Pemerintah Diminta Tambah Stimulus Tangani Virus Corona

Stimulus yagn dikeluarkan pemerintah dalam menangani virus corona sebesar Rp 405 triliun dinilai masih kurang.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 11 Apr 2020, 10:00 WIB
Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin memimpin rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (30/10/2019). Ratas perdana dengan jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju itu membahas Penyampaian Program dan Kegiatan di Bidang Perekonomian. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menyarankan agar pemerintah menambah jumlah stimulus yang sebesar Rp 405 triliun untuk menangani dampak virus corona (Covid-19) terhadap sektor perekonomian.

Stimulus tambahan itu disebutnya dapat dialokasikan sebagai relaksasi terhadap perbankan agar bisa memberikan keringanan pada pelaku usaha kecil dan menengah.

"Rp 405 triliun itu kurang. Makanya Kadin usul lagi lebih gede. Malaysia aja sampai lebih dari Rp 800 triliun," ujar Aviliani saat sesi siaran di akun Instagram @indef_official, seperti dikutip Minggu (11/4/2020).

Menurut dia, jumlah tersebut tak banyak memberi bantuan terhadap pengusaha kecil yang kegiatan usahanya mati selama masa pandemi virus corona ini.

Aviliani mengutarakan, banyak pengusaha kecil yang menyatakan hanya mampu bertahan tiga bulan ke depan, sehingga mulai ada debitur yang mengajukan restrukturisasi kepada perbankan lantaran pendapatannya bermasalah.

 


Perbankan Butuh Stimulus Tambahan

Liu Huan (kanan), petugas medis dari Provinsi Jiangsu, memasuki sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Tenaga medis dari seluruh China mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit itu. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Dia lalu berkaca pada pengalaman-pengalaman terdahulu, dimana para pengusaha kecil banyak yang gulung tikar pasca terjadinya krisis ekonomi akibat tak mendapat cukup suntikan modal.

"Dulu-dulu problemnya ketika sudah enggak masa krisis enggak ada bank yang bisa pinjemin lagi, perusahaan banyak yang tutup karena enggak dapat modal kerja baru," ucap dia.

"Saya takut, ketika sudah selesai masa pandemi virus corona nantinya mereka mati karena enggak ada modal kerja. Bank juga yang repot," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya