6 Ragam Pernyataan Terkait Mudik di Tengah Pandemi Corona, dari MUI hingga Aa Gym

Sampai saat ini, pemerintah masih terus mengkaji soal pembatasan mudik untuk mencegah penyebaran virus Corona Covid-19.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 06 Apr 2020, 06:02 WIB
Petugas melewati layar pemantau yang menunjukan penyebaran virus corona (COVID-19) di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Senin (9/3/2020). Dari 3.580 orang yang menghubungi Posko COVID-19 DKI Jakarta, ada 64 kasus kategori Orang Dalam Pantauan dan 56 Pasien Dalam Pengawasan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah masih terus mengkaji soal pembatasan mudik di tengah pandemi virus Corona Covid-19. Hal ini dilakukan guna mencegah penyebaran virus tersebut semakin meluas. 

Majelis Ulama Indonesia atau MUI pun sampai saat ini belum mengeluarkan fatwa haram terkait larangan mudik di tengah pandemi Corona di Indonesia.

Meski begitu, menurut Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas, bahwa mudik dari daerah yang tidak ada wabah, menuju ke tempat yang tak ada wabahnya, maka tidak ada masalah.

"Mubah. Karena tidak ada mudharat yang akan muncul di situ. Tapi, kalau dia mudik dari daerah pandemi, ke daerah lain maka hukumnya haram," kata Anwar kepada Liputan6.com, Jumat, 3 April 2020.

Pernyataan soal mudik di tengah pandemi Corona ini pun menuai tanggapan para tokoh. Mereka setuju apabila ada larangan mudik.

Misalnya saja Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Nasaruddin Umar. Dia mengingatkan agar masyarakat juga semakin mendekatkan diri kepada Tuhan di tengah wabah Corona.

Berikut ragam pernyataan terkait mudik di tengah pandemi Corona Covid-19 di Indonesia dihimpun Liputan6.com:

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


MUI

Gedung Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jalan Proklamasi No 51, Menteng, Jakarta Pusat. (bimasislam.kemenag.go.id)

Pemerintah tengah mengkaji pembatasan mudik, guna mencegah penyebaran wabah virus Corona Covid-19.

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas angkat bicara soal banyaknya warga memilih mudik di tengah pandemi Corona.

Menurutnya, kalau mudik dari daerah yang tidak ada wabah, menuju ke tempat yang tak ada wabahnya, maka tidak ada masalah.

"Mubah. Karena tidak ada mudharat yang akan muncul di situ. Tapi, kalau dia mudik dari daerah pandemi, ke daerah lain maka hukumnya haram," kata Anwar kepada Liputan6.com, Jumat, 3 April 2020.

"Karena disyakki dan atau diduga keras dia akan bisa menularkan virus tersebut kepada orang lain. Apalagi virusnya menular dan sangat berbahaya. Dan tetap melakukannya berarti yang bersangkutan telah melakukan sesuatu yang haram," sambung Anwar.

Dengan demikian, menurut dia, wajib hukumnya jika pemerintah melarang warga mudik di tengah pandemi Corona.

"Karena kalau itu tidak dilarang maka bencana dan malapetaka yang lebih besar tentu bisa terjadi. Dan tindakan pemerintah membuat kebijakan seperti itu, itu sudah sesuai dan sejalan dengan firman Allah SWT, yang artinya janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan," ungkap Anwar.

"Dan juga sangat sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW yang melarang orang untuk masuk ke daerah yang sedang dilanda wabah dan atau keluar dari daerah tersebut," lanjut dia.

Menurut dia, bagi yang melanggar ketentuan agama tersebut, serta protokol medis yang ada jelas akan sangat berbahaya.

"Karena akan bisa mengganggu dan mengancam kesehatan, serta jiwa dari yang bersangkutan dan juga diri orang lain," ujar dia.

Anwar mengatakan ini bukanlah Fatwa yang dikeluarkan oleh MUI.

"Ini bukan fatwa. Tetapi pendapat Anwar Abbas dengan berpedoman kepada Al-quran dan As-sunnah serta fatwa-fatwa MUI yang ada," pungkas Anwar.

