Sempat Dibuka Menguat, Rupiah Kembali Loyo Jelang Siang Hari

Nilai tukar rupiah terhadap solar AS pada perdagangan Selasa ini dibuka menguat

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 07 Apr 2020, 10:31 WIB
Petugas melakukan pengepakan lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Bank Indonesia (BI) mempersiapkan Rp 193,9 triliun untuk memenuhi permintaan uang masyarakat jelang periode Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Rupiah sebenarnya sempat menguat pada pembukaan perdagangan hari ini.

Mengutip Bloomberg, Selasa (7/4/2020), rupiah dibuka di angka 16.385 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 16.412 per dolar AS. Namun hingga pukul 10.35 WIB, rupiah tertekan hingga 16.425 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 16.385 per dolar AS hingga 16.415 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 18,17 persen.

Sedangkan dasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 16.410 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 16.556 per dolar AS.

"Sentimen positif kembali masuk ke pasar keuangan yang mendorong penguatan indeks-indeks saham AS, Eropa kemarin dan Asia pagi ini," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra seperti dikutip dari Antara, Selasa (7/4/2020).

 


Respon Positif Pasar

Teller tengah menghitung mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pasar kembali merespon positif laporan melambatnya laju kasus positif Covid-19 di Amerika Serikat dan Eropa sebagai pusat pandemi global.

Selain itu Pemerintah AS diisukan akan kembali menggelontorkan stimulus besar kedua senilai 1,5 triliun dolar AS untuk meredam dampak negatif wabah ke perekonomian.

Menurut Ariston, isu tersebut menambah sentimen positif ke pasar keuangan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya