Liputan6.com, Jakarta - Google Doodle kembali hadir dengan desain anyar untuk hari ini. Namun sedikit berbeda, Doodle kali ini hadir tidak untuk merayakan sesuatu, melainkan sebuah ajakan untuk beraktivitas di rumah.
Ajakan ini memang tidak lepas dari penyebaran Covid-19 yang terus meluas, dan melakukan aktivitas di rumah merupakan salah satu upaya untuk menyetop penyebarannya.
Oleh sebab itu, mesin pencarian Google kali ini menampilkan huruf-huruf yang sedang beraktivitas masing-masing di dalam rumahnya. Ada yang membaca buku, bermain musik, menelpon, hingga berolahraga.
Baca Juga
Advertisement
Apabila ilustrasi tersebut diklik, pengguna akan dibawa ke laman khusus yang berisi informasi maupun tips untuk mencegah penularan Covid-19.
Dikutip dari laman Google Doodle, Jumat (3/4/2020), beberapa tips yang dapat dilakukan, seperti mencuci tangan dengan sabun atau alkohol, menutup hidung dan mulut saat bersin, hingga menjaga jarak dengan orang lain.
"Tetap di rumah dan lakukan isolasi diri dari orang lain apabila kamu merasa kurang sehat," tulis Google dalam laman tersebut.
Tidak hanya tips, laman itu juga berisi informasi seputar Covid-19, mulai dari gejalanya, perawatan medis yang dapat dilakukan, hingga statistik jumlah penderita penyakit ini di seluruh dunia.
Sebagai tambahan, laman khusus dari Google Doodle hari ini juga menyertakan beberapa kanal berita. Jadi, pengguna dapat mengetahui informasi terkini mengenai Covid-19 di seluruh dunia.
Kasus Positif Virus Corona COVID-19 di Dunia Tembus 1 Juta
Sekadar informasi, total kasus Virus Corona (COVID-19) di seluruh dunia resmi menembus satu juta kasus. Lonjakan ini karena makin banyak negara yang melakukan tes massal sehingga banyak kasus terdeteksi.
Berdasarkan peta Gis And Data, Jumat (3/4/2020), kasus positif tertinggi kini berada di Amerika Serikat dengan 244 ribu pasien. Berikutnya, ada Italia dengan 115 ribu pasien dan kasus kematian tertinggi yakni 13 ribu orang.
Berikut 5 negara dengan kasus Virus Corona terbanyak:
1. AS (244.678)
2. Italia (115.242)
3. Spanyol (112.065)
4. Jerman (84.794)
5. China (82.433)
Kasus di China kini tercatat relatif sedikit mengingat penduduknya ada 1,4 miliar orang. Intelijen dan pakar kesehatan AS pun mulai meragukan kejujuran China dalam menampilkan data secara lengkap.
"Ketika kamu melihat data China di awal-awalnya, dan kamu mendapati ada 80 juta orang, atau 20 juta orang di Wuhan dan 80 juta di Hubei, dan mereka menyebut ada 50 ribu (pasien), kamu berpikir ini lebih mirip SARS ketimbang pandemi global seperti sekarang," ujar Dr. Deborah Birx, Koordinator Respons Virus Corona Gedung Putih.
"Saya pikir komunitas medis menginterpretasi data dari China bahwa ada sesuatu yang serius, tetapi lebih kecil ketimbang yang siapa pun perkirakan, karena saya pikir mungkin kita kehilangan jumlah data yang signifikan," pungkas Dr. Birx.
Sementara, Bloomberg News melaporkan bahwa ada laporan intelijen AS yang menyebut laporan pasien Virus Corona dari China memang tidak lengkap. Tiga pejabat yang membocorkan informasi intel itu meminta informasinya dirahasiakan.
Kementerian Luar Negeri China menolak laporan intelijen AS. Juru bicara Kemlu China berkata AS hanya sedang mencoba menyalahkan China.
(Dam/Ysl)
Advertisement