 


Wapres Ma'ruf Amin

Wapres Ma'ruf Amin menghadiri peringatan hari santri di Surabaya, Jawa Timur. (Dok Setwapres)

Wakil Presiden Ma'ruf Amin membenarkan, kebijakan untuk pulang ke daerah asal atau mudik saat libur Lebaran di tengah wabah Corona, masih sekedar imbauan. Pemerintah belum mengeluarkan larangan keras untuk mudik.

"Kebijakan tentang mudik ini yang sudah ditetapkan itu kan diimbau untuk tidak mudik tapi tidak ada larangan. Dalam arti, larangan semacam larangan yang keras," kata Ma'ruf usai mendengarkan laporan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil terkait penanganan wabah Covid-19 melalui telekonferensi, Jumat, 3 April 2020.

Menurut dia, ini memang akan menjadi masalah bagi daerah, karena belum adanya larangan keras mudik 2020.

"Konsekuensi ini pasti akan ada di daerah-daerah penerima," ujar Ma'ruf.

Dia pun menegaskan, bukan hanya dari Jakarta saja yang sekarang menjadi masalah, tetapi juga dari para pekerja migran dari Malaysia yang mudik ke Tanah Air.

"Mungkin juga bukan hanya mudik dari Jakarta. Sekarang ini sudah ada mulai mudik dari Malaysia. Ini juga barangkali harus dipersiapkan dengan baik," jelas Ma'ruf.

 


Gubernur Jabar Ridwan Kamil

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mendukung adanya fatwa haram tentang mudik oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), karena masyarakat akan lebih patuh untuk tidak pulang kampung jika para ulama melarangnya.

"Kalau bisa fatwa ulama, masyarakat lebih denger, karena banyak yang berdalih-dalih dengan ayat dan syariat juga. Jadi kalau MUI bisa keluar fatwa, maka tugas saya sebagai umaro tinggal menguatkan," kata Ridwan Kamil kepada Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat melakukan telekonferensi yang disiarkan di akun media sosial resmi Wapres RI.

Bercermin dari imbauan sebelumnya untuk tidak beribadah salat Jumat di masjid, Ridwan mengatakan seruan tersebut baru dipatuhi oleh banyak masyarakat setelah MUI mengeluarkan fatwa.

"Seperti waktu fatwa MUI tentang salat Jumat, waktu saya yang berinisiatif ya yang nge-bully banyak. Tetapi setelah MUI bikin fatwa, disebarkan, semua turut diam dan mengikuti," katanya pula seperti dikutip Antara.

Ridwan mendukung rencana Wapres Ma'ruf Amin yang akan mendorong MUI mengeluarkan fatwa haram terkait larangan mudik Lebaran 2020 di tengah pandemi Covid-19 di Indonesia.

Dengan adanya fatwa haram tersebut, diharapkan tidak ada pergerakan manusia untuk masuk ke wilayah Jawa Barat, sehingga penanganan Covid-19 menjadi optimal dan penyebarannya juga minim.

"Jadi mohon, mungkin inovasi dari Pak Wapres adalah menghasilkan fatwa yang menguatkan, demi keselamatan dan menjauhi kemudaratan, Pak," kata mantan Wali Kota Bandung itu pula.

 


Imam Besar Masjid Istiqlal

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar di Graha BNPB, Jakarta. (Istimewa)

Indonesia tengah berjuang memerangi wabah Covid-19 akibat virus Corona. Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Nasaruddin Umar mengatakan, usaha duniawi penting dilakukan. Physical distancing misalnya.

Namun, dia mengingatkan agar masyarakat juga semakin mendekatkan diri kepada Tuhan di tengah wabah Corona. Dia menyebut konsep itu sebagai pendekatan langit dan bumi.

"Jalur langit itu sujud. Lebih banyak berdoa kepada Allah," kata Nasaruddin saat dikonfirmasi, Jakarta, Sabtu, 4 April 2020.

Dia juga mengingatkan agar masyarakat selalu bisa menjaga dirinya di tengah wabah Corona.

"Saya mengingatkan kita ya. Jadi selama ini yang kita imbau itu jangan mudik, social distancing," jelas Nazarudin.

Nazarudin pun mengingatkan masyarakat, agar setiap kali berdoa, harus ingat seluruh bangsa dan negara. Apapun agamanya, dia berharap masyarakat tetap berdoa untuk bangsa Indonesia.

"Jadi kita doakan bangsa kita. Ya doa Qunut itu disebutkan fatwa MUI itu kan bagus itu, jangan hanya mendoakan dirinya dan keluarganya. Tapi doakan bangsa Indonesia, doakan umat manusia sedunia," pungkasnya.


Polisi Dilarang Mudik

Ilustrasi polisi. (Liputan6.com)

Guna memutus mata rantai penyebaran virus Corona Covid-19, anggota Polri dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Korps Bhayangkara dilarang mudik saat Hari Raya Idul Fitri 2020.

Larangan itu tertuang dalam surat telegram Nomor: ST/1083/IV/KEP./2020, tanggal 3 April 2020 tentang ketentuan untuk tidak melakukan kegiatan bepergian ke luar daerah dan/atau mudik Lebaran bagi personel Polri dan Pegawai Negeri Sipil pada Polri beserta keluarga dalam rangka pencegahan Covid-19 di wilayah NKRI.

Saat dikonfirmasi, Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Raden Prabowo Argo Yuwono membenarkan surat telegram tersebut. Menurutnya, surat itu memerintahkan semua anggota untuk tidak mudik.

"Surat telegram itu tentang tidak mudik Lebaran bagi personel Polri dan pegawai negeri pada Polri beserta keluarga," kata Argo saat dikonfirmasi, di Jakarta, Sabtu, 4 April 2020.

Menurut mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya ini, ada 4 ketentuan yang dituangkan dalam surat telegram tersebut. Di mana surat telegram ini harus dipatuhi karena berlaku bagi semua anggota Polri juga PNS Polri.

"Pertama tidak bepergian keluar daerah dan/atau mudik dalam rangka Hari Raya ldul Fitri 1441 H ataupun kegiatan mudik lainnya. Yang kedua, menjaga jarak aman ketika melakukan komunikasi antarindividu atau physical distancing," kata Argo.

Lebih lanjut poin ketiga adalah, membantu meringankan beban masyarakat yang lebih membutuhkan di sekitar tempat tinggalnya. Terakhir, menerapkan perilaku hidup bersih.

"Itu TR Kapolri yang dikeluarkan pada hari ini untuk tidak bepergian luar daerah atau mudik bagi anggota Polri dan PNS Polri," pungkas Argo.

 


Aa Gym Angkat Bicara

Abdullah Gimnastiar atau Aa Gym. (Kukuh Saokani/Liputan6.com)

Pendakwah Abdullah Gymnastiar atau biasa dikenal dengan Aa Gym meminta masyarakat untuk tidak mudik ke kampung halaman. Hal ini untuk menghindari penyebaran virus Corona Covid-19 yang lebih massif.

"Dalam ujian seperti ini, ternyata 85 persen pembawa virus Corona Covid-19 itu tidak menampakkan gejala klinis, jadi boleh jadi orang-orang disekitar kita yang nampak sehat itu membawa virus juga, termasuk kita. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk tidak mudik dalam keadaan seperti ini," kata Aa Gym dalam rekaman video yang diterima wartawan, Minggu (5/4/2020).

Aa Gym menambahkan, dengan tidak mudik, akan menghindari orang tersayang dari virus ini. Kebahagiaan yang dibawa akan berubah menjadi bencana bagi keluarga dan orang yang dicintai.

"Karena karena boleh jadi rasa sayang itu akan berubah menjadi bencana bagi orang tua, petaka bagi keluarga dan menjadi musibah bagi lingkungan kita yang tertular tanpa kita niatkan," ujar Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid itu.

Sikap berdiam diri di tempat, lanjut Aa Gym, merupakan sikap yang benar. Dalam Islam, tidak diperkenankan untuk keluar dari episentrum wabah tersebut.

"Namun jika bertahan di tempat yang menjadi episentrum memang itulah aturan Islam. Dalam Islam jika kita berada ditempat wabah jangan keluar dan dari luar jangan masuk. Semoga kesabaran kita berada di rumah bertahan tidak pulang melipat gandakan pahala, kecintaan Allah dan turut menghentikan wabah, dan keluaraga kita terpelihara," ujar dia.

"Semoga ada saatnya kita pulang mudik dengan rasa aman, penuh kebahagian dan keberkahan. Terimakasih untuk yang tidak mudik," imbuh Aa Agym.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya