20 Tahun Pasang Surut Karier Bambang Pamungkas

Bambang Pamungkas nyaris tak berjodoh dengan Persija.

oleh Muhammad Adi Yaksa diperbarui 10 Apr 2020, 18:10 WIB
Persija Jakarta - Bambang Pamungkas (Bola.com/Adreanus Titus)

Jakarta - "Bambang Pamungkas, macan-nya Persija. Bola ditendang langsung masuk ke gawang. Sorak-sorai, The Jak bergembira. Hari ini, raih poin tiga."

Petikan chant dari The Jakmania tersebut kerap menggelora kala seorang Bambang Pamungkas menggetarkan gawang lawan. Empat tahun belakangan, nyanyian tersebut mulai jarang terdengar. Bahkan mulai tahun ini, tak ada lagi sorakan khusus bagi Bepe, panggilan Bambang, saat beraksi di atas lapangan.

Berbanding terbalik dengan usianya yang terus bertambah, produktivitas Bambang Pamungkas terus menurun setelah menorehkan dua digit gol alias sepuluh gol semasa bermain untuk Pelita Bandung Raya (PBR) pada Indonesia Super League (ISL) musim 2014. Saat kembali ke Persija pada 2015, kompetisi dihentikan di awal musim.

Tidak menghitung statistik musim 2016 karena kompetisi bergulir secara tidak resmi, nama Bepe hanya lima kali tercatat di papan skor pada Liga 1 2017, dan terjun bebas ke angka satu saat Liga 1 2018. Pada musim terakhirnya bersama Persija dan sebagai pesepak bola, nihil gol yang dihasilkan Bepe di kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia.

Memutuskan untuk gantung sepatu pada akhir musim lalu, nama Bepe akan selalu dikenang sebagai pemain terbaik dalam sejarah Persija. Pemain dengan ciri khas kumis tebal ini pernah dua kali mempersembahkan gelar juara Liga Indonesia untuk tim ibu kota, yaitu 2001 dan 2018. Dia juga sekali tercatat sebagai pemain tersebur kompetisi pada 1999-2000.

Partai kandang terakhir Bepe bersama Persija dinodai oleh kekalahan 1-2 dari Persebaya Surabaya pada 17 Desember 2019. Meski begitu, salam perpisahan dari pemain kelahiran Getas, Kabupaten Semarang, ini tetap menyentuh hati.

"Orang bijak berkata, laki-laki sejati tidak menangis, tapi hatinya berdarah. Malam ini, izinkan saya untuk menjadi seorang laki-laki sejati, dengan tidak banyak berbicara, agar saya tidak menangis, cukup hati saya yang berdarah," sepenggal ucapan perpisahan Bambang Pamungkas.

Dimulai dari Panggilan Timnas Indonesia U-19

(AFP/Weda)

Dikutip dari blog pribadinya, Bambang Pamungkas berkisah awal mula sebelum ia dikontrak Persija pada 1999. Bepe dipanggil Timnas Indonesia U-19 untuk sebuah turnamen di Manila, Filipina, pada 1998. Bersama Purwanto, Bepe menorehkan tujuh gol pada kejuaraan tersebut.

Dari turnamen itu, Bepe kembali ke Diklat Salatiga, Semarang, untuk kembali menimba ilmunya sebagai siswa sekolah sepak bola. Panggilan pertama dari Timnas Indonesia level senior terjadi pada 1999 sebagai persiapan menuju SEA Games 1999. Bepe menyebut hal itu sebagai momen unik dalam kariernya.

"Dalam karier sepak bola saya, ada sesuatu yang unik yang mungkin tidak terjadi kepada pemain lain. Ketika saya mendapatkan panggilan Timnas Indonesia senior untuk pertama kali, status saya masih pemain amatir," tulis Bepe dilansir dari artikel bertajuk Persija Bukan Tujuan Utama Saya yang tayang di blog pribadinya pada 1 Maret 2008.

"Setelah perhelatan SEA Games 1999 selesai, berakhir pula masa perdidikan saya di Diklat Salatiga dan itu berarti saya harus mencari klub untuk melanjutkan karier saya. Saat itu beberapa tim menawari saya untuk bergabung antara lain PSIS Semarang, Petrokimia Putra, Persitara Jakarta Utara, dan Persijatim Jakarta Timur. Sebenarnya saya sangat ingin bergabung ke Arseto Solo atau Bandung Raya, akan tetapi sayang kedua tim tersebut sudah bubar setahun sebelumnya," kata Bepe.


Nyaris Berjodoh dengan Persijatim, Persija Datang Menikung

(Bola.com/Repro Buku Gue Persija)

Ketika itu, Bambang Pamungkas mengaku tidak berpikir untuk bergabung dengan Persija. Sebagai pemain muda, ia merasa membutuhkan jam terbang. Apalagi, lini depan tim berjulukan Macan Kemayoran ini saat itu telah penuh sesak.

Ada Widodo C. Putro, Rocky Putiray, dan Miro Baldo Bento. Selaras dengan Bepe, Persija juga disebutnya tidak tertarik dengannya.

Diskusi Bepe dengan manajernya saat itu, Mirwan Soewarso membuahkan keputusan bahwa ia akan menerima pinangan Persijatim. Muhammad Zein sebagai manajer tim kebanggaan Jakarta Timur waktu itu menggaransinya sebagai starter.

Namun, eksodus besar-besaran di Persija mengubah takdir Bepe. Kehilagan Rocky dan Miro membuat Macan Kemayoran merebut Bepe dari pelukan Persijatim.

"Saat itu, Persija kekurangan striker dan hanya menyisakan Widodo. Melalui Mirwan, saya menerima kabar jika Persija tertarik merekrut saya dan mereka berani menjamin saya akan sering turun sebagai starter. Tentunya, sebagai pemain, siapa yang tidak mengimpikan bermain untuk tim sebesar Persija dan bergabung dengan pemain kelas satu di negeri ini," ujar Bepe.

Bepe berkisah negosiasi Persija dengan pihaknya berlangsung singkat. Bahkan, namanya didaftarkan pada sehari sebelum Liga Indonesia 1999-2000 dimulai.

Debutnya berlangsung ketika Macan Kemayoran menjamu PSDS Deli Serdang di Stadion Lebak Bulus, Jakarta. Dia memakai nomor punggung 20, nomor yang kini dipensiunkan oleh Persija.


Pencetak Gol Terbanyak, Juara, dan Pindah ke Selangor

Bambang Pamungkas, meraih tiga gelar bersama Selangor FA di musim 2006. (Selangor FA)

Label rookie terbaik di era Liga Indonesia rasanya tidak berlebihan disematkan kepada Bambang Pamungkas. Sangat jarang menemukan pemain yang memulai karier profesionalnya mampu mengakhiri musim pertamanya dengan gelar pencetak gol terbanyak. Itu yang dilakukan Bepe bersama Persija pada 1999-2000.

Gagal mengantar Persija menjadi juara setelah dijegal oleh PSM Makassar pada babak semifinal, Bepe masih mampu menorehkan 24 gol sepanjang musim sekaligus mengantarkannya ke tangga top scorer kompetisi saat itu.

Ketajaman Bepe membuat klub divisi tiga Liga Belanda, EHC Norad tertarik. Bepe diajak bergabung pada 2000. Namun, dia kembali ke Persija setelah membukukan 11 penampilan dan tujuh gol di sana.

Bepe membayar kegagalan pada musim 1999-2000 dengan gelar juara Liga Indonesia 2001. Tak lagi menjadi pencetak gol terbanyak, Cah Getas, julukannya yang lain, dinobatkan sebagai pemain terbaik kompetisi.

Bepe terus membela Persija hingga 2005 sebelum tawaran dari klub Liga Malaysia, Selangor FA menghampiri. Dia setuju untuk memperkuat tim berjulukan Raksasa Merah itu sampai 2007.

Pada musim pertamanya bersama Selangor FA, Bepe bergelimang gelar. Dia membawa Selangor FA menjuarai Liga Primer Malaysia, Piala Malaysia, Piala FA Malaysia, dan Piala Sultan Selangor pada 2005. Bepe juga dianugerahi sebagai pemain asing terbaik Piala Malaysia dan pencetak gol terbanyak Piala FA pada tahun yang sama.

Dua tahun di Malaysia, Bepe membukukan 61 gol. Pada 2007, dia kembali ke Persija dan berduet bersama Aliyudin.


Saksi Dualisme Persija dan Pindah ke PBR

(Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Persija dilanda dualisme efek perpecahan PSSI. Muncul Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) pada 2012, federasi tandingan yang membawahi kompetisi Indonesia Super League (ISL) yang pada saat itu menjadi breakaway league karena PSSI menetapkan Indonesia Premier League (IPL) sebagai liga resmi.

PSSI ketika itu mengakui Persija yang dikelola oleh Hadi Basalamah dibanding Ferry Paulus. Jadilah Macan Kemayoran terpecah belah. Ada yang bermain di IPL dan ISL.

Sengketa tersebut berujung ke pengadilan. Setelah melalui proses yang panjang, hakim memenangkan Persija ISL dengan melarang Persija IPL memakai identitas Persija. Usut punya usut, Persija IPL adalah perubahan wujud dari Jakarta FC, klub yang berkompetisi di Liga Primer Indonesia 2011, sebuah kejuaraan yang bersifat independen dan hanya berlangsung setengah musim.

"Persija yang asli itu tidak harus ada Bambang Pamungkas, tidak harus ada Ismed Sofyan, tidak juga harus ada Bang Mansyur, perlengkapan kami yang sudah kurang lebih 17 tahun melayani pemain Persija. Namun, Persija yang asli itu yang memiliki puluhan ribu pendukung setia bernama The Jakmania, pendukung militan Persija yang selalu mendampingi kemanapun tim Macan Kemayoran berlaga. Itulah tim Persija Jakarta yang sebenarnya," tulis Bepe dilansir dari artikel bertajuk Satu Bintang Itu Milik Kami yang tayang di blog pribadinya pada 1 Januari 2012.

Persija kembali dihantam masalah. Kali ini, kondisi finansial yang sekarat. Macan Kemayoran tak mampu menggaji para pemainnya pada 2013. Sejumlah pemain memilih hengkang.

Setelah menunggu musim 2013 berakhir tanpa bermain di klub manapun sembari menunggu Persija melunasi pembayaran gaji para pemain yang lain, Bepe kemudian hijrah ke Pelita Bandung Raya untuk kompetisi 2014. Kepindahan ini menuai kontroversi di kalangan The Jakmania.

"Sangat berat sudah pasti, namun di sisi lain saya juga merasa sangat lega. Mengingat tanggung jawab saya di tim Persija sudah selesai. Terima kasih kepada Pak Ferry Paulus dan manejemen yang telah menyelesaikan semua tunggakan gaji pemain, kecuali saya. Hal tersebut membuat saya pergi dengan perasaan yang lebih tenang,” imbuh Bepe disadur dari artikel Wawancara Eksklusif-nya yang tayang di blog pribadinya pada 11 Desember 2013.

Momen yang paling diingat tentu ketika Bepe mencetak dua gol di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, bukan untuk Persija, melainkan bagi PBR. Dia juga membukukan satu gol kala menjamu mantan timnya itu di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung.

"Bambang Pamungkas adalah seorang pemain yang hidup dari mencetak gol. Dan akan terus berusaha sekuat tenaga untuk melakukannya. Bersama tim manapun ia bermain, dan melawan siapapun. Jika gol itu bersarang ke tim yang telah membesarkan nama saya, maka hal itu hanya wujud dari sebuah loyalitas dan totalitas saya terhadap profesi saya. Tidak lebih dan tidak kurang," kata Bepe dalam artikel bertajuk Persija, PBR Dan 8 Besar yang tayang di blog pribadinya pada 8 September 2014.


Kembali ke Persija dan Juara

(Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Bambang Pamungkas hanya satu musim di PBR. Cinta mengantarkannya kembali ke Persija pada 2015, yang ketika itu serius membangun skuat untuk juara. Selain Bepe, Macan Kemayoran juga mendatangkan banyak pemain beken lainnya, sebut saja Greg Nwokolo, Stefano Lilipaly, dan Alfin Tuasalamony.

"Saya tidak tahu kenapa bisa berlabuh ke tim ini, yang jelas ada ikatan emosional yang sangat kuat antara aku dan Persija dan ada hal yang menurutku bisa kita lakukan bersama di tim ini," jelas Bepe, Desember 2014.

Terus bertahan hingga masa pensiunnya, Bepe tidak lagi pernah benar-benar menjadi pemain inti, kecuali pada musim 2015 saat kompetisi dihentikan. Dia mulai kalah bersaing dari penyerang asing Macan Kemayoran.

Senja kala Bepe bersama Persija berakhir manis. Setahun sebelum pensiun, dia mempersembahkan gelar ke-11 Persija dan kedua baginya pada Liga 1 2018. Setelah gantung sepatu, Macan Kemayoran langsung mengorbitkannya sebagai manajer menggantikan Ardhi Tjahjoko.


Pasang Surut di Timnas Indonesia

Para pemain Timnas Indonesia merayakan gol yang dilesakkan Bambang Pamungkas (tengah) saat bertemu Thailand dalam partai penutup Grup A Piala AFF 2010 di Jakarta, 7 Desember 2010. AFP PHOTO/Bay ISMOYO

Karier Bambang Pamungkas di Timnas Indonesia cukup berliku. Dia sempat menjadi andalan di awal kiprahnya. Bahkan, Bepe keluar sebagai top scorer Piala AFF 2002 dengan delapan gol.

Bepe mulai kehilangan posisi inti setelah cedera pada 2004. Pelatih Timnas Indonesia waktu itu, Peter White, terpaksa meminggirkannya. Dia digantikan oleh Ilham Jaya Kesuma.

Bepe kembali menjadi andalan tatkala memperkuat Timnas Indonesia di Piala Asia 2007. Pelatih Ivan Kolev menjadikannya penyerang tengah diapit oleh Budi Sudarsono dan Elie Aiboy.

