Liputan6.com, Jakarta - Dentuman misterius yang terdengar di Jabodetabek pada Sabtu, 11 April 2020 dini hari membuat heboh masyarakat. Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG Kementerian ESDM Hendra Gunawan menyebut suara dentuman terdengar di pos pengamat Gunung Gede dan Gunung Salak.
Namun, Hendra memperkirakan dentuman tersebut berasal dari hujan petir di kedua gunung tersebut.
Advertisement
"Di Pos Gunung Salak mengidentifikasi dentuman petir, tapi cuaca tidak hujan di sekitar pos," ujar Hendra, Sabtu (11/4/2020).
Dipastikan, kondisi kedua gunung masih aman alias tidak mengalami erupsi. Sementara aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda tak mempengaruhi aktivitas kedua gunung di kawasan Bogor tersebut.
PVMBG menegaskan bahwa dentuman keras yang terdengar di Jakarta hingga Depok, Jawa Barat bukan karena Gunung Anak Krakatau. Sebab, erupsi di gunung tersebut bersifat strombolian sehingga tidak menghasilkan suara dentuman yang keras.
Dirinya tidak menutup kemungkinan suara dentuman pada dini hari tadi berasal dari petir.
"Kalau bicara mungkin, ya bisa saja, walaupun semuanya itu berawal dari kompleksitas permasalahan perambatan gelombang suara," kata Hendra.
Sebelumnya, menurut kesaksian warga Jabodetabek, suara dentuman itu mirip ledakan yang berasal dari tempat sangat jauh.
Tak lama setelah dentuman terdengar, masyarakat dihebohkan dengan kabar Gunung Anak Krakatau yang mengalami erupsi. Sehingga mulai timbul asumsi bahwa fenomena suara dentuman misterius itu berasal dari erupsi gunung tersebut.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kata Ahli Vulkanologi
Menurut Ahli vulkanologi yang juga mantan Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono, suara gemuruh dan dentuman itu bisa jadi berasal Gunung Anak Krakatau (GAK). Yang mana saat bersamaan, gunung di Selat Sunda itu mengalami erupsi.
"Pada saat masyarakat mendengar dentuman, bersamaan dengan letusan anak krakatau/GAK. Bisa terjadi bahwa suara dentuman dari GAK," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (11/4/2020).
Pria yang akrab disapa Mbah Rono ini menambahkan, hal itu bisa terjadi lantaran didukung suasana yang sepi. Sehingga suara itu bisa terdengar jauh dari titik lokasi gunung anak krakatau.
"Apalagi saat ini kondisi sepi, tidak ada kendaraan lalulalang, tidak ada kegiatan manusia di luaran dan lain-lain. Sepi. Bisa terjadi suara tersebut dari letusan GAK," ujar dia.
Lantas mengapa suara dentuman itu terdengar hingga jauh sementara di lokasi terdekat gunung tidak merasakan hal tersebut?
Surono menjelaskan hal ini lantaran gelombang suara sampai di suatu daerah bergantung tekanan udara.
Simak berita Times Indonesia lainnya di sini.
Advertisement