Liputan6.com, Jakarta Masih ingat dengan sejumlah kasus bullying atau perundungan siswa beberapa waktu lalu?. Ternyata tindakan tersebut bukan hanya terjadi di lingkungan sekolah saja, tapi juga nyata di dunia kerja.
Pasti kamu pernah melihat tindakan bullying di kantor, baik dalam bentuk bully fisik, verbal, maupun mental. Atau mungkin kamu sendiri yang menjadi korban bully rekan kerja dan atasan?.
Entah itu diperlakukan kasar, dihina atau dimaki yang menjurus body shaming, hingga mencibir dan memanipulasi hasil kerja.
Jika memang benar, tindakan bullying tidak bisa dibiarkan. Perlakuan tersebut begitu menyakitkan dan akan terus membekas dalam diri korban.
Perundungan juga dapat menyulut api dendam, marah, kesal, hilang kepercayaan diri, hingga korban bisa berbuat nekat membunuh atau melakukan bunuh diri.
Baca Juga
Advertisement
Namun demikian, banyak pula korban yang menjadikan bullying sebagai motivasi. Menunjukkan kepada pelaku bahwa mereka dapat menjadi seseorang yang lebih baik, lebih sukses, berprestasi, dan kaya raya.
Jadi semua itu balik lagi kepada diri masing-masing. Dukungan keluarga dan sahabat atau teman sangat penting untuk menyembuhkan luka bullying.
Bagi kamu yang kerap kali mendapat perlakuan atau tindakan bullying dari rekan kerja di kantor, begini cara menghadapinya, seperti dikutip dari Cermati.com.
1. Catat tindakan bullying yang pernah diterima
Bila menerima perundungan, baik secara verbal maupun secara fisik dan mental, catat di sebuah buku atau ponsel. Waktu kejadian dan bentuk bully yang didapatkan dari rekan kerja. Bisa juga dengan merekam di ponsel secara diam-diam.
Hal ini sangat berguna sebagai barang bukti apabila rekan kerja sudah keterlaluan atau melewati batas untuk melabrak atau melaporkannya ke pihak HRD. Bahwa tidak mengada-ada. Perundungan ini nyata dan punya bukti konkret.
Jadi sebetulnya, kamu tidak diam saja. Tapi menulis untuk menjadi ‘senjata’ nantinya melawan pelaku suatu saat nanti. Kalau perlu, catat dan rekam pula aksi perundungan yang dilakukan pelaku yang sama ke rekan kerja yang lain atau pelaku yang berbeda ke rekan kerja lain.
2. Bicarakan langsung ke pelaku
Kesabaran manusia pasti ada batasnya. Begitu kesabaran sudah habis, dan Anda tidak bisa tinggal diam lagi, bicarakan saja dengan si pelaku bahwa dia telah melakukan aksi bullying kepada.
Jangan takut selagi benar. Toh kalau dia mengelak dan ngeles hanya bercanda, tunjukkan bukti catatan dan rekaman tersebut.
Katakan kepada pelaku, Anda tidak suka dengan bullying tersebut. Bicarakan seluruhnya yang menyangkut unek-unekmu terhadapnya. Agar pelaku sadar bahwa apa yang dia lakukan menyakiti hati orang lain. Mungkin saja dia melakukannya tanpa sadar, ucapannya telah membuat luka menganga.
Tujuannya biar semua permasalahan jelas, dapat selesai dengan baik dan damai. Tidak ada ribut-ribut yang saling merugikan satu sama lain. Dengan mengatakan langsung pun, diharapkan dapat membuka hati si pelaku agar tidak mengulangi hal yang sama ke rekan kerja yang lain.
3. Laporkan ke HRD
Bila sudah berbicara langsung kepada si pelaku, namun tetap saja bebal meluncurkan aksi bullying, jangan segan-segan untuk melaporkannya ke HRD. Tentu saja dengan menunjukkan barang bukti berupa catatan maupun rekaman perundungan yang sudah sudah terkumpul.
Pihak HRD pasti akan menelaah kasus perundungan tersebut dan mencari solusinya. Bisa saja memanggil pelaku untuk ‘disidang’ secara internal. Menanyai kebenarannya kepada pelaku. Jika ada aturan perusahaan mengenai aksi bullying, pelaku bisa diberikan surat peringatan kesatu, kedua, atau ketiga.
Apabila perundungan masih terjadi, si pelaku bisa dipecat secara tidak hormat. Melaporkan pelaku bullying ke HRD bukanlah sebuah bentuk dendam. Melainkan sebagai pelajaran bagi si pelaku agar tidak ada lagi korban perundungan berikutnya setelah kamu.
Semua Pantas Bahagia
Bullying akan selalu menyisakan trauma. Meski tidak mudah, tapi kamu harus bangkit. Melawan dengan semangat dan tekad kuat untuk maju, sukses, dan membahagiakan orang-orang yang menyayangimu.
Jalan masih panjang. Ada masa depan cerah menantimu.Jangan berkecil hati. Buktikan Anda bisa lebih berhasil dari mereka.
Advertisement