Penjelasan BMKG hingga PVMBG Terkait Suara Dentuman yang Gegerkan Warga

Asal dentuman bahkan sempat dikaitkan dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau yang kembali erupsi Jumat, pukul 21.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB pagi tadi.

oleh Maria Flora diperbarui 11 Apr 2020, 16:35 WIB
Foto udara suasana gedung bertingkat di kawasan Sudirman, Jakarta, Rabu (8/4/2020). Jakarta sempat menjadi kota paling berpolusi di dunia pada 29 September 2019 lalu, namun Rabu (8/4) siang ini, kualitas udara kota Jakarta membaik. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Suara dentuman menggegerkan sebagian warga Jabodetabek, Jumat malam, 10 April hingga Sabtu (11/4/2020) dini hari.

Rentetan dentuman bahkan sempat dikaitkan dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau yang kembali erupsi Jumat, pukul 21.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB pagi tadi.

Namun, belakangan hal ini dibantah oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dari hasil monitoring yang dilakukan.

Dari pemantauan Jumat malam hingga Sabtu pagi pukul 06.00 WIB, BMKG melaporkan tidak ada aktivitas gempa tektonik yang kekuatannya signifikan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta maupun Banten.

"Berdasarkan data tersebut maka BMKG memastikan bahwa suara dentuman tersebut tidak bersumber dari aktivitas gempa tektonik," ungkap Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono di Jakarta, Sabtu (11/4/2020).

Lantas, dentuman apakah itu dan dari mana asalnya? Hingga kini masih misteri. Namun, sejumlah dugaan muncul dari pihak BMKG, PVMBG, ahli vulkanologi hingga ahli bumi. Berikut penjelasannya:

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ahli Antariksa UPI

Lansekap pemukiman penduduk berlatar gedung bertingkat terlihat dari kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (21/1/2020). Staf Khusus Kementerian PUPR Bidang Sumber Daya Air Firdaus Ali menjelaskan, ruang terbuka hijau di Jakarta baru 9,98% kurang dari syarat minimum 30%. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Ahli dari Laboratorium Bumi dan Antariksa Departemen Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia, Judhistira Aria Utama menduga, suara dentuman itu berasal dari longsoran bawah tanah.

Apa dasar dugaan itu?

"Suaranya terdengar dari dalam bumi seperti suara meriam dan berulang meski tidak ajeg jeda waktunya. Boleh jadi bersumber dari longsoran bawah tanah. Longsoran yang dipicu deformasi batuan yang melampaui batas elastisitas batuan akan disertai pelepasan energi yang terdengar sebagai suara dentuman," kata Judhistira dalam keterangannya, Sabtu (11/4/2020).

Namun, dia mengaku belum bisa menyimpulkan dentuman itu berasal dari daerah mana.

"Faktanya, PVMBG dan BMKG juga sudah membantah kemungkinan dari gempa (tidak ada gempa kekuatan besar yang sedang terjadi) maupun letusan gunung api (tidak terdapat laporan suara dentuman dari pos pengamatan gunungapi yang sedang erupsi)," tutur Judhistira.


Ahli Vulkanologi

Kepala Badan Geologi ESDM Surono. (Liputan6.com/Fathi Mahmud)

Menurut Ahli vulkanologi yang juga mantan Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono, suara gemuruh dan dentuman itu bisa jadi berasal Gunung Anak Krakatau (GAK). Yang mana saat bersamaan, gunung di Selat Sunda itu mengalami erupsi.

"Pada saat masyarakat mendengar dentuman, bersamaan dengan letusan anak krakatau/GAK. Bisa terjadi bahwa suara dentuman dari GAK," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (11/4/2020).

Pria yang akrab disapa Mbah Rono ini menambahkan, hal itu bisa terjadi lantaran didukung suasana yang sepi. Sehingga suara itu bisa terdengar jauh dari titik lokasi gunung anak krakatau.

"Apalagi saat ini kondisi sepi, tidak ada kendaraan lalulalang, tidak ada kegiatan manusia di luaran dll dll. Sepiiiii. Bisa terjadi suara tersebut dari letusan GAK," ujar dia.

Lantas mengapa suara dentuman itu terdengar hingga jauh sementara di lokasi terdekat gunung tidak merasakan hal tersebut?

Surono menjelaskan hal ini lantaran gelombang suara sampai di suatu daerah bergantung tekanan udara.


PVMBG

Pengamatan Gunung Anak Krakatau dilihat dari Dusun Tiga Regahan Lada, Pulau Sebesi, Lampumg Selatan, Senin (31/12). Pengamatan PVMBG, tinggi gunung dari permukaan air laut hanya tersisa 110 meter. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sementara itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menegaskan bahwa dentuman keras yang terdengar di Jakarta hingga Depok, Jawa Barat bukan karena Gunung Anak Krakatau. Dentuman tersebut terdengar pada Sabtu (11/2/2020) dini hari tadi.

"Sampai sekarang Gunung Anak Krakatau memang masih erupsi, tapi terlalu jauh jika terdengar hingga Jakarta dan Depok," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ( ESDM) Kasbani kepada Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (11/4/2020).

Bahkan, kata Kasbani, suara dentuman Gunung Anak Krakatau tidak terdengar di Pos Pantau PVMBG. Pos pantau tersebut hanya berjarak 50 kilometer atau tepatnya di Pantai Carita, Banten.

"Pos yang terdekat saja tidak dengar, apalagi Jakarta yang lebih jauh," ujar dia.


BMKG

Gunung Anak Krakatau. (dok BNPB)

Hal yang sama juga diungkapkan BMKG. Rentetan dentuman mengagetkan masyarakat di Jakarta dan sekitarnya tidak ada kaitan dengan letusan Gunung Anak Krakatau.

Terlebih, letusan gunung yang terletak di Selat Sunda tersebut lebih kecil dari erupsi 22 Desember 2020.

Lalu, dari mana asal dentuman tersebut?

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengatakan, memang, Jumat 10 April malam. Gempa itu terjadi pukul 22.59 WIB.

"Tadi malam telah terjadi gempa bumi dengan magnitudo yang tidak signifikan 2,4 terjadi pukul 22.59 WIB ini berlokasi di 6,66 LS 105,14 BT berjarak 70 km arah barat daya Anak Gunung Krakatau dengan kedalaman 13 km," ujar Rahmat Triyono dalam siaran pers BMKG, Sabtu.

Namun, dia memastikan tidak ada laporan dari masyarakat terkait guncangan yang diakibatkan gempa itu.

"Dan tentunya dentuman yang dirasakan dan didengar masyarakat sekitar Jakarta kami yakini bukan diakibatkan gempa tektonik dengan magnitudo 2,4," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya