Liputan6.com, Jakarta - Merebaknya pandemi Covid-19 ke seluruh dunia, mendorong keluarnya investasi portfolio (capital outflows) dari Indonesia dalam jumlah besar dan memberi tekanan pelemahan nilai tukar Rupiah.
Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam rapat virtual dengan komisi XI DPR, Senin (6/4/2020). Menurutnya, capital outflows dipengaruhi pula oleh pesatnya peningkatan kasus positif Covid-19 di Indonesia.
Advertisement
Dalam pemaparannya, dijelaskan aliran investasi portofolio total yang masuk sebesar Rp 22,9 triliun dalam periode 1-19 Januari 2020 kemudian keluar dalam jumlah yang besar sejak merebaknya pandemi Covid-19, yaitu Rp 171,6 triliun secara neto dalam periode 20 Januari sampai dengan 1 April 2020.
"Sebagian besar capital outflows dari SBN yaitu sebesar Rp 157,4 triliun dan dari saham sebesar Rp 13,3 triliun. Besarnya capital outflows terutama terjadi pada Minggu II dan mencapai puncaknya pada Minggu III Maret 2020 akibat kepanikan para investor global dengan cepatnya pandemi Covid-19 di AS dan Eropa," kata Perry.
Intervensi Bank Indonesia
Pada saat yang sama, lanjutnya, dolar AS menguat tajam dan terjadi keketatan pasokan dolar AS di pasar global. Akibatnya, nilai tukar Rupiah tertekan sehingga mengalami depresiasi sebesar 12,03 persen (point-to-point) atau 9,30 persen secara rerata dalam bulan Maret dibandingkan Februari 2020.
Padahal Bank Indonesia telah melakukan intervensi dalam jumlah besar untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah, baik secara spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), maupun dengan pembelian SBN dari pasar sekunder.
Saat ini, rupiah berangsur-angsur stabil dan diperdagangkan di sekitar Rp 16.400 per dolar sejak Minggu IV Maret 2020.
Advertisement