Jepang Berada di Jurang Resesi

Keputusan untuk menunda pelaksanaan olimpiade dan Paralympic tahun 2020 yang merupakan ajang kompetisi olahraga terbesar di dunia, merupakan sebuah pil pahit bagi Jepang.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Apr 2020, 19:00 WIB
Pekerja berjalan di kapal tongkang yang membawa Cincin Olimpiade di Distrik Odaiba, Tokyo, Jepang, Jumat (17/1/2020). Cincin Olimpiade dengan tinggi 15,3 meter dan panjang 32,6 meter tersebut akan berada di sana hingga Olimpiade 2020 berakhir. (AP Photo/Jae C. Hong)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom senior Japan Center for Economic Research (JCER), Jun Saito mengatakan bahwa Jepang telah mengalami "pukulan telak" karena pandemi Corona. Pukulan tersebut membuka ruang lebar terjadinya resesi ekonomi.

Menurutnya, perekonomian Jepang mulai melambat sejak akhir 2018, akibat ketegangan perang dagang antara China dan Amerika Serikat dan diperparah oleh kenaikan pajak konsumsi pada tahun 2019 di bulan Oktober.

"Ini kemungkinan besar akan disebabkan oleh guncangan yang tidak seimbang, dari faktor permintaan dan penawaran," kata Saito dilansir CNBC pada Selasa (7/4/2020).

Selain itu, keputusan untuk menunda pelaksanaan olimpiade dan Paralympic tahun 2020 yang merupakan ajang kompetisi olahraga terbesar di dunia, merupakan sebuah pil pahit yang harus ditelan negeri sakura.

Mencegah jatuhnya ekonomi Jepang secara bebas, setidaknya tiga kebijakan yang harus diambil pemerintah setempat, yakni dukungan modal untuk pengembangan vaksin dan obat-obatan untuk melawan virus corona, hingga pemberian tunjangan terhadap pekerja yang di PHK.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.


Kebijakan Fiskal

Sejumlah orang makan di restoran hotel ketika kapal tongkang membawa Cincin Olimpiade di Distrik Odaiba, Tokyo, Jepang, Jumat (17/1/2020). Cincin Olimpiade dengan tinggi 15,3 meter dan panjang 32,6 meter tersebut akan berada di sana hingga Olimpiade 2020 berakhir. (AP Photo/Jae C. Hong)

Sementara itu, analis senior keuangan Asia-Pacific financials CreditSig, David Marshall menyebut Menteri keuangan jepang Taro Aoso "terkenal jahat, bisa kita katakan, karena muncul dengan jumlah besar untuk menyenangkan politisi".

Setelah Perdana Menteri jepang Shinzo Abe mengumumkan dana pengeluaran kebijakan fiskal untuk memerangi wabah virus corona hingga 39 triliun yen atau setara USD 357 miliar, menurut laporan Reuters yang mengutip Jiji, kantor berita lokal jepang.

Sedangkan disaat yang sama, pada Selasa (6/4) pukul 12. 00 waktu setempat, Jepang mengkonfirmasi lebih dari 3.600 jiwa penduduknya terjangkit infeksi oleh coronavirus.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya