Liputan6.com, Jakarta - Ekonom INDEF yang berdomisili di Jerman, Deniey A Purwanto, mengatakan Indonesia harus belajar dari Jerman terkait penanganan yang dilakukan terhadap pandemi virus corona.
“Bagaimana Jerman dengan kasus yang cukup tinggi bisa menekan angka kematian sedemikian rendah, ada beberapa faktor,” kata Deniey dalam Webinar INDEF: Kebijakan Penanganan Covid-19: Belajar dari Jerman dan USA, Kamis (9/4/2020).
Advertisement
Memang di Jerman sudah mencapai 103.228 kasus dan yang meninggal 1.861 orang. Kendati begitu, Jerman bisa menekan angka kematian, hal yang dilakukan pertama kali oleh Jerman yaitu persiapan lebih awal.
Setelah ditemukannya kasus pertama pada 27 Februari di Eropa, Jerman sudah mengantisipasi dengan mengembangkan alat-alat uji kesehatan untuk menguji apakah warganya itu terjangkit atau tidak.
Deniey mengatakan, kalau Jerman sudah memproduksi alat uji kesehatan secara masal. Oleh karena itu, setelah kementrian kesehatan di Jerman mengumumkan sudah ada kasus maka pemerintah sudah siap untuk melakukan test dan penanganan sebanyak mungkin penduduknya.
Lalu pengetesan itu dilakukan kepada warga yang melakukan kontak langsung dengan warga China, pemerintah langsung menugaskan paramedis untuk melakukan test.
“Kalau yang kecolongan adalah pelancong yang pulang bermain ski, salju di Jerman ini tidak seintensif tahun-tahun sebelumnya. Memang saat liburan, banyak orang Jerman yang melancong ke daerah di Itali dan Austria, dan saat pulang membawa virus corona, itulah kenapa di Bavaria atau Bayern banyak yang terjangkit, Karena berbatasan dengan Italia,” jelasnya.
Gunakan Mobil Kesehatan Keliling
Di Jerman juga langsung melakukan pengetesan dengan menggunakan mobil kesehatan dengan cara berkeliling mengawasi aktivitas warganya, apabila ada yang menunjukkan gejala maka langsung dilakukan pengetesan di tempat.
“The corona taxi of Heidelberger, sebegitu seriusnya Jerman dan pelaksana kesehatan itu, test dan tracking, hingga para medis dengan mobil-mobil klinik keliling kota dengan melihat aktivitas warga untuk menjemput corona itu,” ujarnya.
Namun, memang Ia mengapresiasi usaha Jerman yang bertindak cepat diantara negara-negara lain. Seperti Spanyol dan Italia hanya bisa mengetes 110 orang, dan Jerman itu bisa melakukan test lebih dari itu, dan ditargetkan bisa melakukan test swab 100 ribu per minggu, dengan 200 orang yang ditest per hari.
Selain itu, di Jerman ketersediaan pelayanan kesehatan yang cukup memadai. Serta pemimpin pemerintahan yang memberikan optimisme yang tinggi kepada warganya agar bisa terus mematuhi kebijakan pemerintah.
Seperti kebijakan social distancing yang sudah diterapkan 22 Maret, lalu kegiatan berkumpul atau keramaian di tutup atau dilarang, jaga jarak 1,5 meter antar orang, tempat ibadah, sekolah, dan restoran ditutup. Meskipun, beberapa restoran masih diperbolehkan buka, namun dengan jam operasional yang dibatasi.
Advertisement