Menristek: Penelitian Vaksin Corona Covid-19 Butuh Waktu 1 Tahun

Bambang juga menjelaskan, pemerintah sudah menggelontorkan dana pada sekitar Rp 34 miliar untuk konsorsium tahap awal.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Apr 2020, 11:35 WIB
Menristek dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah saat ini sedang memutar otak untuk mencari vaksin sebagai upaya memutus mata rantai pandemi Corona Covid-19. Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) sudah membentuk konsorsium riset dan inovasi Covid-19 yang akan mencari vaksin, alat deteksi, serta obat untuk Corona. Menristek Bambang Brodjonegoro menjelaskan perlu waktu satu tahun untuk melakukan pengembangan vaksin.

"Butuh minimal setahun sampai bisa produksi vaksin," kata Bambang saat dihubungi merdekacom, Rabu (8/4/2020).

Konsorsium tersebut terdiri dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Kemudian Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), dan beberapa lembaga non-kementerian serta perguruan tinggi di Indonesia. Mereka, kata Bambang, saat ini sedang meneliti pil kina untuk obat Corona.

"Untuk obat saat ini sedang meneliti pil kina," jelas Bambang.

Bambang juga menjelaskan, pemerintah sudah menggelontorkan dana pada sekitar Rp 34 miliar untuk konsorsium tahap awal.

"Baru tahap awal, Rp 38 miliar tahap awal konsorsium penelitian. Eijkman lead untuk vaksin, LIPI dan beberapa universitas untuk obat," papar Bambang.

Bambang menjelaskan ada tiga kegiatan prioritas yang sudah disusun oleh tim konsorsium yaitu prioritas jangka pendek, menengah, dan panjang.

Dalam jangka pendek, Bambang menjelaskan tim konsorsium fokus pada penelitian dan kajian sistematik. Dia pun mencontohkan penelitian terkait tanaman herbal yang berpotensi menangkal Covid-19. Mulai dari menir, sambiloto, echinaceae, temu lawak, lada hitam, jahe merah, serai, kunyit, kayu manis, seledri, cengkeh, kulit manggis, daun kelor, kulit jeruk, dan jambu biji.

Tidak hanya itu, penelitian jangka pendek juga terdiri dari pengembangan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, hand sanitizer, sterilization chamber (tenda sterilisasi virus corona), dan pengkajian terhadap persediaan bahan alami sebagai peningkat imun tubuh.

Bambang menjelaskan penelitian itu juga perlu dilakukan terhadap aspek sosial humaniora. Termasuk, kata dia, ketahanan serta perilaku masyarakat.

"Beberapa kajian lagi juga mencakup berbagai isu terkait Covid-19 di media sosial," jelas Bambang.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Buat Inovasi

Bambang menjelaskan saat ini tim konsorsium sedang menyiapkan beberapa inovasi. Salah satunya LIPI yang membuat prototipe airborne sterilizer yang mampu mengeluarkan nano zone yang dapat menangkap dan menghancurkan virus corona SARS-Cov-2.

LIPI dan lembaga non kementerian saat ini juga sedang mengembangkan Mobile Disinfection Chamber atau tenda disinfeksi virus corona yang berfungsi sebagai alat sterilisasi untuk uang kertas dan logam. Selain itu, LIPI juga sedang menguji beberapa tanaman herbal, maupun obat herbal yang berpotensi menjadi penguat sistem imun serta pencegah virus.

"LIPI saat ini sedang menguji beberapa tanaman herbal yang berpotensi penguat dan pencegah virus," ungkap Bambang.

Reporter: Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya