamatan Alok Timur Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Puluhan warga menolak keberadaan Orang Dalam Pemantauan (ODP).
Advertisement
Aksi penolakan pasien ODP dan HIV yang menghuni Rumah Singgah ODHA terjadi Kamis (2/4/2020) sekitar pukul 09.00 Wita.
Warga RT/RW 002/001 dan RT/RW 003/001 mendatangi Rumah Singgah yang terletak tidak jauh dari situ. Mereka berteriak-teriak meminta penghuni Rumah Singgah segera keluar dari tempat itu. Warga kuatir menularnya penyakit, terutama virus corona yang sedang mewabah.
Sekitar 20 orang warga yang datang menolak keberadaan ODP berada di lingkungan sekitar mereka.
Lurah Waioti Maria Anita Yuniati,Tim Satuan Gugus Tugas Pencegahan Covid 19, Dokter dan petugas kesehatan akhirnya datang ke lokasi penolakan ODP dan memberikan penjelasan kepada warga terkait HIV dan ODP. Namun apapun penjelasannya, tidak diterima warga.
Dokter dan petugas kesehatan berupaya memberikan pemahaman terkait keberadaan penghuni ODP dan HIV di Rumah Singgah. Warga tetap saja tidak menerima penjelasan.
Setiap penjelasan yang disampaikan petugas kesehatan, pembicaraannya langsung dipotong warga. Mereka terus mendesak agar penghuni Rumah Singgah dikeluarkan dari lingkungan mereka.
“Kami tidak mau dengar penjelasan. Kami hanya minta mereka segera angkat kaki dari sini,” ujar seorang warga yang memotong penjelasan petugas kesehatan.
Tidak kuasa menahan desakan dan protes warga, akhirnya Tim Satgas Covid tinggalkan lokasi untuk berkoordinasi dengan pengambilan keputusan. Hingga saat ini belum diketahui langkah yang akan diambil Satgas Covid.
Rumah Singgah ini sementara dihuni oleh 4 orang dari Kecamatan Palue yakni ZL bersama ibu kandungnya, saudari kandungnya dan keponakannya. Mereka berempat dititipkan sementara di rumah singgah sejak Senin (30/3) lalu.
Sebagaimana diberitakan, ZL baru kembali dari Batam pada Kamis (19/3) lalu. Kehadiran ZL di desanya di Kecamatan Palue, meresahkan warga di tengah merebaknya virus corona. Warga di desa itu lalu ramai-ramai menolak ZL bersama keluarganya.
ZL bersama keluarganya kemudian dibawa ke Maumere untuk melakukan pemeriksaan. Petugas kesehatan langsung memeriksa di Pelabuhan Laurens Say. ZL disarankan untuk melakukan karantina mandiri.
Persoalannya, keluarga ZL yang di berada di Maumere menolak memberikan tumpangan. Setelah melalui koordinasi dengan beberapa pihak, akhirnya ZL bersama ibu kandung, saudari kandung dan keponakan, dikarantinakan di Rumah Singgah ODHA.
Rumah Singgah ODHA ini adalah rumah milik orang yang dikontrak Komisi Penanggulangan AIDS Propinsi NTT sejak tahun 2018. Selama ini, jika ada ODHA yang menghuni rumah singgah, warga sekitar merespons secara positif.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Pater membawa ODP
Pater Vande Raring SVD datang ke lokasi kejadian langsung membawa ODP. Ia tak ingin memberi rasa cemas dan takut pada warga.
Kami datang menjemput ZL dan membawa pulangnya. Kami bawa pulang ke rumah saudarinya sambil mencarikan rumah untuknya.
"Sehingga akhirnya penderita-penderita yang normatif seperti flu, batuk dan pilek termaksud HIV menjadi ancaman serius bagi warga," ungkapnya.
Hanya karena situasi global yang disebabkan oleh wabah virus corona, sehingga kami datang membantu mengamankan para penderita ini.
"Saat ini para penderita sudah sakit dan beban yang dia derita sudah, apalagi ditolak oleh warga bisa membuat perasan batin yang sangat mendalam,"ujarnya.
Sebut Vande Raring, kita tidak tau kalau sakit karena ditolak atau dikucilkan oleh sesama, lebih baik kita memberi mereka keamanan dan peneguhan sehingga bisa bangkit kembali dari sakit dan penderitaan yang sedeng dialami saat ini.
Ia berharap warga punya kepekaan, agar orang-orang sakit dan kembali kita mematuhi perintah Bupati atau Presiden dalam situasi darurat ini.
"Karena kita berada dalam satu negara yang lagi mengalami wabah virus corona dan diawasi langsung oleh Presiden RI, Gubernur NTT, dan Bupati sikka. Sehingga sebagai masyarakat tidak boleh mengambil sikap main hakim sendiri terhadap warga, segala sesuatu yang terjadi ini harus sesuai dengan prosedural," pungkasnya. (Dionisius Wilibardus)
Advertisement