Korban Penggusuran di Tamansari Butuh Masker dan Hand Sanitizer

Sebelas kepala keluarga korban penggusuran proyek rumah deret di Tamansari Bandung, membutuhkan masker dan hand sanitizer.

oleh Arie Nugraha diperbarui 06 Apr 2020, 08:00 WIB
Ilustrasi orang pakai masker saat wabah Virus Corona COVID-19 di Indonesia. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Liputan6.com, Bandung - Sebelas kepala keluarga korban penggusuran proyek rumah deret di Tamansari Bandung, membutuhkan masker dan hand sanitizer. Pasalnya ketersediaan masker sangat minim dan hand sanitizer pun sudah habis persediaannya.

Menurut salah seorang warga Tamansari Bandung, Eva Eriani, agar tidak terpapar COVID-19, seluruh korban penggusuran menyiapkan perangkat cuci tangan di dapur lokasi penginapan mereka. Selain itu Eva menyebutkan, setiap hari mereka rutin berjemur pada pagi hari.

“Alhamdulillah kita ada teman dari solidaritas yang sering kesini. Jadi bikin hand sanitizer sendiri gitu kan, bahkan mereka memang membagi-bagikan juga sih bukan hanya kepada warga yang terdampak di pengungsian ini ya. Ternyata mereka juga bagi-bagi ke orang-orang yang tidak punya relasi untuk membeli APD masing-masing,” kata Eva saat dihubungi melalui telepon, Bandung, Minggu, 5 April 2020.

Eva menjelaskan adanya pandemi COVID-19 yang tengah terjadi juga membuat jadwal pembersihan masjid tempat mereka berada lebih ditingkatkan kembali intensitasnya. Pemicunya adalah masih adanya warga lain yang melaksanakan ibadah.

Pembersihan tersebut diantaranya adalah dengan mencuci perlengkapan ibadah di masjid hampir setiap hari. Selain dilakukan penyemprotan disinfektan setiap hari.

“Kalau penyemprotan disinfektan mah tetap ada tiap hari juga di masjid. Jadwalnya tuh pagi sama sore setiap hari. Cuma kalau hujan kayak hari ini, belum ada yang melakukan penyemprotan,” ujar Eva.

 


Anak-anak Kesulitan Mengakses Internet untuk Belajar

Sementara untuk anak-anak yang sebelumnya ikut bermukim di lokasi pengungsian, Eva mengatakan sebagian sudah dialihkan tempat tinggalnya ke rumah kerabatnya. Sedangkan untuk kegiatan belajar secara daring, Eva menuturkan, anak-anak memiliki beberapa kendala.

Diantaranya adalah tidak adanya akses internet pribadi dan internet umum (wi-fi). Hal itu disebabkan keterbatasan pembelian kuota dan ditutup lokasi yang memiliki jaringan internet untuk umum. 

“Kan di Taman Pasupati (Taman Jomblo) sudah tidak boleh ada keramaian dengan adanya Corona ini. Ya kita akali saja dengan ibu-ibu lain lewat tethering (jaringan internet antar telepon),” sebut Eva.

Tak hanya masker dan hand sanitizer, Eva juga mengaku stok sembako di lokasi pengungsian mulai menipis. Sehingga dalam hitungan hari ke depan dipastikan akan habis. (Arie Nugraha)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya