Liputan6.com, Jakarta - Penyebaran virus Corona (Covid-19) bukan menjadi penyebab utama penurunan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) industri perbankan. NIM Perbankan anjlok lebih disebabkan persaingan sengit di era digital.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan, NIM perbankan terus tergerus lantaran adanya persaingan yang mengedepankan tingkat efisiensi pelayanan di era digital.
Advertisement
"Tanpa Covid-19, persaingan bank itu sudah ketat. NIM perbankan sebelum Covid-19 juga sudah tergerus. Dari yang sebelumnya 6 persen jadi kisaran 4 persen. Perbankan sejak era digital berlomba semakin efisien," terangnya dalam sesi siaran online, seperti dikutip Sabtu (11/4/2020).
Aviliani lantas berbagi tips agar perbankan bisa menjaga NIM di tengah wabah virus Corona. Menurutnya, bank yang akan bertahan adalah bank yang tidak bergantung pada kredit, dan berpegang pada pendapatan berbasis komisi (fee based income)
"Rata-rata perbankandi indonesia lebih dari 50 persen masih bergantung pada net interest income (pendapatan bunga bersih), bukan fee based income," ujar dia.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Kekuatan Perbankan
Lebih lanjut, Aviliani mengemukakan, kondisi perbankan saat ini masih terpantau bagus meski harus bertahan di tengah penyebaran pandemi Corona Covid-19.
"Kemarin bank-bank menerangkan kinerjanya masih bagus. Menurut saya kondisinya masih oke untuk saat ini," ungkap dia.
Oleh karenanya, ia menghimbau masyarakat agar tetap menyimpan uangnya di bank, dan tak perlu menimbulkan kehebohan dengan menarik tunai secara besar-besaran.
"Masyarakat enggak perlu khawatir. Kita punya uang di bank, enggak perlu ambil cash. Bank dalam kondisi ini biasanya juga akan dibantu pemerintah agar tak rugikan masyarakat," imbuh Aviliani.
Advertisement