Trik Korea Selatan Cegah Lonjakan Harga Masker dan Aksi Panic Buying

Pemerintah Korea Selatan berhasil mencegah adanya lonjakan harga masker dan aksi panic buying pada masa pandemi Virus Corona COVID-19 seperti yang terjadi di negara lain.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 18 Jun 2020, 14:41 WIB
Warga mengantre untuk membeli masker di luar sebuah supermarket di Seoul, Korea Selatan, Rabu (4/3/2020). Infeksi virus corona atau COVID-19 di Korea Selatan hingga saat ini telah menewaskan 32 orang. (Jung Yeon-je/AFP)

Liputan6.com, Seoul - Korea Selatan sempat berada di posisi teratas dalam daftar negara dengan kasus Virus Corona COVID-19 tertinggi di dunia. Namun kini, negara tersebut berhasil menekan pertumbuhan kasus di mana sekarang jumlah kasus baru hariannya hanya kurang dari 50. 

Selain berhasil menangani pandemi ini dengan baik secara medis, pemerintah setempat pun dinilai mampu mengontrol perilaku masyarakatnya. 

Walaupun sempat memiliki kasus terbanyak, tak ada aksi panic buying yang terjadi maupun lonjakan harga masker seperti yang terjadi di banyak negara lain termasuk Indonesia. 

Capaian ini tentu berhasil diraih atas upaya pemerintah yang juga memikirkan regulasi ketat terkait pembelian masker ataupun bahan pokok. 

Guna mencegah adanya lonjakan harga masker yang tak masuk akal, pemerintah Korea Selatan mengeluarkan aturan bagi setiap masyarakat di mana mereka hanya bisa membeli dua buah masker per minggunya. 

Hal ini diungkapkan oleh Duta Besar Korea untuk Indonesia, Kim Chang-Beom, yang mengatakan bahwa ada regulasi ketat ketika seseorang ingin membeli masker. 

Mereka akan dimintai kartu identitas diri untuk memantau bahwa satu orang hanya dapat membeli dua masker per minggu. 

Menggunakan sistem rotasi lima hari, seseorang dapat membeli masker sesuai dengan tanggal lahir mereka. Misalnya yang lahir dengan tahun kelahiran yang diakhiri angka 1 atau 6 membeli pada hari Senin, angka 2 atau 7 membeli pada hari Selasa dan seterusnya. 

Aturan ini dikecualikan bagi mereka yang berniat membeli bagi orang lain dengan usia 10 tahun maupun kurang dan usia 80 maupun lebih. Ini tentu membutuhkan syarat pembelian lebih. Beruntungnya, penerapan sistem seperti ini dapat berjalan dengan baik karena masyarakat Korea Selatan dapat diajak bekerja sama dan menaati aturan sesuai imbauan pemerintah. 

"Harga di platform online mungkin lebih mahal, namun harganya masih dikontrol pemerintah," ujar Dubes Kim saat public lecture yang diselenggarakan bersama School of Government of Public Policy pada Senin 6 April 2020.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Tak Ada Panic Buying

Orang-orang membeli masker di toko ritel di kota tenggara Daegu, Selasa (25/2/2020). Korea Selatan menjadi negara pertama di luar Cina daratan dengan infeksi virus COVID-19 terbesar dan membuat presiden Moon Jae-in memberikan status siaga tinggi. (Jung Yeon-je / AFP)

Sedangkan Dubes Kim juga menambahkan bahwa pemerintah terus memastikan stok bahan pangan sehingga masyarakat tidak memiliki keinginan untuk melakukan aksi panic buying. 

Segala kebutuhan pangan dan bahan pokok dipastikan terus diproduksi dan didistribusi secara merata. 

Intervensi yang kuat dari pemerintah adalah kunci dari semuanya. 

Walaupun segala upaya yang dilakukan Korea Selatan sudah dapat dikatakan berhasil, namun Dubes Kim mengatakan bahwa ini tidak berarti setiap negara misalnya Indonesia dapat menirunya seratus persen dengan prosedur yang sama. 

"Setiap negara memiliki populasi, lokasi geografis dan masih banyak lagi faktor yang berbeda. Walaupun upaya Korea Selatan bisa direkomendasikan, namun setiap negara harus kembali menyesuaikan dengan keadaannya masing-masing," tutur Dubes Kim. 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya