Pemerintah: Bepergian Tingkatkan Resiko Penularan Corona Covid-19

Yurianto mengatakan sumber penular dari orang-orang tanpa gejala (OTG) itu yang susah untuk dideteksi dan ditandai sehingga membuat kasus positif COVID-19 terus bertambah.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Apr 2020, 19:16 WIB
Juru Bicara Penanganan COVID-19 di Indonesia, Achmad Yurianto saat konferensi pers Corona secara Live di Graha BNPB, Jakarta, Minggu (5/4/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto kembali mengingatkan masyarakat agar tidak bepergian jika tidak mendesak karena akan meningkatkan risiko penularan virus Corona.

"Kita berada di tengah orang yang tidak kita ketahui apakah dia OTG (orang tanpa gejala) atau bukan. Oleh karena itu, mari laksanakan ini dengan baik," katanya, saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Senin (6/4/2020).

Menurut dia, sumber penular dari orang-orang tanpa gejala (OTG) itu yang susah untuk dideteksi dan ditandai sehingga membuat kasus positif Covid-19 terus bertambah.

"Mereka adalah orang-orang tanpa gejala, yaitu orang-orang yang dalam tubuhnya telah terdapat virus dan berkembang biak, kemudian menyebar ke sekitarnya melalui percikan ludah, droplet, pada saat dia berbicara, bersin atau batuk," kata Yurianto. 

Namun, kata dia, orang tersebut tidak merasakan sedang sakit dan tidak merasakan bahwa dirinya memiliki virus yang bisa menyebar kemana-mana.

Yurianto mengatakan bahwa Menteri Kesehatan telah menerbitkan Permenkes Nomor 9/2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang bertujuan untuk membatasi komunikasi kontak sosial/fisik dalam skala yang lebih besar.

"Ini adalah tindak lanjut dari upaya untuk menjaga jarak secara fisik, secara lebih besar lagi agar kita yakin bahwa transmisi penyakit dari orang sakit kepada orang sehat bisa kita hentikan," katanya.

Dia mengakui sejauh ini masih terlihat penambahan jumlah kasus, kematian, dan penyebaran yang semakin cepat ke beberapa wilayah di sekitarnya.

"Oleh karena itu, kita akan terus lakukan kajian epidemiologi untuk membatasi mobilitas manusia sebagai pembawa penyakit," katanya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Sebaran 2.491 Kasus per 6 April 2020

Tim medis memindahkan alat ventilator saat persiapan ruang ICU RS Pertamina Jaya, Jakarta, Senin (6/4/2020). Secara keseluruhan RSPJ memiliki kapasitas 160 tempat tidur dengan 65 kamar isolasi dengan negative pressure untuk merawat pasien yang positif Corona. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sementara itu, jumlah pasien positif COVID-19 per Senin, 6 April 2020 pukul 2020 tercatat sebanyak 2.491 kasus, dengan rincian pasien sembuh sebanyak 192 orang, sementara 209 meninggal dunia.

Sejauh ini, catatan pemerintah menunjukkan DKI Jakarta masih jadi provinsi dengan jumlah pasien positif COVID-19 terbanyak, yaitu 1.232 jiwa per 6 April. Setelah DKI Jakarta, ada Jawa Barat dengan 263 kasus, Jawa Timur dengan 189 kasus, Banten dengan 187 kasus, Jawa Tengah dengan 132 kasus, dan Sulawesi Selatan dengan 113 kasus.

Data gugus tugas mencatat 32 provinsi sudah terpapar COVID-19 dengan rincian 20 provinsi mengalami peningkatan kasus positif per 6 April di antaranya di Bali (tambah 7 kasus), Banten (tambah 10 kasus), DI Yogyakarta (tambah 6 kasus).

Kemudian, DKI Jakarta (tambah 101 kasus), Jawa Barat (tambah 11 kasus), Jawa Tengah (tambah 12 kasus), Jawa Timur (tambah satu kasus), Kalimantan Barat (tambah dua kasus), Kalimantan Timur (tambah satu kasus).

Di Kalimantan Tengah (tambah 9 kasus), Kalimantan Selatan (tambah dua kasus), Kalimantan Utara (tambah tujuh kasus), Nusa Tenggara Barat (tambah tiga kasus), Sumatera Barat (tambah 10 kasus), Sulawesi Utara (tambah dua kasus), Sumatera Utara (tambah satu kasus), Sulawesi Tenggara (tambah satu kasus), Sulawesi Selatan (tambah 30 kasus), Lampung (tambah satu kasus), dan Riau (tambah satu kasus).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya