Olimpiade Tokyo Mundur Setahun Ibarat Dua Sisi Mata Uang

Keputusan Jepang dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) membuat para atlet lega sekaligus galau.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 03 Apr 2020, 16:45 WIB
Medali Olimpiade Tokyo resmi diumumkan kepada publik saat seremoni untuk merayakan momen satu tahun jelang Olimpiade di Tokyo, Rabu (24/7/2019). Medali yang didesain Junichi Kawanishi itu berdiameter 85 mm dan dihiasi gambar dewi Yunani, Nike serta logo Olimpiade. (Behrouz MEHRI/AFP)

Liputan6.com, Tokyo - Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang resmi diundur selama setahun akibat virus corona covid-19. Pemerintah Jepang yang awalnya ngotot menggelar ajang ini sesuai jadwal, akhirnya menyerah karena drsakan dari ratusan atlet.

Tentunya, keputusan Jepang dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) membuat para atlet lega sekaligus galau. Pasalnya, bagi para atlet di seluruh dunia, penundaan Olimpiade Tokyo bak dua sisi mata uang.

Di satu sisi, langkah penangguhan diambil demi keselamatan manusia. Namun, di sisi lain mereka kehilangan waktu setahun, terutama bagi atlet yang sudah berumur. Seperti di sepak bola misalnya, atlet yang boleh tampil di Olimpiade hanya yang usianya di bawah 23 tahun.

Namun, apapun konsekuensinya, banyak atlet yang mendukung keputusan tersebut. Mereka lebih mementingkan kesehatan di atas segalanya.

"Sekarang, banyak atlet yang bernapas lega. Kami merasa di bawah tekanan saat berlatih dan bersaing sepanjang waktu," kata perenang asal Inggris, Adam Peaty, seperti dikutip dari Mirror.

Sementara bagi atlet Indonesia, Eko Yuli Irawan sedikit menggerutu soal penundaan Olimpiade Tokyo. Pasalnya, pengunduran tersebut bisa mengacaukan event olahraga yang sudah terjadwal di tahun 2021.

"Ya, kalau bisa Olimpiade Tokyo jangan sampai ditunda tahun depan, soalnya (kalau tahun depan) pasti bentrok sama persiapan kejuaraan yang ada di tahun depan pastinya," kata Eko Yuli Irawan, dilansir dari laman Antara.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.


Kualifikasi Ulang

Cincin Olimpiade bercahaya mengapung di air di bagian Odaiba Tokyo, (6/3/2020). (AP Photo/Jae C. Hong)

Sebenarnya, sudah ada 57 persen dari 11.000 atlet yang sudah lolos kualifikasi untuk tampil di Olimpiade Tokyo 2020. Namun, pemerintah Jepang memilih untuk mengundurkan Olimpiade ke tahun 2021 karena desakan para atlet.

Alhasil, Komite Olimpiade Internasional (IOC) menyebut atlet-atlet yang bakal tampil di Olimpiade Tokyo pada 2021 harus dipilih ulang oleh Komite Olimpiade Nasional (NOC) di negaranya masing-masing.

Dalam banyak kasus, beberapa pemain sepak bola akan melewati batas usia yang telah ditentukan pada tahun depan meskipun sudah lolos kualifikasi di tahun ini.

"Dalam beberapa jenis olah raga, ada aturan spesifik mengenai batasan usia atlet, baik itu usia terendah maupun tertinggi, demi alasan keselamatan sekaligus penyetaraan, seperti yang diterapkan dalam aturan sepak bola pria dengan usia dibawah 23 tahun.".

"Saat ini, kami masih berdiskusi dengan FIFA. Kami harus mencapai kesepakatan dalam beberapa minggu kedepan," kata Direktur Olah Raga IOC Kit McConnell, mengutip dari Reuters.

 

 


Juara Olimpiade Lega

Sejumlah orang makan di restoran hotel ketika kapal tongkang membawa Cincin Olimpiade di Distrik Odaiba, Tokyo, Jepang, Jumat (17/1/2020). Cincin Olimpiade dengan tinggi 15,3 meter dan panjang 32,6 meter tersebut akan berada di sana hingga Olimpiade 2020 berakhir. (AP Photo/Jae C. Hong)

Dengan penundaan Olimpiade Tokyo, Cameron van der Burgh sangat lega. Cameron merupakan perenang yang menjadi juara Olimpiade 2012, yang sempat terjangkit virus corona covid-19, dua pekan lalu.

Dia pun menceritakan betapa buruknya terkena virus corona covid-19. Menurut perenang yang memutuskan pensiun pada Olimpiade 2018, corona covid-19 merupakan virus yang sangat mengerikan.

"Sejauh ini adalah virus terburuk yang pernah saya alami meskipun sebagai individual yang sehat dengan paru-paru kuat (tidak merokok/olahraga), menjalani hidup sehat dan masih muda (paling kecil risikonya secara demografi)."

"Hilangnya pengondisian tubuh sangat besar dan hanya bisa dirasakan oleh atlet yang tertular covid-19 karena mereka akan mengalami kerugian besar dari pengondisian yang dihasilkan melalui siklus latihan terakhir. Infeksi yang lebih dekat dengan kompetisi adalah yang terburuk," katanya dalam akun Facebook.

 


Pelatih Tinju Rusia Terkena Virus Corona

Terbaru, seperti dikutip dari Antara, seorang pelatih tinju Rusia dinyatakan positif virus corona covid-19. Dia terinfeksi virus ini setelah pulang dari kualifikasi Olimpiade di London, bulan lalu.

Anton Kadushin, yang bekerja bersama Gleb Bakshi, juara dunia 2019 pada kelas menengah, menulis pada Instagramnya, Kamis, bahwa ia telah dites positif virus tersebut.

Kadushin mengatakan, dia mengalami gejala termasuk suhu badan tinggi pada 25 Maret, beberapa hari setelah kembali dari kualifikasi. Sekarang, Kadushin berada di rumah melakukan isolasi diri.

Kepala federasi tinju Rusia, Umar Kremlev, sebagaimana disiarkan Reuters dari Moscow, Jumat, mengatakan dalam pernyataan pada lamannya bahwa situasinya terkendali dan bahwa Kadushin mengalami kasus ringan virus tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya