Roger Milla dan Mario Kempes, Lokomotif Bintang Dunia Berkiprah di Liga Indonesia

Siapa sangka usai membela Kamerun di Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat, Milla merumput di Liga Indonesia dengan bergabung membela Pelita Jaya.

oleh Gregah Nurikhsani diperbarui 11 Apr 2020, 08:50 WIB
Roger Milla dan Mario Kempes (Bola.com/Adreanus Titus)

Jakarta - Kompetisi sepak bola di Liga Indonesia pada era 1980-an belum memiliki pakem yang jelas mengenai penggunaan pemain asing. Galatama pernah memperbolehkan pemain asing pada awal 80-an, di mana dua pemain Singapura, Fandi Ahmad dan David Lee, bergabung dengan Niac Mitra Surabaya.

Namun, baru berjalan semusim, peraturan penggunaan pemain asing dihapuskan. Baru setelah penggabungan Galatama dengan Perserikatan menjadi Liga Indonesia (Ligina) digulirkan pada 1994 silam, operator liga memberlakukan peraturan yang jelas.

Sejak saat itu, berbondong-bondong pemain asing didatangkan. Tak tanggung-tanggung, beberapa pemain di antaranya pernah mengecap panggung Piala Dunia.

Lalu, memasuki Shopee Liga 1 2020, Operator liga juga membuka keran lebar-lebar buat klub memiliki pemain asing. Setiap tim diperbolehkan 'mengoleksi' paling banyak empat pemain asing. Dengan catatan, satu di antaranya harus berpaspor Asia.

Bak gayung bersambut, banyak agen pemain yang menilai Indonesia adalah negara yang tepat buat kliennya mengadu nasib. Eropa, Afrika, dan Asia menjadi benua favorit buat klub Liga Indonesia melempar jala seluas-luasnya.

Roger Milla dan Mario Kempes menjadi gerbong awal masuknya pemain asing di Liga Indonesia. Berikut ini Bola.com merangkum kiprah kedua jebolan Piala Dunia itu di Tanah Air.


Roger Milla

Roger Milla, memesona publik sepak bola dunia bersama Kamerun di Piala Dunia 1990.

Ketika Timnas Kamerun menciptakan sensasi dengan menembus perempat final Piala Dunia 1990, sosok Roger Milla jadi aktor utama di balik kesuksesan itu.

Siapa sangka usai membela Kamerun di Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat, Milla merumput di Liga Indonesia dengan bergabung membela Pelita Jaya. Di klub milik pengusaha Nirwan Dermawan Bakrie, Milla hanya bermain satu musim pada 1994-1995.

Penampilannya cukup lumayan dengan menciptakan 23 gol dari 23 pertandingan. Di tahun 1996, Milla memutuskan hengkang dari Pelita Jaya untuk selanjutnya berlabuh di Putra Samarinda. Saat membela Putra Samarinda, Milla berhasil menciptakan 18 gol dari 12 pertandingan.

Kompatriot Milla di Piala Dunia 1990, Jules Onana mengikuti jejak koleganya dengan berpetualang di Liga Indonesia sejak 1996. Onana yang berposisi sebagai stopper kerap berganti-ganti kostum klub di Indonesia.

Pemain yang tercatat 56 kali membela Kamerun itu sempat berkiprah di Persma Manado, Persijap Jepara, dan terakhir Pelita Jaya pada Liga Indonesia musim 2003. Ia kemudian banting setir jadi agen pemain asing resmi berlisensi FIFA. Banyak pemain asing berkualitas didatangkan Onana ke Indonesia.

Belakangan Onana bahkan memilih jadi pelatih sekolah sepak bola. Ia menyebut ingin mencetak pesepak bola Indonesia berkualitas sebagai rasa terima kasih atas yang ia dapat selama ini di negara perantauannya.

 


Mario Kempes

Mario Kempes, top scorer Piala Dunia 1978 asal Argentina.

Mario Kempes menjadi satu di antara deretan jebolan Piala Dunia yang pernah berkancah di Liga Indonesia. Mantan bintang Argentina pada edisi 1978 itu bergabung dengan Pelita Jaya pada 1996.

Sewaktu membela Argentina, Kempes mampu meraih gelar Piala Dunia 1978 serta merengkuh trofi pencetak gol terbanyak dengan enam gol.

Usianya terhitung gaek saat berlabuh di Pelita Jaya, 42 tahun. Dia dikontrak selama sepuluh bulan. Dari 15 pertandingan, Kempes berhasil menorehkan sepuluh gol.

Disadur dari: Bola.com (penulis Gregah, published 10/4/2020)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya