Liputan6.com, Jakarta - Layanan video conference yang tengah naik daun, Zoom, dirundung banyak masalah. Selain isu keamanan, kini sebuah laporan dari para peneliti di Citizen Lab menemukan sejumlah panggilan video di Zoom rupanya diarahkan ke Tiongkok.
Baca Juga
Advertisement
Idealnya, panggilan video di Amerika Utara bakal tetap di Amerika Utara dan datanya tidak dipindahkan atau diarahkan ke tempat lain. Namun kenyataannya justru diarahkan ke Tiongkok dan hal ini cukup mengkhawatirkan.
CEO Zoom Eric Yuan dalam pernyataannya mengklaim, hal ini merupakan kecelakaan dan dia memberi penjelasan kenapa masalah ini bisa terjadi.
"Selama operasi normal, klien Zoom berusaha untuk terhubung di pusat data terdekat dengan wilayah mereka. Namun, saat sejumlah upaya koneksi gagal karena jaringan terlalu padat, klien akan menjangkau dua pusat data terdekat dari tempat mereka," kata Yuan, sebagaimana dikutip dari Ubergizmo, Senin (6/4/2020).
Lalu Lintas Terlalu Padat
Dengan kata lain, jika panggilan yang ada di Amerika Utara harusnya tetap berada di Amerika Utara, demikian juga dengan Eropa. Menurut Zoom, hal ini berarti geo-fencing data center.
Namun, ketika trafik padat, data ditempatkan di pusat data terdekat lainnya yang masih memungkinkan.
Harusnya Tiongkok menjadi pengecualian karena masalah privasi yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan barat. Undang-undang dan aturan di Tiongkok mengamanatkan bahwa perusahaan yang beroperasi di wilayah mereka harus menyimpan data warga di dalam negeri.
Advertisement
Pengguna Terdampak
Februari lalu Zoom menyebut per Februari kapasitas pusat data ditambahkan di Tiongkok untuk menangani permintaan data cadangan internasional.
Artinya, sejumlah pengguna di luar Tiongkok bisa saja terhubung ke pusat data Tiongkok ketika pusat data di wilayah lain tidak tersedia.
Namun Zoom tidak menyebutkan berapa banyak jumlah pengguna yang panggilan videonya diarahkan ke Tiongkok.
(Tin/Why)