Dua Juta Pengguna Baru Lakukan Video-Conference di Google Meet Setiap Hari

Aplikasi video-conference banyak digunakan selama pandemi Covid-19 yang memaksa sebagian besar masyarakat untuk bekerja dan belajar dari rumah.

oleh M Hidayat diperbarui 11 Apr 2020, 13:00 WIB
Ilustrasi Google Meet. Kredit: Google

Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi video-conference banyak digunakan selama pandemi Covid-19 yang memaksa sebagian besar masyarakat untuk bekerja dan belajar dari rumah.

Selain Zoom, yang penggunanya meroket hingga 200 juta dalam waktu tiga bulan, aplikasi video-conference lain yang banyak digunakan adalah Google Meet, yang merupakan salah satu produk G Suite dari Google.

Perusahaan mengklaim, lebih dari 2 juta pengguna baru terhubung di Google Meet setiap harinya. Secara akumulatif, mereka menghabiskan lebih dari 2 miliar menit.

"Kami merasa rendah hati dengan tanggung jawab besar yang datang bersama dengan pertumbuhan pengguna ini, dan kami bertekad untuk terus melakukan bagian kami untuk membantu," kata Javier Soltero, General Manager & VP, di G Suite dikutip dari keterangan resmi perusahaan.

Perusahaan mengklaim, sebagai aplikasi video-conference Google Meet memiliki sejumlah kelebihan, mmisalnya infrastruktur yang aman, proteksi bawaan, privasi yang tetap terjaga.

Selain itu, kini aktivitas video-conference di Google Meet tersedia tanpa biaya bagi semua pelanggan G Suite dan G Suite for Education.

"Kami sekarang telah memperluas ketersediaan itu hingga 30 September 2020 untuk memastikan bisnis, organisasi, institusi, dan pendidik terus didukung selama masa (pandemi Covid-19) ini," tutur Javier.


6 Tips Aman saat Video Conference

Ilustrasi pertemuan virtual dengan menggunakan aplikasi Zoom. Kredit: Zoom

Diwartakan sebelumnya, para peneliti di Kaspersky sebelumnya sudah melihat contoh malware virus corona/Covid-19 yang mencoba menyembunyikan file berbahaya dalam dokumen terkait dengan penyakit atau virus ini. Namun, peluang ancaman siber lainnya tidak hanya sampai di situ.

Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara (SEA) di Kaspersky mengatakan situasi lockdown di beberapa negara, melahirkan sebuah perubahan dengan maraknya video conference.

"Pelaku kejahatan siber mengetahui tren ini dan mereka bisa memanfaatkan, mengeksploitasi dan menyusup melalui entri atau pintu masuk yang berbeda, seperti Wi-Fi yang tidak aman, jaringan tanpa enkripsi, penggunaan kata sandi yang lemah, dan izin aplikasi yang buruk atau diabaikan," ujar Yeo melalui keterangannya, Selasa (7/4/2020).

Ada enam langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk melindungi jaringan dan mengurangi risiko siber terkait konektivitas jarak jauh, seperti video conference. Berikut ini caranya:


Apa saja?

1. Melakukan penilaian (assessment) fitur keamanan pada platform yang akan kamu gunakan.

2. Pastikan aplikasi kamu diperbarui.

3. Baca dan mengatur izin dengan seksama, baik selama konferensi maupun dalam penyimpanan rekaman konferensi.

4. Untuk otentikasi pengguna, gunakan sistem masuk tunggal (SSO) sehingga tim TI kamu dapat melacak dan memverifikasi kredensial.

5. Enkripsi dan amankan jaringan kamu dengan ketat

6. Buat kebijakan konferensi video yang dapat menetapkan harapan serta batasan di antara semua pesertanya.

(Why/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya