Kisah WNI Pasien Corona COVID-19 di Belanda, Dimakamkan Tanpa Kehadiran Istri dan Kerabat

Kematian Warga Negara Indonesia karena Covid-19 membawa duka tersendiri bagi keluarga yang ditinggalkan.

oleh Yuke Mayaratih diperbarui 05 Apr 2020, 15:30 WIB
Alm Zulkifli Murod dikenal memiliki suara yang merdu dan khas saat mengumandangkan adzan. Ia juga kerap menjadi imam di mesjid dan aktif dalam kegiatan di HMMI ( Himpunan Masyarakat Muslim Indonesia) Rotterdam- Belanda. (Foto: Koleksi keluarga)

Liputan6.com, Rotterdam - Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) meninggal akibat Virus Corona Baru di Belanda. Ustadz Zulkifli Murod (65) tutup usia pada 28 Maret 2020, menjadikannya WNI pertama yang meninggal akibat COVID-19 di Negeri Kincir Angin.

Tragisnya, tak ada satupun keluarga yang diizinkan masuk ke ruang jenazah. Pemakaman dilakukan sehari setelah almarhum meninggal dunia.

Prosesi pemakamanpun hanya disaksikan tak kurang dari 8 orang, sesuai dengan prosedur pemulasaran jenazah virus corona yang berlaku.

"Sehari sebelum meninggal, istri almarhum, Ipah, jam 22.00 malam menghubungi saya dan menginformasikan kalau sahabat saya Zulkifli kena virus corona dan dilarikan ke rumah sakit Ridderkerk. Dia langsung dibawa ke bagian Intensive care karena sudah tidak sadar lagi,”kata Hamdi Rafioeddin seorang kerabat dekat, bercerita kepada Liputan6.com, dimuat pada Minggu (5/4/2020).

"Dalam percakapan di telpon, Ipah juga mengatakan wasiat almarhum, 'jika ajal menjemput ia ingin dimandikan oleh saya.' Dan saat itu juga saya berkemas akan ke rumah sakit. Tapi ternyata saya mendapat info bahwa dokter tidak mengizinkan siapapun juga termasuk keluarga datang ke rumah sakit untuk menengok. Karena sangat berbahaya untuk keselamatan dan kesehatan'," kata Hamdi menceritakan sahabatnya yang tutup usia akibat Virus Corona.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Simak video pilihan berikut:


Pengurus Himpunan Masyarakat Muslim Indonesia di Rotterdam

Ilustraasi foto Liputan 6

Hamdi Rafioeddin adalah sahabat Alm Zulkifli Murod. Mereka berdua duduk dalam kepengurusan di HMMI (Himpunan Masyarakat Muslim Indonesia) Rotterdam, Belanda. Keduanya juga aktif menjadi penasehat di mesjid Baiturahman Ridderkerk, Rotterdam.

Mengetahui ayahnya sudah meninggal dunia pukul 04.00 dini hari, Namirah sang anak lalu menghubungi Hamdi untuk mengambil langkah selanjutnya. Karena salah satu wasiat ayahnya disamping minta dimandikan, ia juga ingin dikafani memakai kain ihram.

Hamdi lalu bersiap ke rumah sakit untuk melaksanakan wasiat almarhum. Tapi melalui telpon, pihak dokter lagi-lagi tidak mengizinkan jenazah dimandikan dengan alasan kesehatan.

Sang anak, Khalidah juga sudah berupaya menyampaikan keinginannya agar jenazah ayahnya bisa dikuburkan saat itu juga di hari yang sama, namun permintaannya ini juga tidak dikabulkan. 


Pemakaman Ditangani Pihak yang Ditunjuk Pemerintah Setempat

Petugas melewati layar pemantau yang menunjukan penyebaran virus corona (COVID-19) di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Senin (9/3/2020). Dari 3.580 orang yang menghubungi Posko COVID-19 DKI Jakarta, ada 64 kasus kategori Orang Dalam Pantauan dan 56 Pasien Dalam Pengawasan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kebijakan pemerintah, semua prosesi penguburan korban COVID-19 ditangani yayasan pemakaman yang ditunjuk pemerintah, yaitu yayasan Dela di Rotterdam.

Jenazah akhirnya dimakamkan dua hari kemudian yaitu, Senin 30 Maret 2020 pukul 15.00 waktu setempat. Acara penguburan hanya dihadiri 8 orang, termasuk dua anak almarhum Namirah dan Yazid. Sedangkan anak kedua Khalidah tidak diizinkan keluar rumah karena masih sakit.

Sebelumnya, Zulkifli sudah menderita kanker tulang belakang selama 6 tahun. Namun berangsur pulih. Dalam keadaan belum sehat betul, ia tetap aktif dalam kegiatan keagamaan, tetap menjalankan ibadah dan juga mengumandangkan adzan.

"Bahkan ia kerap menjadi imam saat shalat jumat di masjid," kata Hamdi dengan nada sedih.

Pada hari penguburan, sang istri Ipah tidak bisa hadir karena berada dirumah sakit. Sebelumnya, ia mengalami demam dan segera dilarikan ke rumah sakit. Tim dokter menyatakan ia juga tertular virus corona. Dan sampai saat ini masih dirawat secara intensif di rumah sakit Maastad Rotterdam.

 "Sungguh menyakitkan dalam situasi virus corona, keluarga bisa terpisah, malahan bisa tidak boleh berdekatan untuk menyatakan kasih sayang bersama. Famili bisa jauh, bersilaturahmi bisa hilang, sampai berjemaah dan beribadah bersama pun bisa terlarang keras," kata Hamdi.

"Betapa tidak, karena masjid tempat ibadah pun terkunci dan tertutup tidak bisa digunakan untuk salat," lanjutnya.

 "Tapi Alhamdulillah, walaupun dalam jumlah yang mengantar dan menguburkan boleh dikatakan tidak ada atau sedikit orang, kesyahduan dalam penguburan sangat terasa. Semua berjalan lancar dan sesuai dengan yang dianjurkan oleh agama. Suatu tanda bahwa almarhum Zulkifli mati syahid, diterima amal ibadahnya dan dimaafkan segala kesalahannya, karena saya yakin almarhum orang baik. Dikenal banyak orang dan selalu ringan tangan dalam berbuat baik."

"Walaupun semua tidak datang bertakziyah, mensalatkan, dan mengantar ke peristirahatanya terakhir,” kata Hamdi menutup pembicaraan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya