Kemenristek Ajak Diaspora Riset Cari Solusi Pandemi Covid-19

Kemenristek meluncurkan Program Skema Kolaborasi Riset-Inovasi Diaspora Indonesia dalam rangka memperkuat inovasi dan membangun ekosistem riset di Indonesia.

oleh Yopi Makdori diperbarui 10 Apr 2020, 07:29 WIB
Menristek dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) meluncurkan Program Skema Kolaborasi Riset-Inovasi Diaspora Indonesia dalam rangka memperkuat inovasi dan membangun ekosistem riset di Indonesia.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Ka-BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, hal ini bertujuan untuk mendorong para diaspora Indonesia untuk meneliti dan bermitra dengan peneliti di Indonesia guna melahirkan inovasi yang lebih baik.

Menurut dia, tahun ini riset dan inovasi diaspora diarahkan untuk mendukung penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. Bambang menekankan bahwa setiap kegiatan penelitian harus memberikan kontribusi ilmiah yang signifikan bagi ilmu pengetahuan serta menjadi solusi terhadap permasalahan nasional.

Bambang berharap peneliti diaspora yang tersebar di banyak negara dapat berkontribusi demi kemajuan bangsa.

"Peran peneliti berkontribusi pada masalah nasional, terutama penanganan Covid-19 di Indonesia. Tahun ini, topik penelitian yang diusulkan agar fokus mendukung penanganan permasalahan tersebut. Dari berbagai bidang ilmu, baik public health, medicine, engineering, pemanfaatan big data, bagaimana penanganan masalah ekonomi setelah pandemi berakhir, ketahanan sosial masyarakat dan selanjutnya," ujar Bambang melalui konferensi video, Kamis (9/4/2020).

Bambang mengatakan, diaspora Indonesia yang tersebar di banyak negara selama ini terabaikan, oleh karena itu perlu upaya mensinergikan potensi yang dimiliki para diaspora agar dapat memberikan karya terbaik untuk Indonesia.

"Indonesia memiliki potensi SDM ungul yang tersebar di banyak negara. Diaspora Indonesia tersebar di seluruh dunia, seperti di Amerika Serikat, Kanada, negara-negara Eropa, Jepang, Australia, serta Timur Tengah," jelasnya.

Oleh karena itu pemerintah perlu mensinergikan potensi-potensi yang dimiliki para diaspora bagi kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan SDM Indonesia.


Kebijakan Strategis

llmuwan diaspora merupakan jembatan yang akan membawa ilmuwan dalam negeri menuju gerbang pengetahuan dunia. Keberadaan mereka juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat bertanya,” ungkap Bambang.

Lebih lanjut Bambang menjelaskan, pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan strategis dan berkelanjutan yang bisa menjembatani kepentingan diaspora dan ilmuwan dalam negeri. Apabila jembatan tersebut sudah kokoh dibangun,

Bambang meyakini budaya riset nasional akan lebih berkualitas. Mlalui program ini pemerintah menyediakan anggaran riset maksimal sebesar Rp 2 miliar per tahun, dengan durasi 3 tahun. Dana riset ini berasal dari pendanaan Lembaga Pengelola dana Pendidikan (LPDP) dan dikelola oleh Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI) yang bekerjasama dengan Direktorat Riset dan PengabdianMasyarakat Kemenristek/BRIN.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya