Liputan6.com, Beijing - Untuk pertama kalinya sejak Januari lalu, China daratan mencatat tidak ada kematian akibat Virus Corona COVID-19. Total pasien sembuh di China juga mencapai lebih dari 77 ribu orang.
Berdasarkan laporan media China CGTN, Selasa (7/4/2020), tiadanya pasien meninggal ini adalah yang pertama sejak pemerintah China mencatat angka kematian harian akibat Virus Corona. Masih ada kasus baru di China yang didominasi pasien dari luar negeri.
Baca Juga
Advertisement
Total kasus Virus Corona di China daratan adalah 81.740 orang dan jumlah kematian 3.331 pasien. Ada pula 1.033 pasien tanpa gejala yang dipantau secara medis.
Di wilayah luar China daratan, pasien Makau adalah yang paling sedikit yakni 44 orang. Hong Kong dan Taiwan masing-masing memiliki 914 dan 373 kasus.
Kini, jumlah kasus tertinggi Virus Corona bukan lagi di China, melainkan di Amerika Serikat. Meski demikian, intelijen AS menilai China tidak jujur dalam mengungkap jumlah sebenarnya kasus Virus Corona di negaranya.
Daerah yang terdampak paling buruk akibat Virus Corona di China adalah provinsi Hubei. Berdasarkan statistik pemerintah, lebih dari tiga ribu warga Hubei meninggal akibat virus ini. Akhirnya, pemerintah China memerintahkan lockdown.
Pada akhir bulan lalu, lockdown di Hubei sudah mulai dibuka. Besok, lockdown di kota Wuhan juga akan berakhir karena pemerintah China percaya sudah berhasil menjinakan Virus Corona.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Dituding Raup Keuntungan dari Pandemi Virus Corona COVID-19, China Murka
Menteri kabinet pemerintahan Brasil memicu kontroversi karena menuduh China mengambil untung di tengah pandemi Virus Corona (COVID-19). Tiongkok dituduh mencetak laba dari penjualan alat bantu pernapasan saat ini.
Dilaporkan Bloomberg, tuduhan itu berasal dari Menteri Pendidikan Brasil Abraham Weintraub. Ia mencurigai China yang menutup-nutupi kasus Virus Corona jenis baru kemudian malah cepat-cepat memproduksi respirator.
"Ketika krisis meledak, ketimbang memperingatkan dunia, mereka malah menahan informasi, dan buru-buru membuat respirator yang sekarang mereka jual ke dunia yang sangat membutuhkannya," ujar Weitraub dalam wawancara radio pada Senin kemarin waktu setempat.
Tudingan Menteri Weitraub seraya menggemakan ucapan Eduardo Bolsonaro yang merupakan putra Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Eduardo menyebut Virus Corona adalah kesalahan pemerintah China yang ia sebut diktator.
Tak hanya di radio, Menteri Weitraub berlanjut ke Twitter. Ia sempat memposting meme yang meledek aksen China dan menyindir negara komunis itu berusaha mendominasi dunia di tengah epidemi Virus Corona jenis baru.
Kedutaan Besar China di Brasil langsung mengecam retorika pejabat Brasil tersebut. Beragam tuduhan itu disebut China sebagai absurd dan rasis.
"Deklarasi (Menteri Weitraub) jelas-jelas absurd dan tercela, terkandung sifat rasis dan tujuan yang tak bisa diucapkan, hal itu mengakibatkan pengaruh negatif pada perkembangan relasi bilateral yang sehat antara Brasil dan China," tegas Kedubes China.
Ketika pertama muncul Virus Corona jenis baru, pemerintah Wuhan memang diketahui membungkam para dokter di sana. Namun, WHO memuji transparansi China dalam berbagi informasi terkait Virus SARS-CoV-2 itu.
Advertisement