PBB Ingatkan Dampak Serius Pencabutan Dini Status Bahaya Virus Corona

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, telah terjadi transmisi pernyebaran Virus Corona di 16 negara Afrika.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 11 Apr 2020, 10:31 WIB
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, 11 Maret 2020. WHO menyatakan wabah COVID-19 dapat dikategorikan sebagai "pandemi" karena virus tersebut telah menyebar semakin luas ke seluruh dunia. (Xinhua/Chen Junxia)

Liputan6.com, New York - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan negara-negara dunia untuk berhati-hati tentang pencabutan status penyebaran Virus Corona baru yang terburu-buru dan menyuarakan tanda bahaya yang mulai terjadi di Afrika.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Sabtu (11/4/2020) PBB melihat adanya pelonggaran dan menyatakan bahwa pencabutan status berbahaya Corona COVID-19 secara dini sangat berbahaya.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, telah terjadi transmisi pernyebaran Virus Corona di 16 negara Afrika.

"Hampir 1,5 juta kasus COVID-19 yang dikonfirmasi dan lebih dari 92.000 meninggal dunia akibat virus ini," ujar Tedros.

Yaman melaporkan kasus pertama Virus Corona baru Jumat kemarin. Kelompok-kelompok pun bantuan bersiap untuk menghadapi wabah di negara tersebut, di mana perang telah menghancurkan sistem kesehatan dan menyebarkan kelaparan dan penyebaran penyakit.

Tedros mengatakan dia sangat prihatin dengan banyaknya infeksi yang dilaporkan di kalangan petugas kesehatan.

"Di beberapa negara melaporkan hingga 10 persen pekerja kesehatan terinfeksi, ini adalah tren yang mengkhawatirkan," katanya.

pekerja kesehatan terinfeksi, ini adalah tren yang mengkhawatirkan," katanya.

Satuan dari PBB akan mengoordinasikan dan meningkatkan pengadaan dan distribusi alat pelindung, diagnostik laboratorium, dan oksigen ke negara-negara yang paling membutuhkan.

"Setiap bulan kita perlu mengirimkan setidaknya 100 juta masker dan sarung tangan medis, hingga 25 juta respirator N-95, pakaian dan pelindung wajah, hingga 2,5 juta tes diagnostik dan sejumlah besar konsentrator oksigen hingga peralatan lain untuk perawatan klinis," kata Tedros.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Simak video pilihan berikut:


Tak Ada Negara yang Kebal COVID-19

Kepala WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus (AFP)

Badan Pangan Dunia -- badan PBB yang menangani logistik -- akan mengerahkan delapan 747 pesawat, 8 pesawat kargo berukuran sedang dan beberapa pesawat penumpang yang lebih kecil untuk mengangkut barang dan pekerja.

Tedros meminta para donor untuk berkontribusi pada operasi WFP yang diperkirakan menelan biaya US$ 280 juta, sementara biaya pengadaan pasokan akan "jauh lebih besar".

Michael Ryan, direktur eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO mengatakan, dunia berutang sangat besar kepada petugas kesehatan dan penting bagi mereka untuk mendapatkan alat pelindung yang tepat.

Tedros mengatakan tidak ada negara yang kebal dari pandemi, yang menyebarkan kepanikan di seluruh dunia. Kasus baru-baru ini ditemukan di beberapa bagian Jepang tanpa kaitan dengan wabah lainnya.

"Dari pandemi ini kita harus mencoba belajar ... apa artinya kesenjangannya, ini adalah pesan bahkan untuk negara-negara maju. Di seluruh dunia. Anda melihat kurangnya kesiapan sistem kesehatan masyarakat," kata Tedros.

"Tidak ada negara yang kebal. Tidak ada negara yang dapat mengklaim memiliki sistem kesehatan yang kuat. Kita harus benar-benar jujur ​​dan menilai dan mengatasi masalah ini."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya