Liputan6.com, Wuhan - Nilai transaksi penjualan makanan siap saji dan jasa transportasi umum di Wuhan, China, melonjak tajam sejak status isolasi wilayah (lockdown) pandemi virus corona di Ibu Kota Provinsi Hubei itu dicabut mulai Rabu (8/4).
Portal teknologi TechWeb, Sabtu, melaporkan transaksi penjualan makanan siap saji dan jasa transportasi masing-masing mengalami peningkatan 349 persen dan 1.502 persen, demikian seperti dikutip dari Antara, Minggu (12/4/2020).
Advertisement
Demikian halnya dengan transaksi pembayaran daring via Wechat Pay meningkat 162 persen selama periode 25 Maret-3 April 2020 dibandingkan dengan periode 25 Februari-5 Maret 2020.
Perputaran ekonomi dunia malam di kota yang ditutup total selama 76 hari sejak 23 Januari sebagai upaya untuk mempersempit penyebaran COVID-19 itu juga turut bergeliat.
Tingkat konsumsi kuliner malam pada 3 April atau masa-masa persiapan pencabutan status lockdown naik hingga 198 persen. Demikian halnya dengan penjualan makanan pagi pada periode tersebut juga mengalami puncaknya dibandingkan dengan 27 Maret.
Cailinji, restoran ikonik berjaringan di Wuhan, dalam 10 hari terakhir menerima 20.000 pesanan.
Bahkan platform e-dagang seperti Tmall, Taobao, JD, Sunning, dan Pinduoduo meluncurkan promosi daring untuk membantu pedagang dan petani lokal menjual produknya.
Alibaba sampai-sampai membeli udang senilai 1 miliar yuan (Rp 2,24 triliun) dari Provinsi Hubei yang kemudian dijual kepada pelanggannya melalui swalayan produk segar Hema atau platform belanja daring Taobao dan Tmall sebagaimana laporan China Daily.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Simak video pilihan berikut:
Menengok Kehidupan Warga Wuhan Usai Lockdown Akibat Corona COVID-19 Dicabut
Kota yang jadi Pusat wabah Virus Corona COVID-19 pertama kali, Wuhan di China telah resmi mengakhiri masa lockdown selama 76 hari pada 8 April 2020 lalu. Pemerintah Tiongkok kini telah mencabut aturan tersebut.
Mengutip DW Indonesia, Kamis (9/4/2020), media sosial China kemudian begitu cepat dipenuhi oleh video-video yang memperlihatkan ramainya lalu lintas di seluruh kota. Banyak orang menggambarkan kemacetan lalu lintas yang terjadi setelah dua bulan kosong itu sebagai "Wuhan yang sebenarnya".
Advertisement