Liputan6.com, Jakarta Industri maskapai penerbangan Tanah Air harus menelan pil pahit terimbas pandemi Virus Corona atau Covid-19. Bahkan beberapa maskapai penerbangan nasional sudah merumahkan pilot dan karyawannya karena pendapatan mereka menurun drastis.
"Logis aja kalau perusahaan pendapatannya berkurang banyak atau nol, sementara biaya tetap masih berjalan ya cash flow perusahaan akan berkurang atau minus," ujar Sekjen Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Bayu Sutanto, Kamis (9/4/2020).
Sejak Januari sampai Maret 2020, terjadi penurunan penumpang pesawat. Bahkan sepanjang April tak ada permintaan pemesanan tiket pesawat sama sekali.
Baca Juga
Advertisement
Bahkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penumpang domestik angkutan udara turun 8,08 persen pada Februari 2020 dibandingkan Januari 2020.
Pengamat Penerbangan Aiac Aviation, Arista Atmadjati menilai, maskapai perlu mendapat insentif sebagai tindak lanjut menyusul penghentian sementara penerbangan sementara dari dan ke China akibat penyebaran Virus Corona.
"Kami mengimbau kepada regulator, selama keadaan belum normal karena dampak Virus corona China, alangkah lebih bagus bila regulator selama larangan sementara terbang ke China, maskapai bisa diberikan insentif atau diskon," kata Arista dikutip Antara, Selasa (4/2).
Menurutnya, dengan adanya penundaan penerbangan dari dan ke China, maka akan berdampak bagi industri penerbangan, yakni Garuda Indonesia, Lion Air, Batik Air, Sriwijaya Air, Citilink Indonesia, serta penerbangan sewa yang menerbangi kota-kota, di antaranya dari Jakarta, Solo, Denpasar, Manado ke Ghuangzhao, Beijing, Shanghai, Sanya Hainan, Chongqing, Kunming, Yaoqiang, Chong Qing, serta wisatawan in bound dari China ke Bali.
"Pemerintah telah membatalkan serta memperhatikan pembekuan sementara pemberlakuan visa on arrival bagi warga China ke Indonesia. Hal ini menurut kami, maskapai reguler maupun sewa akan kehilangan potensi," katanya.
Selain itu, utilisasi pesawat berbadan besar seperti Airbus 330 serta berbadan sedang B 737 800NG dan Airbus 320 diprediksi akan menurun.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Sepi Penumpang, 16 Bandara AP II Kurangi Jam Operasional
Mulai April 2020, bandara-bandara di bawah pengelolaan PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II, menjalankan penyesuaian pola operasional sebagai bagian dari strategi menghadapi tantangan COVID-19.
Penyesuaian pola operasional dilakukan dinamis dengan mempertimbangkan tren pergerakan penumpang pesawat dan frekwensi penerbangan di masing-masing bandara.
Melalui strategi penyesuaian pola operasional maka setiap bandara dapat melakukan optimalisasi terhadap fasilitas dan personel, sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan untuk melakukan pengkondisian alur penumpang di bandara agar physical distancing dapat tetap dilakukan.
Presiden Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan, penyesuaian pola operasional ini bertujuan untuk menjaga aspek kesehatan dari penumpang pesawat, pengunjung bandara, dan pekerja di bandara. "Bandara yang sudah menyesuaikan pola operasional di tengah tantangan COVID-19 adalah Bandara Internasional Soekarno-Hatta," kata Awaluddin, Jumat (3/4/2020).
Sejak 1 April 2020, Soekarno-Hatta melakukan pembatasan operasional di Terminal 1 dengan hanya membuka Sub Terminal 1A, serta di Terminal 2 dengan hanya membuka Sub Terminal 2D dan 2E. Sementara itu maskapai yang biasa beroperasi di Sub Terminal 2F dipindah sementara ke Terminal 3.
Hal ini dimaksud, agar alur penumpang di keseluruhan bandara otomatis lebih sederhana dan membuat pemeriksaan keamanan serta pengawasan kesehatan dapat lebih optimal.
“Pola penyesuaian operasional seperti di Soekarno-Hatta ini juga sudah diterapkan di bandara-bandara lain di bawah PT Angkasa Pura II. Melalui strategi ini maka bandara PT Angkasa Pura II bisa beroperasi optimal dengan tetap memperhatikan aspek keselamatan, keamanan, pelayanan serta pematuhan terhadap peraturan di tengah pandemi COVID-19,” tuturnya.
Advertisement