Pandemi Corona COVID-19 Bikin Bumi Bergetar Lebih Sedikit dari Biasanya

Tindakan penahanan global untuk memerangi penyebaran Virus Corona COVID-19 tampaknya membuat dunia jauh lebih tenang. Bumi terdampak.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 09 Apr 2020, 14:54 WIB
ilustrasi bumi. (NASA)

Liputan6.com, Brussels - Jalanan kota yang dulu penuh sesak kini kosong akibat pandemi Corona COVID-19. Lalu lintas jalan raya melambat seminimal mungkin. Dan semakin sedikit orang yang ditemukan berkeliaran di luar.

Tindakan penahanan global untuk memerangi penyebaran Virus Corona COVID-19 tampaknya membuat dunia jauh lebih tenang. Para ilmuwan juga memperhatikan situasi tersebut.

Di seluruh dunia, seismolog mengamati kebisingan seismik ambien --getaran yang dihasilkan oleh mobil, kereta api, bus, dan orang-orang yang menjalani kehidupan sehari-hari mereka-- auh lebih sedikit. Dan dengan tidak adanya kebisingan itu, kerak atas Bumi bergetar lebih sedikit dari biasanya. 

Thomas Lecocq, seorang ahli geologi dan seismolog di Royal Observatory di Belgia, pertama kali menunjukkan fenomena ini di Brussels.

Brussels mengalami pengurangan 30% hingga 50% dalam kebisingan seismik ambien sejak pertengahan Maret, saat negara itu mulai menerapkan penutupan sekolah dan bisnis serta langkah-langkah jarak sosial lainnya, menurut Lecocq.

"Tingkat kebisingan itu setara dengan apa yang akan dilihat oleh seismolog pada Hari Natal," kata Lecocq seperti dikutip dari CNN, Kamis (9/4/2020).

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 


Berkurangnya Kebisingan Berarti Seismolog dapat Mendeteksi Aktivitas Lebih Kecil

Ilustrasi Bumi (NASA)

Pengurangan kebisingan memiliki efek yang sangat menarik di Brussel: Lecocq dan seismolog lainnya mampu mendeteksi gempa bumi yang lebih kecil dan peristiwa seismik lainnya yang tidak didaftarkan oleh stasiun seismik tertentu.

Ambil contoh, stasiun seismik di Brussel. Di masa normal, kata Lecocq, "pada dasarnya tidak berguna."

Stasiun seismik biasanya didirikan di luar daerah perkotaan, karena berkurangnya kebisingan manusia membuatnya lebih mudah untuk menangkap getaran halus di tanah.

Yang ada di Brussel sudah dibangun lebih dari seabad lalu dan kota ini telah berkembang di sekitarnya. Dengungan kehidupan kota sehari-hari berarti bahwa stasiun di Brussels biasanya tidak akan menangkap peristiwa seismik yang lebih kecil.

Sebaliknya, seismolog akan bergantung pada stasiun lubang bor yang terpisah, yang menggunakan pipa jauh di dalam tanah untuk memantau aktivitas seismik.

"Tetapi untuk saat ini, karena ketenangan kota, hampir sama baiknya dengan yang ada di bawah," jelas Lecocq.

Seismolog di kota-kota lain melihat efek serupa di kota mereka sendiri.

Paula Koelemeijer memposting grafik di Twitter yang menunjukkan bagaimana kebisingan di London Barat telah terpengaruh, dengan penurunan pada periode setelah sekolah dan tempat-tempat sosial di Inggris ditutup dan sekali lagi setelah lockdown diumumkan pemerintah.

Celeste Labedz, seorang mahasiswa PhD di California Institute of Technology, memposting grafik yang menunjukkan penurunan tajam di Los Angeles. Namun, seismolog mengatakan pengurangan kebisingan adalah pengingat serius akan virus yang telah membuat lebih dari satu juta orang sakit, menewaskan puluhan ribu orang dan menghentikan ritme kehidupan yang normal.


Ini Menunjukkan Orang Mengindahkan Aturan Lockdown

Ilustrasi Lockdown Credit: pexels.com/cottonbro

Lecocq mengatakan grafik yang memetakan kebisingan manusia adalah bukti bahwa orang mendengarkan peringatan pihak berwenang untuk tetap berada di dalam dan meminimalkan aktivitas di luar sebanyak mungkin.

"Dari sudut pandang seismologis, kita dapat memotivasi orang untuk mengatakan, 'Baiklah, orang-orang. Anda merasa seperti sendirian di rumah, tetapi kami dapat memberi tahu bahwa semua orang ada di rumah. Semua orang melakukan hal yang sama. Semua orang menghormati aturannya'," ujar Lecocq.

Data juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi di mana langkah-langkah pengendalian mungkin tidak efektif, kata Raphael De Plaen, seorang peneliti postdoctoral di Universidad Nacional Autónoma de México.

"Itu bisa digunakan di masa depan oleh para pembuat keputusan untuk mencari tahu, 'OK, kita tidak melakukan hal-hal yang benar. Kita perlu mengerjakannya dan memastikan bahwa orang-orang menghormatinya karena ini adalah untuk kepentingan semua orang'," jelas Raphael De Plaen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya