Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti di Imperial College, London, mengembangkan model matematika untuk mengetahui dampak dari pandemi virus Corona (Covid-19) terhadap dunia. Menurut model matematika tersebut, virus itu bisa membunuh sebanyak 40 juta orang di seluruh dunia bila tidak ada langkah sosial yang diambil.
Baca Juga
Advertisement
Akan tetapi, angka tersebut dapat berkurang setengahnya menjadi 20 juta jika orang-orang mau mengambil langkah untuk mengurangi kontak sosial mereka dalam memerangi virus Corona. Angka tersebut dapat dicapai bila orang mau melakukan pengurangan pertemuan sosial sebesar 40 persen dan lansia mengurangi interaksi mereka hingga 60 persen.
Para ahli tersebut juga mengatakan bahwa langkah-langkah yang lebih agresif yang dapat mengurangi korban lanjut harus diambil semua pemerintah. Dengan cara ini, pandemi virus Corona baru dapat dikendalikan dalam beberapa bulan mendatang.
Selanjutnya
Para ahli itu menghitung bahwa jika jarak sosial (social distancing) yang lebih intensif dan berskala luas diterapkan lebih awal dan berkelanjutan, maka ini dapat memotong 75 persen dari tingkat kontak antarpribadi. Dengan kata lain, itu bisa menyelamatkan 38,7 juta jiwa.
Menurut studi yang mereka publikasikan dan dilaporkan oleh South China Morning Post, dalam penelitian tersebut para ahli telah memasukkan sejumlah skenario. Hal itu seperti apa yang terjadi jika dunia tidak mengambil tindakan untuk membendung arus virus Corona baru tersebut.
Advertisement
Selanjutnya
Model ini mencakup dua skenario yang menggabungkan jarak sosial, yang menghasilkan epidemi berpuncak tunggal, dan beberapa skenario untuk menekan penyebaran penyakit. Dalam memproyeksikan dampak kesehatan pandemi di 202 negara, para peneliti di Imperial College Covid-19 Response Team mengumpulkan data tentang pola kontak usia spesifik dan keparahan Covid-19.
"Satu-satunya pendekatan yang dapat mencegah kegagalan sistem kesehatan dalam beberapa bulan mendatang adalah langkah-langkah social distancing intensif yang tengah dilakukan oleh banyak negara yang paling terkena dampak," kata studi tersebut.
"Intervensi ini mungkin perlu dipertahankan pada tingkat tertentu bersamaan dengan tingkat pengawasan yang tinggi dan isolasi kasus yang cepat."
Selanjutnya
Proyeksi Imperial College menunjukkan bahwa negara-negara berpenghasilan tinggi akan melihat lebih banyak pengurangan kematian dan beban pada sistem kesehatan, hanya jika mereka mengadopsi langkah-langkah social distancing yang lebih ketat. Para peneliti berpendapat bahwa demografi yang lebih tua dan sumber daya perawatan kesehatan yang lebih baik di negara-negara kaya, berkonstribusi terhadap perbedaan dampak.
Studi tersebut mengatakan bahwa social distancing instensif kemungkinan memiliki dampak terbesar ketika diterapkan lebih awal. Langkah ini perlu dipertahankan sampai batas tertentu, yakni hingga vaksin atau cara penyembuhan yang efektif tersedia.
Advertisement
Selanjutnya
Akan tetapi, pemerintah juga harus mempertimbangkan keberlanjutan langkah-langkah tersebut. Studi ini tidak mengkuantifikasi biaya sosial dan ekonomi yang lebih luas dari pendekatan social distancing yang ketat.
"Analisis kami menyoroti keputusan menantang yang dihadapi oleh semua pemerintah dalam beberapa minggu dan bulan mendatang, tapi juga menunjukkan sejauh mana tindakan cepat, tegas, dan kolektif dapat menyelamatkan jutaan nyawa," pungkas para peneliti.