Momen yang paling diingat kala itu tentu sepakan Bepe pada menit ke-64 menentukan kemenangan Timnas Indonesia atas Bahrain 2-1 pada pertandingan pertama babak penyisihan Piala Asia 2007.

Setelah Piala Asia 2007, Bepe pelan-pelan kembali kehilangan peran sebagai pemain utama. Dia kalah bersaing dengan Boaz Solossa, Cristian Gonzales, hingga Irfan Bachdim. Akhirnya, Bepe memutuskan pensiun dari Timnas Indonesia pada April 2013.

"Bagi mereka yang memperhatikan penampilan saya di perhelatan Piala AFF 2012, maka sejatinya ada hal yang tidak biasa tersaji di sana. Ketika itu pada detik-detik terakhir, saya memutuskan untuk menggunakan nama "PAMUNGKAS", dar pada "BAMBANG" seperti yang biasa saya kenakan di jersey timnas saya," kata Bepe kala itu.

"Keputusan ini mungkin mengingkari janji saya sendiri 13 tahun lalu, janji setia saya kepada tim nasional Indonesia. Akan tetapi dengan segala dinamika dan pergolakan yang terjadi dalam sepak bola Indonesia selama dua tahun terakhir, membuat saya merasa yakin, jika sekarang adalah saat yang tepat bagi saya untuk melakukannya. Lagi pula dengan nama-nama mumpuni di barisan depan tim nasional Indonesia saat ini, rasanya tenaga saya sudah tidak lagi terlalu dibutuhkan."

"Saya mengawali 13 tahun karier saya bersama timnas dengan sebuah harapan besar, dan mengakhirinya dengan sebuah kemenangan besar. Sebuah kemenangan dari segala bentuk pemaksaan kehendak terhadap diri saya. Kemenangan diri saya atas nama kebebasan untuk mengungkapkan pendapat, menentukan sikap, serta bertindak atas nama sebuah hal yang saya yakini akan kebenarannya. Melalui tulisan ini, maka secara resmi saya menyatakan mundur dari Timnas Indonesia," jelasnya.

Bersama Timnas Indonesia, Bepe membukukan 86 penampilan. Dari jumlah tersebut, pemain setinggi 170 cm ini mengemas 38 gol.


Prestasi Bambang Pamungkas

(Bola.com/Yoppy Renato)

Klub: Persija Jakarta (1999-2000, 2000-2005, 2007-2012, 2015-2019), EHC Norad (2000), Selangor FA (2005-2007), Pelita Bandung Raya (2014)

  • Atlet Harapan Terbaik versi Tabloid Bola (1999)
  • Juara Hassanal Bolkiah Trophy, Brunei Darussalam (2000)
  • Pencetak Gol Terbanyak Liga Indonesia (2000)
  • Pemain Terbaik Indonesia versi Media GO (2000)
  • Juara Liga Indonesia (2001)
  • Pemain Terbaik Liga indonesia (2001)
  • Pemain Terbaik Indonesia versi ANTV (2003)
  • Juara Piala Sultan Selangor (2005)
  • Juara Liga Perdana Malaysia (2005)
  • Juara Piala FA Malaysia (2005)
  • Juara Piala Malaysia (2005)
  • Pemain Asing Terbaik Piala Malaysia (2005)
  • Pencetak Gol Terbanyak Piala FA 2005 (Tanpa Piala)
  • Pemain Terbaik Copa Djie Sam Soe (2007)
  • Striker Terbaik Copa Djie Sam Soe (2007)
  • Duet Terbaik Copa Djie Sam Soe (2007)
  • Juara Piala Selangor (Pinjaman) (2009)
  • Atlet Favorit Nickelodeon Indonesia Kid's Choice Awards (2009)
  • 30 Most Inspiring People Under 30 (The Nation In Action) by Hard Rock FM Radio (2009)
  • Most Influential Person In Social Media (Sports) #Socmed Majalah SWA (2010)
  • Pemain lokal favorit versi Dunia Soccer (2010)
  • Pemain lokal favorit versi Dunia Soccer (2011)
  • Pemain Terbaik Kelima Asia versi ESPN (2012)
  • Senayan City Infinite Merit Award (2018)
  • Juara Boost Sports Super Fix (2018)
  • Juara Piala Presiden (2018)
  • Juara Liga Indonesia (2018)

 

Timnas Indonesia

  • Juara Quadrangular Turnamen Malaysia (1999)
  • Medali Perunggu SEA Games Brunei Darussalam (1999)
  • Runner up Piala AFF Jakarta (2002)
  • Pencetak Gol Terbanyak Piala AFF Jakarta (2002)
  • Runner Up Merdeka Games Malaysia (2006)
  • Runner Up Merdeka Games Myanmar (2009)
  • Juara Piala Kemerdekaan Jakarta (2009)
  • Runner Up Piala AFF Jakarta (2010)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya